Bangkit dari Keterpurukan
Adjie Notonegoro
[SELEBRITI] Nama desainer papan atas Indonesia yang karyanya digemari kalangan selebriti, pejabat dan tokoh dunia ini sempat tercoreng karena tersandung masalah hukum. Ia kemudian mencoba kembali berkarya dengan dukungan dari keluarga dan sahabatnya.
Desainer yang rancangannya memiliki ciri khas motif tradisional yang dipadukan dengan potongan modern ini kerap mendapat kepercayaan untuk merancang busana sejumlah tokoh ternama, mulai dari kalangan selebriti, para pejabat dan tamu kenegaraan baik dalam maupun luar negeri.
Petinggi negara yang pertama kali mengenakan rancangan pria kelahiran Jakarta, 18 Juli 1961 ini adalah Pangeran Brunei, menyusul kemudian Gus Dur, Bill Clinton, Nelson Mandela, Goh Chok Tong, Mahathir Mohammad, Abdullah Badawi, hingga Presiden Kuba paling kontroversial, Fidel Castro.
Putra pasangan Djati Prayitno dan Ami ini mengasah bakatnya di dunia desain busana di sekolah mode Mueller und Sohn Modeschule, Duesseldorf, Jerman. Tak cukup sampai di situ, ia kemudian terbang ke Prancis untuk menimba ilmu di Esmod Modelle L’Ecole, Paris. Adjie juga memperdalam ilmu fashionnya di Italia. Usai melanglangbuana ke tiga negara Eropa itu, Adjie kembali ke Indonesia membawa segudang keterampilan serta pengalaman berharga.
Namun, semakin tinggi pohon semakin kencang pula angin berhembus, pepatah itu barangkali bisa sedikit menggambarkan ujian hidup yang harus dilalui Adjie di tengah gelimang popularitas yang berhasil diraihnya. Pada awal Mei 2009, ia harus berurusan dengan pihak kepolisian lantaran tersandung kasus hukum.
Selanjutnya di tahun 1986, paman dari desainer muda Ivan Gunawan ini membuka butik dengan nama House of Adjie. Dari tahun ke tahun, karirnya di dunia fashion terus berkembang berkat inovasi yang diluncurkannya. Setahun setelah mendirikan butiknya, ia mulai memasukkan unsur batik ke dalam rancangannya. Dua tahun berikutnya, ayah angkat dari Kevin dan Andrew ini mendesain corak batik pada bahan sutra dan organdi yang sekaligus menjadi koleksi pertamanya yang diperkenalkan di Singapura. Kemudian pada tahun 1990, Adjie Notonegoro menjadi desainer satu-satunya yang mewakili Indonesia dalam ajang mode Woche di Munchen, Jerman.
Dalam waktu kurang dari 10 tahun, ia telah berhasil mengukir namanya menjadi salah satu perancang busana terkenal dan disegani bukan hanya di negeri sendiri namun hingga ke mancanegara karena seringnya menggelar pagelaran busana di luar negeri. Bahkan salah satu kebaya dan batik rancangannya menjadi bagian dari koleksi Museo Del Traje, Fashion Internasional dan Costume Museum di Madrid, Spanyol serta Museum National de Laos di Vientiane, Laos. Pada Mei 2007, karya Adjie berupa busana pengantin bermotif batik yang terbuat dari sifon dan organza juga tertata apik di Galeri Nasional Australia.
Namun, semakin tinggi pohon semakin kencang pula angin berhembus, pepatah itu barangkali bisa sedikit menggambarkan ujian hidup yang harus dilalui Adjie di tengah gelimang popularitas yang berhasil diraihnya. Pada awal Mei 2009, ia harus berurusan dengan pihak kepolisian lantaran tersandung kasus hukum. Semua berawal dari laporan rekan bisnisnya, Yusuf Wachyudi, yang mengaku bahwa Adjie telah meminjam uang sebesar Rp 147 juta padanya untuk keperluan pengadaan seragam pegawai Bank Rakyat Indonesia. Namun, ternyata setelah batas waktu yang telah disepakati, Adjie belum melunasi hutangnya tersebut.
Setahun kemudian, 16 Juli 2010, Adjie kembali terbelit masalah. Ia diserahkan secara paksa kepada polisi setelah tiga kali mangkir dari pemanggilan aparat yang berwajib. Kasus yang menyeretnya kali ini adalah penggelapan uang yang terjadi di tahun 2008. Namun, karena ia dinilai tidak dapat bekerja sama dengan pihak kepolisian, desainer ternama ini akhirnya harus rela meringkuk di penjara dengan ancaman 4 tahun penjara.
Kasus itu bermula saat Adjie berutang untuk keperluan bisnisnya kepada seorang rentenir dalam jumlah besar. Bunga yang diberikan di luar kewajaran, yakni mencapai 300 persen per tahunnya. Dengan bunga sebesar itu, jumlah utang yang harus dibayar Adjie pun membengkak. Sidang perdananya berlangsung di ruang utama Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dalam sidang tersebut, melalui pengacaranya, Adjie mengatakan keberatan kalau kasusnya dikategorikan tindak pidana. Menurutnya, kasus tersebut merupakan masalah perdata karena berkaitan dengan utang piutang.
Pada 27 Januari 2011, Adjie dilaporkan ke Polres Jakarta Selatan, lagi-lagi atas tuduhan penggelapan uang. Permasalahan itu bermula dari pembayaran hutang dengan menggunakan cek kosong. Sang pelapor, Melvin Candrianto, merasa tertipu karena desainer kondang yang sudah 7 tahun menjadi rekanan bisnisnya itu menggelapkan perhiasan yang sebenarnya dititipkan untuk dijual. Karena saat ditanyakan mengenai perhiasan itu, Adjie tidak bisa menunjukannya. Menurut pengakuan Melvin, Adjie sempat berjanji mengembalikan perhiasan yang dititipkannya dalam bentuk cek. Tapi malang, saat pihak Adjie mengembalikan dalam bentuk cek ternyata cek tersebut tak bisa dicairkan.
Kasus ini terus bergulir dan akhirnya membawa Adjie menjadi tersangka hingga akhirnya ditahan di LP Cipinang dengan pasal penggelapan. Dalam persidangan, Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan vonis 10 bulan penjara potong masa tahanan pada Adjie Notonegoro. Vonis tersebut sebenarnya lebih ringan ketimbang tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menuntutnya 18 bulan penjara. Menurut majelis hakim, hal yang memberatkan Adjie adalah karena pernah dihukum, sedangkan yang meringankan, yang bersangkutan pernah mengharumkan nama bangsa melalui karyanya. Selama menjalani persidangan, Adjie memang mengaku ingin bebas. Namun ia menjalani semuanya dengan pasrah dan lapang dada.
Setelah serentetan kasus hukum yang membelitnya, Adjie Notonegoro kembali meramaikan panggung fashion Indonesia lewat rancangan terbarunya yang dipamerkan dalam Bazaar Bridal Week 2012 yang dihelat di Ballroom The Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, April 2012. Dengan mengusung tema “It’s Me”, Adjie memamerkan sederet karya indahnya sebagai bukti bahwa karirnya belumlah tamat meski sempat vakum sementara waktu dari dunia rancang busana. It’s Me sebuah pilihan gaya personal yang sangat individu. Ditujukan untuk perempuan berkharisma dan memancarkan kecantikannya seperti Fatmawati Soekarno, Ratna Sari Dewi, ibunda dari Adjie yaitu Ami Djati Prayitno, dan selebriti dunia seperti Grace Kelly, Audry Hepburn, Rita Hayword, Evita Peron, serta Lady Diana.
Meski menggelar show di pameran pernikahan, ia tidak banyak membuat gaun atau kebaya pengantin. Fokus rancangannya justru untuk para tamu yang menghadiri pernikahan. Berbeda dari karya-karya sebelumnya yang terkesan glamor dan mewah, kali ini Adjie menyuguhkan kebaya Jawa klasik tanpa payet. “Tidak semuanya saya keluarkan baju wedding, tapi baju tamu untuk datang ke wedding seperti apa sih, baju tanpa payet pun bisa tampil mewah,” ujar desainer langganan para artis itu seperti dikutip dari situs wolipop.com.
Dengan dukungan sejumlah sahabat serta artis senior papan atas seperti Rima Melati, Slamet Rahardjo, Roy Marten dan Widyawati sebagai modelnya, Adjie pun sukses memukau hadirin dengan beragam koleksi teranyarnya. Berbagai kebaya Jawa tempo dulu rancangannya sanggup memanjakan mata tamu undangan. Kebaya model Kartini itu dibuat dengan detail lace dan motif bunga-bunga yang indah. Untuk menambah kesan klasik, kain batik khas Jawa digunakan sebagai padanan. Meski terkesan sederhana karena tidak menggunakan aplikasi payet, kebaya klasik rancangan Adjie itu tetap membuat si pemakai nampak anggun dan elegan.
Selain kebaya, Adjie juga menyuguhkan koleksi gaun malam yang terkesan mewah dan seksi dengan beragam model dan warna berani serta bahan ringan melayang. Ada gaun detail lipit di bagian atas, gaun dengan rok siluet gelembung, gaun detail sequin di bagian pinggang dan lain-lain.
Pada sesi ketiga atau terakhir, Adjie menampilkan beberapa gaun pengantin. Secara keseluruhan ada 42 rangkaian busana yang ditampilkan Adjie. Desainer 50 tahun itu sempat terharu ketika memberikan kata sambutan di awal acara. “Ini support yang besar sekali dari hadirin untuk saya. Terimakasih untuk anak-anak saya, yang begitu besar memberikan spirit untuk hidup saya,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Bersama anak-anaknya, Adjie mendapatkan ucapan selamat dan kebanjiran bunga dari para sahabat. muli, red | Bio Selebriti TokohIndonesia.com