Naikkan Citra Dangdut

Iis Dahlia
 
0
433
Lama Membaca: 5 menit
Iis Dahlia
Iis Dahlia | Tokoh.ID

[SELEBRITI] Penyanyi dangdut ini populer lewat lagu-lagu Melayu Tempo Doeloe generasi Said Effendi dan Mashabi. Dengan penampilannya yang elegan dan jauh dari kesan seronok, Iis dianggap sebagai salah satu ikon musik dangdut yang menaikkan kelas musik khas Indonesia ini.

Iis Dahlia lahir di desa Bongas, Indramayu pada 29 Mei 1972 dengan nama Iis Lailiyah. Di masa kecilnya, putri pasangan Makmuri dan Qomariyah ini dikenal sebagai gadis periang dan amat menyukai dunia seni terutama menyanyi. Meskipun terlahir di kota kecil, ia sangat berharap suatu hari dapat mewujudkan cita-citanya, menjadi seorang penyanyi ternama. Itulah sebabnya, ia tak pernah menyia-nyiakan kesempatan setiap kali mendapat tawaran manggung.

Saat masih duduk di bangku kelas 4 SD, Iis sudah akrab dengan dunia panggung meski masih berskala kampung. Ia bahkan pernah tampil memamerkan bakat menyanyinya dengan iringan organ tunggal dalam pesta perkawinan atau perayaan 17 Agustus. Pada masa itu, ratu dangdut Elvy Sukaesih sedang berada di puncak kejayaannya sedangkan nama Evie Tamala baru mulai merambat naik.

Demi mewujudkan cita-citanya sebagai penyanyi, ia meninggalkan kampung halamannya dan hijrah ke Bandung. Selain untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP, kepindahannya ke Kota Kembang itu juga untuk mengikuti les vokal di HAPMI (Himpunan Artis Penyanyi dan Musisi Indonesia).

Iis pertama kali menimba ilmu vokal pada Jajat (almarhum), yang juga dikenal sebagai vokalis grup band Paramour. Salah seorang peserta les vokal di tempat ini adalah penyanyi Inka Christie yang belakangan dikenal sebagai rocker wanita. Namun Bandung rupanya belum cukup memenuhi keinginan Iis. Setahun kemudian, saat naik ke kelas 2 SMP, ia pindah ke Jakarta.

Di ibukota, peruntungan Iis di dunia tarik suara secara perlahan mulai menunjukkan hasil. Setiap malam minggu ia tampil menyanyi di Taman Impian Jaya Ancol dan mendapat honor sebesar Rp90.000 setiap bulannya. Tak lama kemudian, Iis yang saat itu masih berusia 14 tahun dikontrak sebagai penyanyi tetap di Ancol. Setelah itu, berturut-turut ia juga dikontrak menjadi penyanyi tetap di dua tempat hiburan ternama ibukota, yakni Taman Ria Monas dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Tak cukup puas hanya bertitel sebagai penyanyi amatiran, Iis mulai berjuang agar dapat menjadi penyanyi profesional. Namun, perjalanan karirnya saat itu sangat berliku dengan berbagai pengalaman yang tak mengenakkan. Iis pernah menjadi korban penipuan saat ingin mengikuti tes acara Wajah Baru di TVRI, satu-satunya stasiun teve yang ada di Indonesia saat itu. Uang sebesar Rp800.000 amblas ditilep seorang wanita yang mengaku mampu menyertakan Iis dalam acara tersebut. Meski telah kehilangan sejumlah uang yang pada saat itu terbilang cukup besar, Iis pantang menyerah.

Kegigihannya mulai berbuah manis di tahun 1990 dimana Iis mendapat kesempatan tampil dalam acara Wajah Baru di TVRI. Kemudian ia diminta oleh TVRI untuk menjadi bintang tamu pentas lenong. Ternyata penampilan Iis mengundang perhatian asisten produser perusahaan rekaman Akurama Record. Dari acara inilah akhirnya Iis ditawari kontrak rekaman, tak tanggung-tanggung delapan album sekaligus tanpa tes vokal.

Mulanya ia sempat ragu lantaran rekaman yang dimaksud adalah untuk album lagu-lagu dangdut. Namun demi mengejar impiannya, Iis akhirnya menandatangani surat perjanjian kontrak rekaman itu. Sejak itu, mulailah Iis belajar menyanyi dangdut, jenis irama yang sudah akrab di telinga wanita berhidung bangir ini. Menurutnya, cengkok menyanyi dangdut tidak jauh beda dengan membaca Al-Qur’an.

Untuk setiap album, Iis mendapat imbalan Rp750.000 dan produser langsung melunasi pembayaran kontrak untuk delapan album itu. Sementara pada tahun 1987, Iis mendapat kesempatan rekaman menyanyikan lagu Mandarin yang sudah dialihkan ke bahasa Indonesia.

Advertisement

Kegigihannya mulai berbuah manis di tahun 1990 dimana Iis mendapat kesempatan tampil dalam acara Wajah Baru di TVRI. Kemudian ia diminta oleh TVRI untuk menjadi bintang tamu pentas lenong. Ternyata penampilan Iis mengundang perhatian asisten produser perusahaan rekaman Akurama Record. Dari acara inilah akhirnya Iis ditawari kontrak rekaman, tak tanggung-tanggung delapan album sekaligus tanpa tes vokal.

Sejak memulai karirnya sebagai penyanyi profesional, agar terdengar lebih komersil, Iis pun mengubah nama belakangnya, dari Lailiyah menjadi Dahlia. Meski demikian, album pertamanya, Juned, yang dirilis tahun 1989 tidak sukses di pasaran. Namanya baru mulai mengorbit saat Iis merilis album keduanya berkat salah satu lagu di album tersebut, Tamu Tak Diundang.

Konon penjualan album keduanya ini menembus angka satu juta kopi. Setelah Juned dan Tamu tak Diundang, album-album dangdut yang dinyanyikan Iis mulai membanjiri pasaran, sebut saja Air Mata Tiada Arti, Ditinggal Kekasih, Payung Hitam, serta masih banyak lagi. Iis juga sukses membawakan lagu Melayu Tempo Doeloe generasi Said Effendi dan Mashabi, Seroja.

Berkat kontribusinya menyemarakkan industri musik dangdut saat itu, Iis dianggap sebagai penyanyi dangdut yang ikut “menaikkan kelas” musik dangdut di mata masyarakat, di samping nama-nama lain seperti Evie Tamala, Ikke Nurjanah, dan Cici Paramida. Hal ini tak terlepas dari penampilannya yang terkesan kalem tapi berkelas, kostum panggung yang tidak berlebihan serta goyangannya pun tidak seronok. Dengan penampilan dan reputasi seperti itu, pamor Iis tak kalah dengan penyanyi-penyanyi pop atau jazz.

Di dekade 90-an, saat musik dangdut sedang berada di masa keemasannya, karya-karya Iis pun sering diganjar penghargaan. Tahun 1992, untuk kali pertama, Iis mendapat penghargaan HDX Award berkat penjualan albumnya yang berhasil mencapai jumlah tertinggi pada tahun itu. Sebuah prestasi yang tak mudah diraih karena selama bertahun-tahun posisi itu selalu ditempati Itje Tresnawati, pedangdut yang populer dengan lagu Duh Engkang.

Pada tahun 1997, dalam ajang Anugerah Dangdut TPI (ADTPI), Iis kembali menorehkan prestasi dengan dinobatkan sebagai Penyanyi Wanita Dangdut Terbaik setelah menyingkirkan dua pesaingnya, Ikke Nurjanah dan Cici Paramida.

Selain piawai melantunkan tembang-tembang dengan cengkok dangdutnya, Iis ternyata juga cukup pandai berakting. Buktinya, beberapa judul sinetron telah ia bintangi antara lain, Sepekan Sinetron Remaja TVRI, Mata Hati, Seroja, Gara-gara, dan Padamu Aku Bersimpuh. Iis juga pernah beradu akting dengan aktris kawakan Christine Hakim dalam serial drama Tiga Perempuan.

Di puncak popularitasnya, Iis mengakhiri masa lajangnya dengan menerima pinangan Dadang Indrajaya, seorang duda yang berprofesi sebagai pengusaha. Dari pernikahan itu mereka dikaruniai seorang anak perempuan bernama Salshadilla Juwita pada 14 Juni 1998. Sayangnya, pernikahan Iis dengan Dadang tidak berlangsung lama dan berakhir dengan perceraian.

Iis kemudian menikah lagi dengan seorang pilot, Satrio Dewandono. Dari pernikahannya dengan pria yang biasa disapa Andri itu, Iis melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Devano.

Selain dikenal sebagai biduanita yang ikut memperbaiki citra dangdut, Iis juga termasuk salah satu selebriti Tanah Air yang peduli pada lingkungan. Salah satu albumnya, Dangdut Samudera, sebagian besar lagunya bertemakan konservasi kelautan Indonesia. Album yang diluncurkan tahun 2004 ini merupakan kerja samanya dengan pedangdut Tito S. Ismail, yang merupakan adik kandung mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Rokhmin Dahuri.

Iis juga pernah bekerja sama dengan musisi dari jalur musik lain seperti pop. Pada 2009, ia berkolaborasi dengan grup band Ungu dalam lagu Hampa Hatiku. Tiga tahun berselang, ia bekerjasama dengan dua sahabatnya, Krisdayanti dan Yuni Shara, membawakan lagu yang sempat menjadi hits di tahun 80-an, Nurlela.

Lagu yang dipopulerkan oleh grup vokal Rumpies yang beranggotakan Trie Utami, Vina Panduwinata, Atiek CB dan Malyda, itu diaransemen ulang oleh Iis dan penyanyi kakak beradik asal Batu Malang itu dengan nuansa Timur Tengah.

Di kala kejayaan musik dangdut semakin meredup, Iis Dahlia berharap musik dangdut tak lantas mati tergerus zaman. Walaupun tak seperti dulu lagi, ia cukup bersyukur dengan masih diikutsertakannya kategori musik dangdut dalam ajang Anugerah Musik Indonesia (AMI). Karena baginya, dangdut tak bolah hilang dari Indonesia. Apalagi musik tersebut sangat merakyat di bumi nusantara ini.

“Dangdut itu masih ada dong. Musik dangdut tak boleh hilang dari Indonesia. Saya bangga musik dangdut masih ada nominasi,” ucap wanita berkumis tipis ini. Di mata Iis, musik dangdut membuat musik di Indonesia lebih bervariasi. Tak heran jika penghargaan untuk para musisi dangdut kerap digelar. Namun gemanya belum terlalu besar. Padahal mereka sudah gencar melakukan berbagai cara. Namun, sayang, musik dangdut sulit masuk televisi sehingga promosi ke masyarakat terasa sulit.

“Sebenarnya setiap tahun ada di anugerah-anugerah musik dangdut itu. Kita ini susah dipromosi. Yang kita sesali kenapa susah masuk ke televisi,” sesal ibu dua anak ini.

Sulitnya musik dangdut masuk ke televisi merupakan indikasi bahwa musik tersebut tergilas oleh band. Apalagi band-band baru tumbuh bak jamur. Iis tak membantahnya dan menurutnya, tak hanya musik dangdut saja yang tergilas. Penyanyi solo juga terkena dampak. Meski begitu, dirinya yakin roda akan berputar.

“Sebenarnya yang digilas bukan hanya dangdut, penyanyi solo juga. Saya percaya roda itu berputar. Sekarang ini masa-masa poplah. Dulu kita pernah berjaya,” ucapnya. Walau begitu, Iis tidak patah semangat. Justru ia bertekad untuk tetap berkarya. “Yang penting kita buat album dan bikin lagu,” tandas pemilik restoran My Ancake ini. eti | muli, red

Data Singkat
Iis Dahlia, Penyanyi dangdut / Naikkan Citra Dangdut | Selebriti | Penyanyi, dangdut, sinetron

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini