
[DIREKTORI] Ia seorang hakim yang meniti karir dari bawah sampai mencapai hakim agung. Puteri (srikandi) yang sejak tahun 1963 berkarir sebagai hakim ini sebelum terpilih menjadi Hakim Agung (2000-2002), menjabat Ketua Pengadilan Tinggi (PT) Tanjungkarang. Lulusan sarjana hukum Universitas Sumatera Utara (USU) ini seorang hakim perempuan yang telah teruji dan tergolong bersih dari KKN.
Edith memulai karier sebagai hakim sejak tahun 1963, di Pengadilan Negeri (PN) Balige (kemudian menjadi menjadi PN Tarutung dan PN Sidikalang). Kemudian menjadi hakim TK-3 PN/Ekonomi Klas IA Medan, Ketua PN/Ekonomi Klas IA Medan dan Hakim Anggota PT Medan. Pada tahun 1981 ia bertugas sebagai Ketua Panitia Penelitian Hukum Adat Tentang Anak Angkat di daerah Hukum PN Lubuk Pakam dan Ketua Panitia Peneliti Hukum Adat di daerah Hukum PN Tarutung tentang Hukum Adat Tanah (1983).
Setelah itu (1988-1992) ia hijrah ke Jakarta sebagai Hakim Anggota pada PT DKI Jakarta dengan tugas tambahan sebagai Hakim Tinggi Pengawas PN Jakarta Utara. Pada saat itu (1990-1992) ia juga menjabat Ketua I IKAHI DKI Jakarta dan Anggota Dewan Kehormatan Hakim Daerah DKI Jakarta. Sebelum diangkat menjadi menjadi Ketua PT Tanjungkarang, ia menjabat Wakil Ketua/Hakim Anggota PT Kalimantan Barat di Pontianak.
Istri dari mendiang Ir Sahat L Tobing dan ibu dari tiga anak ini, lahir pada 13 Juli 1937 di Tarutung, Tapanuli Utara. Ia lulusan Sarjana Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, pada tahun 1957.
Selain itu, berbagai pendidikan yang pernah diikutinya antara lain International Visitor Program yang diadakan International Visitor Program Bureau of Educational and Cultural Affairs di Washington DC AS, dan Sespa Depkeh RI, di mana ia masuk 10 besar.
Sebelum menjabat hakim agung, ia mempunyai tiga rumah termasuk sebuah rumah pusaka di Tarutung, dan lima lokal tanah termasuk sebuah sawah pusaka di Tarutung, yang diakui sebagai harta bersama dengan ahli waris mendiang suaminya. Tanah yang semuanya terletak di Medan itu, total luasnya mencapai 9.220 meter persegi. Kekayaan lain, mobil jeep Suzuki Katana tahun 1995, tiga buah televisi, perhiasan senilai Rp 60 juta, dan tabungan berjangka Rp 140 juta (simpanan mendiang suaminya). e-ti