Buah Keuletan Los Antara

I Ketut Los Antara
 
0
390
I Ketut Los Antara
I Ketut Los Antara | Tokoh.ID

[WIKI-TOKOH] Sukses merintis usaha tak membuat I Ketut Los Antara lupa. Pria kelahiran Badung, Bali, ini sadar bahwa ada tanggung jawab sosial yang harus dipenuhi kepada komunitas. Secara sukarela dia menjadikan tempat usahanya sebagai kawah candradimuka bagi para calon perajin ukir. Dia memelopori lahirnya komunitas perajin ukir di kawasan Tangeb, Badung.

“Saya melakukan semuanya secara alami. Hidup di desa kalau sukses sendiri enggak ada gunanya. Ada teman yang enggak makan, ya, terketuk (hati saya)”, ujar Los tentang kerelaannya berbagi dan menyebarkan ilmu.

Atas jasanya itu, Los meraih penghargaan Upakarti Jasa Kepeloporan pada 2009. Foto dia bersalaman dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terpampang dalam ukuran sebesar baliho di depan tempat usahanya, UD P Jatayu di Jalan Raya Kapal, Munggu, Tangeb, Abianbase, Badung.

Foto itu, katanya, bukan untuk menyombongkan diri. Itu lebih sebagai ungkapan rasa syukur karena kerja yang dirintisnya sejak 10 tahun lalu itu dihargai.

Setelah 15 tahun menjadi pegawai negeri sipil, Los mengajukan pensiun dini karena ingin fokus mengembangkan usaha yang dia rintis sejak lama. Ia merasa ada panggilan kuat dalam dirinya untuk menjadi perajin ukir.

Dengan bendera UD P Jatayu yang dia dirikan tahun 1990, Los mantap melebarkan sayap usahanya dari semula usaha jasa potong kayu menjadi usaha ukiran. Dia memulainya dengan membuat ukiran pada papan nama dan tempat sembahyang. Saat itu ia dibantu 8 pekerja.

Ketika itu, dia memang bukan satu-satunya perajin ukir di Tangeb, tetapi tak banyak perajin yang mau membuka usaha. “Mereka khawatir tak ada yang beli”, katanya.

Oleh karena tak banyak saingan, usaha Los maju pesat. Tahun 1994-1995, pesanan ukiran papan nama dan tempat sembahyang membanjirinya. Pesanan datang dari Kuta, Jimbaran, hingga Kerobokan.

Kiat yang diterapkan Los adalah memosisikan produknya di pasar kelas menengah-atas. Salah satunya melalui penggunaan material kelas satu, kayu jati. Umumnya perajin ukir memakai bahan baku kayu kalimantan atau kayu nangka.

Kayu jati dia jadikan tiang, canggah, wang, dan lambang. Adapun untuk lisplang, usuk dan reng, dia menggunakan kayu kalimantan. “Dengan begitu, meski mahal, produk saya memiliki nilai investasi karena tahan lama”.

Advertisement

Los juga melakukan langkah berani dengan memodifikasi berbagai motif ukiran, seperti Patre Mesir, Welande (Belanda), Sari (India), dan Bangkok. Dia juga terus mengembangkan kreativitasnya melalui produk yang beragam, seperti stil bali, sanggah, pintu bali, katil, ram, tere, jineng, gebyok stil bali, hingga mebel ukiran, seperti lemari, meja-kursi, dan tempat tidur.

Strategi itu cukup berhasil. Produk Los diburu orang meski di pasaran banyak produk sejenis dengan harga lebih murah.

Keberhasilan itu membuat namanya lekat dengan dunia ukir. Kepakarannya makin diakui. Ia kerap diminta sebagai pembicara dalam kegiatan yang berkaitan dengan seni ukir. Ia juga menjadi anggota Dewan Kerajinan Nasional Badung.

Menyadari rezeki setiap orang sudah diatur Yang Maha Kuasa, Los tak pelit membagi ilmu. “Saya tak perlu berebut lahan karena masing-masing sudah ada porsinya”.

Dia menerima para siswa SMK dan SMA yang ingin praktik kerja lapangan di tempat usahanya. Los memberikan keleluasaan kepada para calon perajin itu untuk menimba ilmu semaksimal mungkin. “Mereka yang berprestasi, lalu saya ajak bergabung”, katanya.

Los juga membentuk Kelompok Perajin Astha Gine untuk mewadahi para perajin ukir Tangeb yang tak berani unjuk gigi.

“Saya dorong mereka (perajin) agar lebih siap berusaha. Misalnya, dengan mengajari bagaimana mengatur usaha ukiran dari sisi manajemen ataupun desain. Istilahnya, kalau kita naik motor, ya, harus pakai helm”, ujar Los yang mempunyai perajin binaan 90 orang.

Modal keuletan

Los tertarik seni ukir sejak duduk di bangku SMP. Meski lahir dari pasangan petani dan setiap hari bergelut dengan pekerjaan, seperti membajak dan memelihara sapi untuk memenuhi kebutuhan hidup, diam-diam Los menyimpan hasrat besar untuk belajar seni ukir.

Dia lalu belajar kepada seorang ahli ukir, Rayi Wedha. Kegiatan belajarnya itu dia lakukan di sela kegiatannya membantu orangtua di sawah dan memelihara sapi.

“Pas ada waktu libur, saya baru ikut [Rayi Wedha] bekerja ke luar kota. Kami ke Tabanan, ke Denpasar”, katanya.

Tahun 1971, Los lulus sekolah guru. Ilmu ukir yang dia peroleh dari Rayi Wedha dimanfaatkan untuk merintis usaha kecil-kecilan. Bersama beberapa teman, ia membuat papan nama dengan ukiran khas Bali.

“Modalnya hanya keuletan. Kami mengerjakan pesanan papan nama dari sebuah art shop di Sanur. Lumayan, kami dapat komisi dari pesanan yang dikerjakan”, kata Los.

Usaha itu hanya bertahan hingga tahun 1980. Kesibukannya sebagai pegawai negeri sipildia menjadi guru agama sebuah SMP di Petangmembuat usaha itu terbengkalai.

Tahun 1990, Los memulai kembali usahanya. Dia memulainya dengan usaha jasa potong kayu. Namun, usaha itu tak berjalan mulus karena kayu sulit didapatkan. Untuk mendukung usaha itu, bersama istrinya, Ni Made Jata, Los kemudian menjajal usaha lain.

Saya berdagang pakaian”, kata Los tentang usaha yang dia lakoni hingga Pasar Turi dan Pasar Kapasan di Surabaya, Jawa Timur, itu.

Dia berangkat ke Surabaya setiap Sabtu sore. Hari Minggu, dia berbelanja dan Senin sudah berada kembali di Bali. Dengan demikian, usaha itu tak sampai mengganggu pekerjaannya sebagai guru.

Melalui kakak iparnya, Los “berkenalan” dengan bank. Dia memberanikan diri untuk memanfaatkan pinjaman dari bank.

“Setelah itu kami baru mampu mencari tempat usaha, meskipun harus mencicil utang”, kata Los yang memanfaatkan kredit bank mulai Rp 4 juta sampai Rp 75 juta.

Kini, jumlah karyawannya 60 orang. Berpegang pada keyakinan rezeki tak boleh berlebih, Los merasa puas dengan usahanya. Dia bangga, di Tangeb telah bertumbuhan perajin ukir dengan karya yang beragam. e-ti

Sumber: Kompas, Kamis, 27 Mei 2010 | Penulis: Dwi As Setianingsih

Data Singkat
I Ketut Los Antara, Pengusaha / Buah Keuletan Los Antara | Wiki-tokoh | Pengusaha, seni, ukir, kayu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini