Menggebrak dengan Brand Urban Crew

Era Soekamto
 
0
788
Era Soekamto
Era Soekamto | Tokoh.ID

[SELEBRITI] Perempuan berdarah Yogyakarta-Tegal ini menggebrak dunia fashion Indonesia dengan memperkenalkan Urban Crew, brand fashion bergenre unisex di akhir tahun 90-an. Kreativitas dan jiwa entrepreneurship kemudian mendorongnya untuk membuat beberapa lini bisnis seperti lembaga pendidikan fashion, sekolah model, konsultasi untuk industri kreatif, dan produk-produk kerajinan.

Sedari kecil, Era Soekamto sudah mulai merajut mimpinya untuk menjadi seorang desainer. Kedua orang tuanya mempunyai peran terbesar dalam mewujudkan mimpinya itu. Ilmu mendesain pertama kali dipelajarinya dari sang ayah yang berkecimpung di bidang konstruksi. Sementara kecintaannya akan fashion diturunkan dari sang ibu yang gemar bersolek dan punya banyak koleksi kain-kain tradisional.

Perempuan kelahiran Ampenan, Lombok, Nusa Tenggara Timur, 3 Mei 1976 ini, masih ingat pengalaman masa kecilnya saat bermain dengan kain-kain milik ibunya, memadupadankannya, lalu melakukan fashion show mini di depan cermin. Era yang juga gemar mengkliping foto-foto fashion ini bahkan sudah mulai merancang busana sejak duduk di kelas 5 SD.

Tidak seperti anak kecil pada umumnya yang cita-citanya masih mudah berubah, Era sudah mantap menentukan pilihan karirnya. Tekadnya yang sudah bulat itu kemudian diuji oleh tentangan dan tantangan. Ia harus menghadapi tentangan ayahnya yang tidak setuju dengan keinginan Era untuk terjun di dunia seni terlebih di masa itu profesi sebagai desainer belum terlalu populer.

Tak habis akal, Era kemudian memberikan pengertian pada ayahnya bahwa ia ingin menjadi seorang desainer dengan pola pikir struktural. Karena itulah, saat duduk di bangku SMA, ia lebih memilih untuk mengambil jurusan fisika. Setelah tamat SMA, Era kemudian menimba ilmu desain di Sekolah Mode La Salle, Singapura. Ketika itu pun ia masih harus menghadapi omongan sumbang dari orang-orang yang meragukan pilihannya. “Buat apa sekolah jahit jauh-jauh?” atau “Nanti mau jadi apa?” tutur Era mengenang masa lalunya.

Kendati demikian, Era tak gentar, cemooh justru dijadikan motivasi, pelecut semangatnya. Tekadnya pun kian membara untuk menggapai cita-citanya menjadi desainer. Benar saja, setelah menyelesaikan studi desainnya di Singapura, perlahan tapi pasti, Era berhasil menunjukkan karya nyatanya. Cemoohan dan cibiran dari orang yang dulu pernah memandangnya sebelah mata pun berbalik menjadi decak kagum.

Tahun 1997, Era didapuk menjadi head designer di pabrik tekstil Tarumatex serta menjadi pengajar pada Lassale Jakarta. Tak lama berselang, Era yang kala itu masih berusia 21 tahun mengikuti ajang Indonesia Young Designers Contest dan berhasil keluar sebagai juara. Dari situ, ia dan beberapa kawannya kemudian membentuk Urban Crew untuk pasar kaum muda dengan modal usaha yang mereka kumpulkan dari gaji masing-masing.

Ia terpanggil untuk mendirikan Urban Crew lantaran merasa tidak puas melihat fashion di Indonesia yang industrinya masih sangat terkotak-kotak. Era juga sebal melihat banyak orang Indonesia yang lebih memilih untuk belanja ke luar negeri. Karenanya, ia mencoba menghadirkan konsep lini fashion yang berbeda, sesuatu yang bergaya internasional namun dengan semangat lokal.

Alasan lain, saat itu belum ada brand fashion lokal yang mampu menggabungkan antara kreativitas dan brand positioning fashion designer. Kekuatan industri garmen pada produksi masal dan terintegrasi tidak bisa sejalan dengan kemampuan fashion designer yang berdiri sendiri-sendiri. Padahal, Era menilai, bila keduanya disatukan ditambah dengan kekuatan entrepreneurship akan menghasilkan brand lokal yang kuat dan bisa bersaing dengan brand internasional lainnya.

Pengagum Coco Chanel ini pun mengakui bahwa Urban Crew dimulai dengan sistem sersan (serius tapi santai). Jadi modal bukan merupakan faktor utama, melainkan konsep dan kinerja yang prima. Dua hal itulah, ditambah dengan keberanian dan networking yang kuat, Era kemudian memulai bisnis dari rumah yang merangkap menjadi workshop sekaligus butik di bilangan Radio Dalam, Jakarta Selatan.

Advertisement

Dengan modal konsep dan keberanian, Era kemudian mendatangi Dupont Lycra untuk menjadi sponsor peragaan tunggal Urban Crew yang pertama. Pagelaran pertama pun sukses. Era muncul di saat yang tepat, dengan target market anak muda di segmen menengah-atas yang haus akan mode fashion dan merek luar yang belum banyak berdatangan ke Indonesia.

Sejak itu, Era dan Urban Crew-nya mulai diperhitungkan dalam peta mode di Tanah Air sebagai brand lokal baru yang siap bersaing. Rancangan mereka pun mulai masuk dunia hiburan. Beberapa grup musik memakai kostum rancangan mereka untuk penampilan panggung dan video klip. Energi dan idealisme yang masih sangat luar biasa ditunjang dengan sifat agresif khas anak muda akhirnya berhasil mendongkrak brand Urban Crew meledak di pasaran.

Tawaran fashion show pun banyak berdatangan. Ia mengaku, pada 1999, ia bisa melakukan empat kali pertunjukan. Urban Crew setidaknya telah menggelar lebih dari 200 fashion show, baik dalam skala nasional maupun internasional, dan 8 buah fashion show tunggal setiap tahunnya dengan sponsor-sponsor seperti Mercedes Benz, Nokia dan Nescafe.

Era mengakui, tahun-tahun itu merupakan masa yang “gila” sepanjang perjalanan karirnya. Jika mengingat masa-masa itu, Era sering merasa heran darimana ia bisa mendapatkan energi sebesar itu. “Saya mendesain layaknya arsitek membuat suatu bangunan. Ada bentuk akhir di masa depan yang harus terealisasi dan kita melakukan langkah demi langkah, tahap demi tahap, untuk mewujudkannya,” ujar Direktur Program Indonesia International Fashion Institute (IIFI) ini seperti dikutip dari situs Sindo.

Kendati demikian, dengan penuh kerendahan hati, Era mengakui kesuksesannya bukan semata-mata karena tangannya sendiri, melainkan dengan adanya kerja tim yang solid. Urban Crew bukan hanya tempat Era berkreasi, tapi juga tempatnya belajar. Ia mengaku banyak sekali pembelajaran yang ia dapatkan dari label fashion pertamanya itu. Mulai dari bagaimana mengurus keuangan, partnership lewat trial & error, hingga belajar menjadi seorang fashion designer sekaligus pengusaha yang baik.

Menurut Era, bisnis tak hanya melulu soal uang, tapi ada nilai sosial yang jauh lebih bernilai dari sekadar materi. “Dan jangan lupa; Tuhan akan sibuk bekerja untuk kita, saat kita sibuk bekerja untuk orang lain. Tapi Tuhan akan sibuk bekerja untuk orang lain, saat kita sibuk bekerja untuk diri sendiri,” kata desainer yang masih betah melajang ini.

Tak hanya itu, dari pengalamannya bergelut membesarkan Urban Crew, Era kemudian menemukan passionnya yang lain di luar fashion, yakni pendidikan. “Saya suka mengajar dan saya ingin membagi apa yang telah saya pelajari pada orang lain,” kata peraih gelar Bachellor of Art ini. Tak bisa dipungkiri, profesi desainer masih menjadi pilihan minoritas. Berangkat dari kenyataan itu, nurani Era Soekamto pun tergugah untuk mendirikan lembaga pendidikan fashion. Pasalnya, orang kreatif seperti desainer jarang sekali diberikan akses menuju kesuksesan. Jangankan pemerintah, bahkan masyarakat pun masih sangsi dengan dunia kerja kreatif.

Era mulai mendirikan lembaga pendidikan fashion yang menjadi anak perusahaannya, yakni Urban Professional Agency yang menangani konsultasi untuk industri kreatif, Unique Indonesia yang menjadi recruitment sekaligus training agent untuk teknik sulam dan jahit, serta X Label yang menangani riset dan pengembangan. Kemudian, ada Unique Indonesia yang dikhususkan untuk produk kerajinan, serta Urban Garmindo yang bergerak di bidang desain seragam khusus korporasi. Era menjalankan semua bisnis itu secara beriringan.

Dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin, Era menggunakan pendekatan holistik yaitu dengan memberikan wadah bagi karyawan dan memberdayakan kemampuan setiap karyawan. Ia memberikan kesempatan kepada para karyawannya untuk terus berkembang sesuai dengan mimpi dan keinginan mereka dengan memberikan stimulan.

Era juga menunjukkan kepeduliannya pada pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM). Lewat bendera Urban Chain, ia memproduksi aneka produk berbahan dasar kulit kanguru. Era mengajak beberapa UKM di Bandung, Bali, Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta untuk berpartisipasi. Selain untuk mengembangkan usaha tingkat kecil, Era berpendapat, para pelaku UKM juga perlu wadah untuk menyalurkan kreativitasnya.

Era juga mencetak para model-model muda berbakat melalui sekolah modeling yang didirikannya, Platinum Management & Modeling Agency. Selain peduli pendidikan, Era Soekamto juga dikenal sebagai perancang busana yang mencintai kebudayaan Indonesia. Hal itu dapat terlihat dengan partisipasi aktifnya sebagai salah satu dari tim ahli yang turut melestarikan tenun dari seluruh penjuru Tanah Air bersama Cita Tenun Indonesia.

Menurut Era, bisnis tak hanya melulu soal uang, tapi ada nilai sosial yang jauh lebih bernilai dari sekadar materi. “Dan jangan lupa; Tuhan akan sibuk bekerja untuk kita, saat kita sibuk bekerja untuk orang lain. Tapi Tuhan akan sibuk bekerja untuk orang lain, saat kita sibuk bekerja untuk diri sendiri,” kata desainer yang masih betah melajang ini. Gerakan Indonesia Menginspirasi adalah salah satu gerakan sosial yang sedang digarapnya bersama sejumlah rekan, untuk menjelajah pelosok negeri, berbagi pengalaman dan mengajak membuat perubahan kecil kepada sebanyak mungkin orang agar bisa lebih berdaya atas dirinya.

Ia juga mengutarakan mimpinya yang lain yakni menjalankan program dari perempuan untuk perempuan. Program tersebut memberdayakan 500 perempuan di daerah yang potensial dalam mengolah kain tradisional agar lebih bisa terangkat di dunia internasional. Lantaran bekerja di industri yang terus berkembang, konsultan fashion untuk Wacoal Indonesia, Brand Aid, Laxmi Tailor dan Salim Textile ini merasa harus terus mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya dengan menginspirasi banyak orang.

Pada tahun 2004, Era kembali memberikan kontribusi pada dunia fashion dengan mendirikan Indonesia International Fashion Institute, termasuk merancang kurikulumnya, serta mendirikan Indonesia Fashion Incorporated yang menggelar Indonesia Fashion Week sejak 2006. Kesuksesannya dalam bisnis fashion, banyak dipengaruhi oleh keterampilan bergaul dan berbaur dengan berbagai komunitas dan organisasi. Kemauan untuk meluangkan waktu di kegiatan nonprofit justru pada akhirnya memberikan hasil lebih dari yang pernah terbayangkan. Ia aktif di berbagai organisasi fashion, antara lain menjadi anggota Indonesia Fashion Designer Council, Indonesia Young Entrepreneurship, dan Indonesia Creative Industry Community.

Pengalamannya sebagai desainer yang sukses di usia muda, membuat perempuan berdarah Yogyakarta-Tegal ini kerap mendapat kepercayaan untuk berpartisipasi sebagai juri dalam berbagai kontes fashion, di antaranya Mercedes Benz Fashion Award, Indonesia Young Designer Contest dan Plaza Senayan Palm Award.

