Komposer Musik Beragam Bentuk

Djaduk Ferianto
 
0
291
Djaduk Ferianto
Djaduk Ferianto | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Sejak tahun 80-an, seniman yang pernah menimba ilmu ke Jepang dan New York ini sudah aktif mencipta komposisi musik untuk ilustrasi musik film dan sinetron, jingle iklan, teater, perayaan-perayaan dan event olahraga. Kiprah adik kandung Butet Kartaredjasa ini bahkan bergaung hingga mancanegara seperti Jerman, Denmark, Swedia, Belanda, dan Turki.

Gregorius Djaduk Ferianto lahir di Yogyakarta 19 Juli 1964. Putra bungsu pasangan Bagong Kusudiarjo dan Soetinah ini awalnya diberi nama Guritno yang merupakan nama pemberian sang paman. Namun nama itu hanya bertahan sampai ia berusia 10 tahun. Karena ia kerap jatuh sakit, nama Guritno akhirnya diganti menjadi Djaduk yang artinya unggul. Menurut kepercayaan orang tua zaman dulu, Djaduk sakit-sakitan akibat keberatan nama. Pergantian nama tersebut rupanya tak salah karena setelah menyandang nama tersebut, ia tak lagi didera penyakit yang dulu sering menyerangnya.

Kecintaan adik kandung seniman berjuluk Raja Monolog, Butet Kartaredjasa ini pada dunia seni sudah terlihat sejak masa kanak-kanak. Selain memang mewarisi darah seni dari sang ayah yang dikenal sebagai penata tari kawakan, boleh jadi bakat seni Djaduk juga dipengaruhi faktor lingkungan tempat tinggalnya di Tedjakusuman, Yogyakarta yang memang kental dengan kegiatan berkesenian. Sejak umur delapan tahun, Djaduk Ferianto sudah aktif menari di Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiarjo, yang kemudian berlanjut hingga Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo. Di sana ia berperan sebagai cantrik dan kemudian pernah menjadi pembina.

Di masa kecilnya Djaduk amat tergila-gila pada kesenian wayang. Bahkan ia tak pernah lepas dari radio kesayangannya sebab lewat benda itulah ia sering mendengarkan pertunjukan wayang. Ia juga sangat gemar membaca cerita-cerita pewayangan. Saking gandrungnya, Djaduk kecil bahkan pernah bercita-cita untuk menjadi seorang dalang. Demi mewujudkan impiannya, ia bahkan sempat belajar mendalang, namun niatnya untuk menjadi dalang tak terlaksana karena ternyata ketertarikan Djaduk terhadap musik jauh lebih besar.

Sebagai musisi Djaduk juga tak hanya bergaung di dalam negeri melainkan hingga mancanegara seperti Jerman, Denmark, Swedia, Belanda, dan Turki. Di sela-sela kunjungannya ke berbagai ke negara itu, Djaduk tak pernah melewatkan hobinya yang terbilang unik, yakni wisata belanja di pasar yang menjual barang bekas atau yang dikenal dengan istilah pasar loak.

Djaduk terbilang beruntung lahir dan tumbuh di lingkungan yang sangat mendukung karirnya terlebih di bidang seni musik dan teater. Djaduk kecil sudah terbiasa membantu ayahnya mengadakan repertoar-repertoar baik sebagai penari maupun sebagai penabuh gendang mengiringi tarian. Dari situ, keingintahuan dan ketertarikannya terutama pada seni musik tradisional semakin kuat. Di rumah pun, ia sering memainkan gendang serta bereksperimen dengan alat-alat lain. Karena terlalu bersemangat, tak jarang Djaduk dimarahi sang ayah yang terganggu tidurnya.

Namun justru dari eksperimen yang kerap dianggap mengganggu itulah yang kemudian menjadi awal berdirinya kelompok musik Rheze di tahun 1976. Kelompok tersebut kemudian mendapat juara I Lomba Musik Humor tingkat nasional.

Pada tahun 1984, jebolan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ini mulai melebarkan sayapnya dengan ikut menangani proyek pembuatan musik untuk Festival Film Indonesia 1984 dan Pekan Tari Muda VI Dewan Kesenian Jakarta. Agar dapat menghasilkan karya yang berkualitas, ia banyak belajar soal musik dan film dari dua tokoh perfilman legendaris, Teguh Karya dan Arifin C. Noer.

Selain itu, ia secara khusus pergi ke Jepang untuk mempelajari teknik olah pernapasan dalam memainkan alat musik tiup. Ilmunya di bidang musik pun semakin bertambah saat ia belajar musik di New York.

Dengan bekal ilmu dan pengetahuan tentang musik yang dimilikinya, Djaduk mulai banyak mencipta musik, mulai dari ilustrasi musik film dan sinetron, jingle iklan, teater, hingga event olahraga. Djaduk bahkan pernah menyabet Piala Vidia dalam Festival Sinetron Indonesia sebagai Penata Musik Terbaik di tahun 1995. Masih di tahun yang sama, suami Petra ini juga pernah dinobatkan sebagai pemusik kreatif oleh PWI cabang Yogyakarta.

Selain dengan ayahanda tercinta, Djaduk juga berkolaborasi dengan kakaknya, Butet Kertaredjasa. Seperti yang terjadi di tahun 1995, di mana dua bersaudara itu mendirikan Kelompok Kesenian Kua Etnika, yang merupakan penggalian atas musik etnik dengan pendekatan modern. Dua tahun berselang, Djaduk mendirikan Orkes Sinten Remen yang banyak mengusung musik keroncong.

Advertisement

Sepanjang perjalanan karirnya, ayah lima anak ini sempat mengalami diskriminasi, salah satunya adalah pembedaan antara lokal dan nasional. Ia baru bisa masuk industri musik nasional pada tahun 1996 setelah tampil sebagai penata musik berkolaborasi dengan Aminoto Kosim di program Dua Warna yang tayang di RCTI. Meski akhirnya berhasil mendapat banyak job tingkat nasional, Djaduk tetap bertahan sebagai orang lokal. Ia tak lantas hijrah ke Jakarta dan memilih untuk tetap tinggal di Yogyakarta meski frekuensi tampil di ibukota sangat tinggi.

Kiprahnya sebagai musisi juga tak hanya bergaung di dalam negeri melainkan hingga mancanegara seperti Jerman, Denmark, Swedia, Belanda, dan Turki. Di sela-sela kunjungannya ke berbagai ke negara itu, Djaduk tak pernah melewatkan hobinya yang terbilang unik, yakni wisata belanja di pasar yang menjual barang bekas atau yang dikenal dengan istilah pasar loak. Kemanapun ia pergi, Djaduk selalu menanyakan di mana letak pasar loak. Mengenai kegemarannya itu, pria berkumis lebat ini tak pernah merasa gengsi, karena di pasar loak ia bisa menemukan barang-barang unik dengan harga miring.

Dengan sederet karya dan prestasinya, Djaduk rupanya masih menyimpan bakat lain yakni berakting. Debutnya sebagai aktor ditandai dengan keterlibatannya sebagai salah satu pemeran pendukung dalam film keluarga Petualangan Sherina. Dalam film besutan sutradara Riri Riza itu, Djaduk berperan sebagai seorang penculik bernama Kertarajasa. Film-film lain yang pernah dibintanginya adalah Koper, Jagad X, dan Cewek Saweran. eti | muli, red

Data Singkat
Djaduk Ferianto, Seniman musik dan aktor / Komposer Musik Beragam Bentuk | Direktori | musisi, Seniman, Budayawan, aktor

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini