Pertamax Oplosan Sudah Kayak Perasaan Mantan

Bagi masyarakat yang selama ini memilih Pertamax dengan penuh kebanggaan – mungkin sambil melirik pengguna Pertalite, berpikir, “Aku adalah warga negara yang baik, aku tidak mengambil subsidi, aku bukan beban negara” – ada kabar buruk: kalian sudah kena prank nasional.
Kejaksaan Agung baru saja membongkar kejahatan yang lebih plot twist dari sinetron azab. Pertamax yang kita beli ternyata cuma Pertalite yang pakai baju pesta. Jadi selama ini kalian bukan beli BBM premium, tapi beli ilusi premium. Bayangkan bayar tiket pesawat first class, tapi begitu naik malah duduk di bangku kayu sambil dikasih kipas lipat. Atau mirip mantan yang dulu bilang “aku sayang kamu”, tapi ternyata juga bilang yang sama ke tiga orang lain.
Menurut Kejagung, total kerugian negara akibat pengoplosan BBM dan korupsi minyak mentah ini mencapai Rp 193,7 triliun. Itu baru hitungan tahun 2023. Kalau dijumlah dari 2018, bisa jadi kita udah mampu beli kilang minyak sendiri dan ngisi BBM gratis buat rakyat seumur hidup. Atau kalau dikonversi ke mie instan, mungkin cukup buat stok rakyat Indonesia sampai kita semua pensiun. Tapi sayangnya, uangnya malah masuk kantong oknum yang lebih suka naik jet pribadi daripada perbaiki pipa minyak bocor.
Dan bagaimana modusnya? Sederhana, se-sederhana beli gorengan satu tapi bayarnya dua. Beli Pertalite, catat di laporan sebagai Pertamax, aduk dikit di depo biar kelihatan beda. Bedanya? Mungkin cuma di warna dan doa. Hasilnya? Konsumen tetap merogoh kocek lebih dalam, mesin tetap loyo, dan para oknum tetap bisa tidur nyenyak sambil mengkhayal mau liburan ke Eropa atau Karibia.
Tak heran kalau netizen langsung ngamuk. Meme-meme pun berhamburan di media sosial, salah satunya berbunyi: “Beli Pertamax, Gratis Rasa Ditipu!” Atau yang lebih menyayat hati: “Terima kasih Pertamina, aku sudah berhenti berharap pada cinta, tapi tak kusangka aku juga harus berhenti berharap pada bensin.”
Gara-gara skandal ini, SPBU Pertamina kini tak lagi jadi pilihan utama. Banyak konsumen yang mulai hijrah ke SPBU swasta seperti Shell, Vivo, dan BP, yang selama ini dianggap terlalu mahal, tapi ternyata lebih murah dibanding harga sebuah kebohongan.
SPBU Pertamina sekarang malah dianggap sebagai wahana “mystery box” terbesar di Indonesia. Masuk dengan harapan isi Pertamax, keluar dengan kenyataan bahwa yang masuk ke tangki bisa apa saja. Tidak heran kalau muncul meme: “SPBU: Tempat Gacha Paling Mahal di Indonesia.”
Dan yang paling menyebalkan? Selama ini kita semua percaya dengan iklan yang bilang Pertamax lebih ramah lingkungan, lebih irit, lebih bertenaga. Ternyata yang lebih ramah adalah oknum Pertamina terhadap rekening pribadinya. Netizen pun menyindir dengan kalimat: “Pertamax: Lebih Ramah… untuk Kantong Koruptor.”
Sementara konsumen sibuk menghitung berapa rupiah yang telah melayang sia-sia, para tersangka dalam kasus ini mungkin sedang sibuk mengingat-ingat sudah berapa banyak keuntungan yang mereka kumpulkan. Para pejabat tinggi Pertamina Patra Niaga, yang beruntung tidak berstatus tersangka, mungkin sedang berlatih menjawab pertanyaan media dengan gaya khas: “Kami akan introspeksi dan meningkatkan transparansi.”
Kini konsumen hanya bisa berharap satu hal: jika BBM tetap mahal, setidaknya isinya jangan kayak perasaan mantan – tinggi ekspektasi, rendah realita. (Atur Lorielcide/TokohIndonesia.com)