Desainer yang pernah menggarap desain dan pemesanan kostum untuk film Ca Bau Kan, Janji Joni dan Ekspedisi Maladewa ini berhasil menjadi sosok desainer sekaligus pebisnis muda yang inspiratif. Tak heran jika dirinya kerap mendapat undangan menjadi pembicara untuk berbagi motivasi bisnis bagi para entrepreneur muda. Dalam menjalani bisnisnya yang dirintis sejak tahun 90-an itu, Era memiliki pendekatan bisnis ala Era Soekamto, yakni Desain (bukan sekadar fungsi), Strong (bukan sekadar argumen), Simphony (bukan sekadar fokus), Empathy (bukan sekadar logis), Play (bukan sekadar keseriusan), dan Meaning (bukan sekadar akumulasi).

Ketekunan dan kegigihannya mengembangkan dunia fashion Tanah Air telah membuahkan sejumlah penghargaan bergengsi, diantaranya Best Illustrator Indonesian Fashion week, Best up coming designer A+ Magazine Fashion Award, Designer of the year Dara magazine, dan masih banyak lagi.

Bisnis fashion yang dijalankan Era dengan menggabungkan misi sosial dan fokus melestarikan budaya mendatangkan pencapaian besar bagi karirnya. Sejumlah jabatan di berbagai organisasi fashion maupun entrepreneur pernah diembannya. Era pernah menjadi Public Relation Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI). Mengenai keterlibatannya di IPMI, Era berkomentar, “Tak mudah masuk IPMI, banyak kriteria yang harus dipenuhi seperti memenangi lomba, diakui media dan customer, jumlah karyawan juga menjadi pertimbangan. Saya harus menggelar show tunggal tiga kali dalam satu tahun untuk bisa masuk IPMI,” jelas pengagum desainer asal Amerika Serikat, Tom Ford itu.

Dalam ajang Jakarta Fashion Week 2012, Era meluncurkan label dengan namanya sendiri, Era Soekamto, yang fokus pada kain tradisional. Untuk lini Era Soekamto, Era bertumpu pada 4B, yakni brain, beauty, behavior, dan believe. Bahwa perempuan itu multidimensi yang punya banyak peran dan ia mencoba mengemas hal itu dalam koleksi yang lebih dewasa.

Sebagai desainer jempolan, karya-karya Era dihargai mahal. Label Era Soekamto yang menyasar segmen hi-fashion designer label mematok harga Rp1,8 juta hingga di atas Rp25 juta. Sementara untuk Urban Crew sendiri dipasang harga Rp200 ribu hingga Rp2,2 juta. Era mengaku bahwa harga dibuat berdasarkan riset dan adjustment dari kompetitor. Pasalnya, ia harus menyeimbangkan antara harga dengan para pesaingnya dan tetap mengutamakan para customernya yang berasal dari segmen kelas menengah atas. Dari harga tersebut, Era mengaku mampu mereguk profit margin hingga 1000%. Sementara dari Urban Garmindo, 40% nya bisa diraih sebagai keuntungan bersih. Ke depan, pengagum Whitney Houston dan Michael Jackson ini memasang target untuk membangun brand Urban Crew menjadi percontohan brand lokal yang dapat go internasional.

Era terus berusaha memberikan yang terbaik untuk mengembangkan dua brand yang bertolak belakang ini. Di satu sisi, Urban Crew identik dengan citra keras, agresif dan berapi-api, sementara label Era Soekamto mencerminkan citra wanita yang elegan, mewah dan anggun. Namun, hal itulah yang menjadi kelebihan Era Soekamto dengan kemampuan dualisme desainnya. “Saya harus bisa men-switch otomatis saat saya harus mendesain Urban Crew dan saat saya mendesain Era Soekamto,” jelas desainer yang terobsesi untuk menyaingi brand fashion ternama asal Spanyol, Zara. muli, red

Tips Sukses ala Era Soekamto:

  • Berani tampil beda
  • Memiliki keunikan
  • Memperhatikan hal-hal kecil
  • Menjaga hubungan baik
  • Selalu memberdayakan diri sendiri dan orang sekitar
  • Memiliki passion pada industri dan komunitas
  • Tak pernah berhenti belajar
Data Singkat
Era Soekamto, Desainer, Perancang Busana / Menggebrak dengan Brand Urban Crew | Selebriti | Pengusaha, desainer, pengajar, busana, pembicara, fashion, modeling

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini