Tuduhan KKN Terus Menerpa
Probosutedjo05 | Laboratorium Pertanian Sukamiskin

Bagi pengusaha H Probosutedjo, adik kandung satu ibu mantan Presiden Soeharto, Lembaga Pemasyarakatan (LP) Sukamiskin, menjadi Ladang Pengabdian (LP) dan Laboratorium Pertanian (LP).
Kehadirannya di LP Sukamiskin, telah menjadi berkah bagi LP itu sendiri dan segenap penghuninya. Tanpa sungkan, sebagaimana dikisahkan beberapa Napi, Probo menyapa setiap Napi di LP itu, bersenda-gurau dan bahkan sering memberi nasehat. Dia memberi dorongan bagi para Napi untuk menjemput masa depan yang lebih baik.
Penjara, yang lebih disosialisasikan dengan sebutan Lembaga Pemasyarakatan (LP atau Lapas) adalah tempat kurungan yang memenjarakan dan membatasi kebebasan penghuninya. Namun, bagi pengusaha pribumi H Probosutedjo, LP itu hanya memenjarakan atau mengurungnya secara fisik (raga). Ruang sempit berterali besi yang dihuninya di Blok Timur Atas No.38 LP Sukamiskin, Bandung, tak mampu membelenggu jiwa, kreativitas, naluri bisnis dan semangat pengabdiannya.
Secara raga dia memang merasa terkurung, akibat putusan MA yang menghukumnya empat tahun penjara atas tuduhan korupsi yang dianggapnya keliru sehingga dia mengajukan PK (peninjauan kembali), namun dia tidak mau larut dalam keterkurungan raganya. Kendati penjara itu sangat tidak mengenakkan dan sulit diterimanya karena tidak merasa melakukan korupsi atau bersalah merugikan negara, dia tak mau terkurung bersedih meratapi nasib di LP itu. Pak Probo, panggilan akrab Direktur Utama PT Menara Hutan Buana (PT MHB), itu malah mengubah penjara (LP) itu menjadi Ladang Pengabdian dan Laboratorium Pertanian.
Belum tiga bulan Probo hadir di LP itu (sejak 3/3/2006), ia telah melakukan banyak hal yang berguna bagi para penghuninya. Prinsip sebaik-baiknya orang adalah berguna bagi orang lain, diwujudkannya di mana pun termasuk di dalam penjara itu. Air mandi yang sebelumnya keruh dan terbatas di LP itu, kini menjadi bersih dan lancar. Dua pompa air yang tadinya rusak diganti atas bantuan Probo. Kubah masjid yang sebelumnya kelihatan kurang bagus dan kusam, diperbaiki dengan kubah tembus sinar sehingga ruangan masjid menjadi lebih cerah dan tidak lembab.
Kemudian, setelah dia mengetahui ada beberapa Napi yang ahli dalam hal jahit-menjahit (konveksi), Probo pun membeli puluhan mesin jahit modern. Sebagian Napi pun kini menekuni usaha konveksi di LP itu. Universitas Mercu Buana telah mengorder kaos dari kerajinan konveksi binaan Probo di LP Sukamiskin itu.
Bukan itu saja, dan lebih spektakuler, Probo mengubah lahan pekarangan LP itu menjadi Laboratorium Pertanian. LP yang tadinya merupakan akronim dari Lembaga Pemasyarakatan diubahnya menjadi akronim dari Laboratorium Pertanian dan Ladang Pengabdian. Berbagai jenis tanaman palawija dibudidayakan dengan teknologi pertanian modern di pekarangan LP itu. Di tengah kehijauan palawija itu terdapat pula dua kolam yang dimanfaatkan para Napi sebagai arena memancing ikan.
Kolam pemancingan dan kebon palawija itu, telah bermanfaat sebagai kegiatan positif yang sekaligus secara psikologis berfungsi menjernihkan pikiran dan jiwa para napi di LP itu. Sebagaimana diungkapkan seorang petugas LP, kegiatan bercocok tanam dan memancing itu paling tidak berguna mengalihkan perhatian para napi dari pikiran-pikiran kurang baik menjadi berpikir positif. Di situ mereka ceria seraya dapat belajar bercocok tanam secara modern.
Keceriaan seperti itu, terjadi tatkala wartawan Tokoh Indonesia dan Koran Indonesia membesuk H Probosutedjo, Senin 15/5/2006. Sebagai seorang tokoh yang perjalanan hidupnya telah dipublikasikan di Majalah Tokoh Indonesia dan Website Tokoh Indonesia, wartawan media ini merasa berkewajiban membesuknya.
Tidak mudah untuk membesuknya di penjara itu. Setelah melalui berbagai prosedur, wartawan media ini menemui Probo tatkala sedang asyik di ladang pertanian yang dibinanya di LP itu bersama puluhan napi, di antaranya HM Ramli Arabi, Dirut PT Qurnia Subur Alam Raya, yang bertugas sebagai tenaga ahli pertanian.
Laboratorium Pertanian
Pengusaha H Probosutedjo bertemu dengan mantan Gubernur Aceh Ir Abdullah Puteh dan Dirut PT Qurnia Subur Alam Raya HM Ramli Arabi di LP Sukamiskin, Bandung. Ramli Arabi yang piawai dalam hal teknologi pertanian modern yang sudah lebih dulu menghuni salah satu ruang sempit di LP itu, telah lama memendam hasrat untuk mengaplikasikan keahliannya di LP itu. Tapi tak pernah terwujud.
Sampai pada Jumat 3/3/06, Probosutedjo dan Abdullah Puteh dipindahkan dari LP Cipinang, Jakarta ke LP Sukamiskin, Bandung. Tak berapa lama, Probosutedjo yang segera juga ingin memanfaatkan lahan pekarangan LP itu, bertemu Ramli. Ramli pun menyusun proposal. Setelah dikaji bersama Ir Abdullah Puteh, jadilah lahan pekarangan LP itu disulap menjadi lahan pertanian modern, yang oleh Probo lebih tepat disebut sebagai Laboratorium Pertanian.
Disebut Laboratorium Pertanian, karena di atas lahan yang terbatas itu ditanami berbagai jenis tanaman palawija, antara lain cabai, tomat, terong, ketimun, pepaya, melon, kol, bayam dan sayuran lainnya, secara teknis pertanian modern dengan metode mulsanisasi (berselimut plastik UV).
Hanya dalam satu bulan, berbagai tanaman palawija itu telah tumbuh sedemikian lebatnya. Bahkan ketimun telah di-panen. Cabai besar telah mulai berbuah, tomat juga sebentar lagi akan mulai dipanen.
Secara bisnis, hasilnya memang tidak seberapa lantaran luas lahannya sangat terbatas. Namun, kegiatan budidaya palawija itu telah lebih berfungsi sebagai Laboratorium Pertanian, yang selain berguna sebagai ladang uji coba teknologi pertanian modern, juga sekaligus mendidik para napi untuk memiliki keteram-pilan pertanian modern. Sehingga kelak setelah selesai menjalani hukuman di LP itu, mereka mampu mandiri menjadi petani-petani modern.
Dengan demikian Laboratorium Per-tanian Sukamiskin ini dapat berfungsi mendukung trans-formasi ekonomi kerayatan demi ke-makmuran bangsa.
Probo merasa empati melihat para napi di LP itu, baik yang menurut-nya memang benar-benar bersalah maupun kemungkinan tidak bersalah tetapi harus dipidana dan menjalani hari-harinya di penjara itu. “Mereka semua di sini baik-baik. Mereka harus diberi kegiatan yang positif sesuai bakat dan keterampilan-nya. Yang belum punya keterampilan dilatih, sehingga punya keterampilan. Maka, Probo berjanji, jika mereka keluar dari LP itu, sebagian akan diberi pekerjaan, baik dalam usaha konveksi maupun pertanian.
Soeharto Center
Untuk mewujudkan hasratnya, Probo akan segera membentuk Soeharto Center, yang kegiatannya antara lain dalam bidang pendidikan, pertanian dan kerajinan. Ide Soeharto Center itu, tercetus ketika Probo, Abdullah Puteh dan Ramli memulai bercocok tanam palawija di LP Sukamiskin itu.
Soeharto Center, itu akan mendirikan Universitas atau Institut Pertanian di atas lahan luas yang tidak terlalu jauh dari Jakarta. Mahasiswa yang akan diterima di Institut Pertanian itu adalah anak-anak dari keluarga kurang mampu (miskin) tetapi cerdas dan rajin belajar. Mereka (mahasiswa) tidak akan dipu-ngut biaya satu sen pun, gratis. Mereka akan diasramakan, dibiayai hidupnya, disediakan buku-buku pelajarannya, pendeknya segala keperluannya selama kuliah gratis, disediakan Soeharto Center.
Namun mereka harus berpraktek dan bekerja langsung di lahan pertanian institut itu. Para mahasiswa harus bersedia disiapkan menjadi benar-benar petani yang bergelar insinyur pertanian. Tidak menjadi insinyur pertanian berdasi, seperti banyak ditemukan di negeri ini.
Institut Pertanian itu, juga akan tetap membina Napi dan Laboratorium Pertanian Sukamiskin dari tahun ke tahun. Dengan upaya ini, kemakmuran bangsa berbasis ekonomi kerakyat-an dan agrobisnis akan dapat diwujudkan. Koran Indonesia No.2/marjuka situmorang-crs