Pahlawan Berwawasan Luas

Mas Mansur, KH
 
0
447
Mas Mansur, KH
Mas Mansur, KH | Tokoh.ID

[PAHLAWAN] Dalam pergerakan nasional, KH Mas Mansur aktif dalam organisasi perjuangan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Ia salah satu pendiri Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Menjelang proklamasi, ia kemudian terpilih jadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Kiai Haji Mas Mansur seorang tokoh yang memiliki keinginan besar untuk belajar. Pada usia masih 12 tahun ia sudah pergi ke Tanah Suci Mekkah untuk belajar agama. Dari Mekkah, ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Al Azhar Kairo, Mesir. Ketika mendalami pengetahuan agama di Universitas Al Azhar Kairo Mesir, KH Mas Mansur mengikuti dengan seksama perjuangan bangsa Mesir membebaskan diri dari penjajahan yang dilakukan Inggris. Selain mempelajari ilmu agama, pria kelahiran 25 Juni 1896 ini juga rajin mendalami ilmu pengetahuan Barat. Pada masa belajar itu, ia banyak berkenalan dengan karya-karya sastra Barat yang sudah diterjemahkan. Karya-karya itu berisi tentang humanisme, kemerdekaan, dan demokrasi yang justru bertentangan dengan tindakan bangsa Barat di Asia dan Afrika.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Kairo, ia kembali ke Tanah Air dan menjadi pengajar di Pesantren Mufidah yang terletak di kota kelahirannya Surabaya. Ketika menjalani kehidupan di tengah masyarakat, Mas Mansur muda melihat adanya kekurangberesan dalam kehidupan kaum terpelajar agama Islam. Menurutnya, kekurangberesan itu terjadi karena politik yang diterapkan pemerintah kolonial Belanda saat itu.

Di lain pihak, pemerintah Belanda selalu berusaha membenarkan dan melegitimasi tindakannya. Penjajahan dirumuskan sebagai mission sacred (tugas suci) atau the White men’s burden (beban bangsa kulit putih). Hal yang bertentangan dengan ajaran agama yang selalu membela kemerdekaan dan kemanusiaan. Pengajaran agama Islam yang membenarkan perjuangan melawan penindasan dan penjajah pun dihalang-halangi oleh pemerintah Belanda.

Selain mengajar di pesantren, KH Mas Mansur juga giat dalam pergerakan nasional. Awalnya, ia bergabung dalam organisasi Islam, Muhammadiyah. Kemudian, ia juga aktif dalam organisasi perjuangan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Kegiatan rutinnya di Muhammadiyah antara lain berdakwah ke sejumlah daerah. Komitmen serta dedikasinya membawanya ke posisi ketua cabang, hingga Konsul Muhammadiyah untuk Jawa Timur. Puncak karirnya di Muhammadiyah, manakala ia berhasil terpilih sebagai Ketua Pucuk Pimpinan Muhammadiyah pada tahun 1937.

Melihat pengaruh Mansur yang luas di masyarakat, Belanda berusaha mendekatinya. Ia disodorkan jabatan kepala lembaga tertinggi urusan agama Islam dalam Het Kantoor van Inlandsche Zaken. Tetapi pemuka agama yang dikenal berpendirian teguh itu menolak tawaran tersebut, meskipun gaji yang bakal ia dapatkan tergolong tinggi.

Di masa pendudukan Jepang, KH Mas Mansur tetap aktif dalam Muhammadiyah, meskipun banyak sekali tekanan dari pemerintah yang ditujukan padanya. Bahkan, bersama KH Wahid Hasyim dan KH Taufiqurrahman, ia mendirikan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Saat Jepang membubarkan semua organisasi yang bercorak politik dan selanjutnya membentuk PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), untuk mengambil hati tokoh-tokoh nasionalis, bersama tiga orang tokoh lainnya, yakni Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Hajar Dewantara, Mas Mansur memimpin organisasi itu. Menjadi seorang pemimpin bukanlah tugas menyenangkan baginya karena sikap bangsa Jepang yang pada dasarnya hanya ingin memanfaatkan rakyat Indonesia. Hal itu kemudian yang menjadi alasannya mengundurkan diri dari kepengurusan PUTERA pada tahun 1944.

Menjelang proklamasi kemerdekaan, ia diangkat menjadi anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Dengan sekuat tenaga ia menjalankan tugasnya di PPKI, bahkan ketika Belanda hendak merebut kembali kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan. Ia mendukung penuh perjuangan kaum muda Surabaya yang melakukan perlawanan terhadap Belanda. Tindakannya yang dianggap Belanda sebagai pembangkangan itu membuat dirinya ditangkap dan dipenjara Belanda di Kalisosok, Surabaya, hingga penghujung usianya pada tanggal 25 April 1946.

Atas jasa-jasanya pada negara, KH Mas Mansur dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 590 Tahun 1961, tanggal 9 November 1961. e-ti

Data Singkat
Mas Mansur, KH, Anggota PPKI / Pahlawan Berwawasan Luas | Pahlawan | Pahlawan, Pahlawan Kemerdekaan Nasional, PPKI
Advertisement

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini