Melepas Sekat Stereotip Bloger
Rara
[WIKI-TOKOH] Bayangkan kekuatan ragam ide dan ekspresi unia maya yang tanpa batas diberikan tempat yang layak di dunia nyata untuk diwujudkan.
Terlihat wajah-wajah bersemangat terpancar dari hampir 1.500 orang yang memadati lobi Gedung Epicentrum, Kuningan, Jakarta, Sabtu (30/10). Banyak yang datang bergerombol, tersenyum bangga dengan kaus yang sengaja diseragamkan, membentuk identitas mereka.
Tak sedikit pula yang datang sendiri melenggang sama ce-rianya, berkenalan, dan dalam sedetik ikut larut dalam perbincangan seputar dunia maya.
Di belakang lobi, taman Epicentrum telah berubah menjadi arena berpesta. Dekorasi kain hitam mendominasi, sementara panggung besar putih di tengah menyemarakkan suasana dengan berbagai musik yang berdenrum keras dari band-band yang mengorbitkan diri lewat perantara dunia virtual.
Ada pula berbagai stan komunitas daring (online) dan beberapa komunitas luring (offline) berdiri di pinggir-pinggir taman, berlomba menonjolkan diri. Dari sekadar kaus, celengan penuh uang logam, hingga makanan khas sepertibandrek lampung jadi pajangan unik yang menarik mata pengunjung. Salah satu komunitas sampai mengeluarkan robot mereka mengelilingi pengusung, dan siap berfoto bersama.
Di tengah keriuhan pengunjung, seorang perempuan muda berbaju hitam tak henti-hentinya dengan sigap bergerak ke sana-kemari, sibuk mengecek. Wajah bulatnya terus dibanjiri keringat, tetapi senyum kegembiraan menghiasinya.
Irayani Queencyputri, perempuan berdarah Makassar inilah, yang bertanggung jawab penuh dan berhasil mendatangkan lebih dari 40 komunitas. Gawe Pesta Blog-ger+ 2010 hasil kerja keras bersama timnya dipuji mantan Menteri Komunikasi dan Informatika yang sekarang menjabat Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh sebagai sebuah pesta yang benar-benar merayakan keragaman, sesuai dengan tema yang diusung panitia.
“Saya sangat suka logo jabat tangan berwarna-warni yang mengelilingi Indonesia, benar-benar mencerminkan keragaman,” ucapnya saat memberikan sambutan pembukaan acara.
Sentuhan beda Sebagai perempu.uvportama vjni; dipercaya mi-nWftiandani ajang para bloger terbesar di Indonesia, Kara, panggilan dara manis itu, tak mau menyia-nyiakannya, la ingin memberikan sentuhan yang berbeda.
Sebagai bloger daerah dari Makassar, Rara mengaku sempat merasakan kekesalannya saat konsep acara ditentukan sedemikian rupa oleh panitia dan sponsor. Namun, ia bisa menghindarinya.
“Kalau sekarang saya mau pakai pendekatan yang beda, bottom up. Saya kumpulkan satu-satu. Setiap komunitas, terutama di daerah, maunya menampilkan apa. fadi, kami ini benar-benar fasilitator saja,” jelasnya saat ditemui sebelum acara berlangsung pada Rabu (27/10/2010).
Tak ketinggalan, Rara yang aktif di komunitas bloger Makassar, Anging Mammiri, ini memanfaatkan pula sentuhan wanita dalam desain tempatberpesta.
Ia juga menyiapkan nursery room bagi bloger yang membawa serta balita mereka. Sejak awal, Rara mengaku antusias ..mengajak ibu-ibu ikut ke acara ini. “Siapa bilang para ibu harus terhalang berekspresi? Bahkan untuk nursery room ini, banyak yang sukarela menyumbangkan boneka. Jadi, jangan kaget begitu masuk arena akan banyak anak kecil berlarian,” ujarnya.
Pelibatan ibu-ibu muda, kata Rara, merupakan langkahnya untuk meningkatkan penetrasi blog ke segala umur dan kalangan. Ia serius bertekad melepaskan sekat-sekat stereotip apa pun pada bloger.
Belum puas
Rara mengaku tetap belum merasa puas atas hasil dari jerih payahnya. Sekadar berpesta dan kumpul-kumpul, menurutnya, belum memuaskan dahaganya untuk memberikan tempat yang layak bagi para bloger mengekspresikan ide-ide mereka.
“Mimpi saya sebenarnya ingin mengadakan festivalbloger, ajang yang benar-benar layak dan megah untuk tak hanya bloger, tapi semua pegiat dunia maya, baik facebooker, tweeps, apa pun adminnya, semua kumpul, berdiskusi, tuangkan ide-ide besar,” ucapnya.
Dokter gigi yang jatuh cinta dengan dunia blog saat duduk di bangku kuliah ini mengaku telah membuat konsep besar mengenai ajang festival bloger tersebut. Ia berharap melalui festival semua bloger di seluruh Indonesia benar-benar dapat puas berkespresi.
“Saya benar-benar ingin menjadi fasilitator terbaik, yang bisa membantu para bloger di seluruh pelosok Tanah Air membuat kegiatan sesuka hati mereka. Mau itu workshop, mengekspresikan diri, kumpul, sharing, kegiatan charity, pokoknya semua, mau lahan yang dibutuhkan seluas apa, jadi benar-benar festival,” ucapnya mencoba mendeskripsikan idenya.
Ide tersebut, lanjutnya, terdorong dari pengalaman pribadinya yang melihat setiap hal di dunia ini, apa pun bidangnya.dapat memanfaatkan blog dan berbagai admin media sosial di dunia maya.
“Seperti saat saya mahasiswa dan belajar membuat blog di senat mahasiswa Saya biso menmflJf-HAl situs resmi fakultas, mulai hal teknis seperti data mahasiswa, sampai Jteunikan-keunikan jurusan. Ini hanya contoh kecil,” ungkapnya.
Sekarang, imbuhnya, mini-pesta bloger saja baru dapat diselenggarakan di 10 kota saja. Blog, ucapnya, tak boleh sekadar penampung ide-ide besar tanpa perwujudan.
“Dari sliaring yang terakomodasi dengan baik, kita bisa menciptakan ide yang jauh lebih besar yang tak pernah terpikirkan sebelumnya,” tandasnya.
Rara sendiri mengakui kaget dengan kekuatan sebuah blog yang mampu menjadi semacam pengingat moral tersendiri bagi orang lain. Tak perlu mengajari, cukup bercerita, orang lain sudah bisa memetik pelajaran berharga. (M-l)
***
Dunia Narablog Penuh Warna
Beberapa tahun silam mungkin masih banyak yang berpikir, mereka yang sekadar duduk di depan komputer memainkan mousc-nya, berselancar di dunia virtual adalah orang-orang asosial. Sekarang, Anda bisa terkaget-kaget sendi-ri dengan keluasan dunia yang ditawarkan di dunia maya. Ada yang bilang dunia maya lebih sosialis daripada dunia sosial nyata.
Pada dunia maya, mungkin mulanya berangkat dari sekadar hobi untuk mengeluarkanunek-unek, berekspresi, menolong orang Iain, hingga berbisnis. Itu semua dapat dilakoni oleh sebuah media sederhana bernama blog. Lihatlah warna itu di Pesta Blogger+ 2010 akhir pekan lalu di Epicentrum, Jakarta.
Berbagai warna serius seperti program Selamatkan Ibu dari organisasi Aliansi Pita Putih Indonesia dan Kongres Wanita Indonesia. Ada juga ODHA Berhak Sehat yang digalakkan berbagai organisasi untuk membantu orang dengan HIV / AIDS (ODHA).
Sampai warna ceria penyaluran hobi membuat kerajinan tangan dari berbagai bahan bisa disebarluaskan memenuhi ruang bloger. “Berapa banyak orang yang tahu dan peduli soal ODHA?” tukas Ryan, perwakilan aktivis kemanusiaan, peserta Pesta Blogger+ 2010.
Di Epicentrum Jakarta itu, luasnya belasan ribu pulau di Indonesia tampak begitu kecil dengan rangkulan berbagai komunitas bloger (narablog) regional yang cuma ada di Indonesia. Komunitas Bloger Lampung, Semarang, Bekasi, Depok, hingga Makassar kumpul bersama. Dengan ceria dan tanpa sekat mereka rujakan sembari bertukar cerita problematika daerah masing-masing.
Elis, seorang pengunjung dari Palangkaraya, rela menghabis-kan tabungannya sebagai guru demi datang ke Jakarta. Lewat blog ia menemukan dunia lain dari rutinitasnya sehari-hari sebagai guru di sebuah sekolah di perdesaan Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
“Kalau tidak gabung di berbagai komunitas bloger, saya tidak akan tahu banyak hal, dan mungkin tidak merasakan keragaman orang,” ungkap Elis, yang mengaku masih belum berani menulis tentang dunia pendidikan.
Tak jauh dari Elis, berdiri seorang bapak setengah baya sedang memegang sebuah tongkat. Kendala penglihatan rupanya tak membuatnya surut untuk menikmati keindahan berbagi lewat pesta blog.
Basuki, pria tersebut bahkan turut menyebarkan manfaat blog kepada berbagai penyandang tunanetra terutama di berbagai pondok pesantren di Semarang. Hebatnya lagi ia memakai komputer normal dalam mengelola blognya.
“Oh saya tidak pakai huruf braille di komputer. Biasanya saya latih mereka (penyandang tunanetra) melalui suara danperasa di jari saja,” ucapnya sambil menceritakan program-program komunitasnya.
Salah satu komunitas offline yakni 1001 Buku yang ikut meramaikan acara tersebut mengakui kemudahan yang didapatkan komunitasnya dengan memanfaatkan dunia maya. Apalagi komunitas 1001 Buku bermisi menebar taman bacaan di daerah-daerah yang tak terjangkau perpustakaan lokal.
Kami bisa menyebarkan ide-ide kami lebih cepat untuk mendorong berbagai daerah membangun taman bacaan juga,” ucap Amang, pendiri komunitas 1001 Buku tersebut.
Ketua Penyelenggara Pesta Blogger+ 2010, ajang berkumpulnya para penggiat dunia maya tersebut, Irayani Queencyputri mengatakan keragaman warna di dunia virtual butuh perekat harmonisasi yang lebih kuat, yakni kejelasan aturan etika.
“Di sini semua ide dapat dituangkan, yang menjadi isu penting adalah bagaimana semua itu tetap dalam sebuah etika menulis dan berekspresi yang benar,” tandasnya. e-ti
Sumber: Media Indonesia, Senin, 1 November 2010 | Penulis: Vini Mariyane Rosya