
[WIKI-TOKOH] Membangkitkan Sarinah bukan persoalan meningkatkan pendapatan semata, melainkan jugamengembalikan kepada fitrahnya sebagai tempat rakyat.
Nama Sarinah barang-kali adalah salah satu hal yang paling melekat dalam ingatan Presiden Amerika Serikat Barack Obama tentang masa kecilnyalndonesia. Dalam kunjungan singkatnya ke Tanah Air pekan lalu, ia bahkan menyebut nama department store itu dalam dua pidatonya.
Gedung itu memang fenomenal, la dibangun sebagai simbol kebangkitan perdagangan Indonesia. Sang pencetus, Bung Karno, mengagas Sarinah sebagai pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia yang bisa memenuhi keinginan rakyat dalam mendapatkan barang murah dan bermutu tinggi.
Dalam bahasa presiden pertama Indonesia itu, Sarinah harus dibangun sebagai tempat penyaluran barang-barang keperluan hidup rakyat jelata.
Visi itu juga yang ditangkap Direktur Utama PT Sarinah Jimmy M Rifai Gani ketika diminta memimpin perusahaan pelat merah itu, dua tahun lalu. Baginya, membangkitkan kembali kejayaan Sarinah bukan persoalan meningkatkan untung dan pendapatan semata, melainkan juga mengembalikannya kepada fitrah dasarnya, yaitu sebagai tempat rakyat. “Saya ingin kembali ke founding father Sarinah, yaitu Bung Karno. Beliau terinspirasi pengasuh masa kecilnya yang mengajarkan dia untuk menghargai rakyat jelata. Saya mendasarkan visi dengan menggunakan landasan tadi,” ujarnya ketika ditemui di kantornya pekan lalu.
Melalui visi itu, Jimmy sekaligus juga ingin mereposisi Sarinah sebagai department store pertama Tanah Air di tengah gempuran berbagai macam jenis pusat perbelanjaan di Ibu Kota dalam 10 tahun terakhir.
“Sebagai department store pertama sebenarnya Sarinah punya kesempatan untuk menjadi yang terbesar, tapi kenyataannya Sarinah tenggelam di antara yang lain,” imbuhnya.
Dari sekitar RplOO triliun omzet ritel Indonesia selama 2009, Sarinah hanya berkontribusi sekitar 0,5%. “Untuk bisa bersaing, Sarinah tidak bisa menjadi ritel umum, tapi ritel khusus yang menjual produk dan budaya Indonesia. Menjadi showcase of Indonesia,” tegas Jimmy.
Sarinah juga akan fokus mengembangkan trading house. Mimpi Jimmy, Sarinah akan menjadi trading house yang kuat bagi produk Indonesia dengan mengandalkan retail store yang nantinya akan dikembangkan di berbagai wilayah Indonesia. “Kami akan buka toko kecil perwakilan di tiap daerah,” jelas ayah tiga anak ini.
Keberadaan toko perwakilan tidak hanya bertujuan menjual produk. Menurutnya/ sebagai trading house. Sarinah mesti mengetahui kemampuan UKM di dalam negeri seka-ligus kebutuhan pasar luar negeri. Dengan begitu, perusahaan mampu mengarahkan UKM untuk membuat produk sesuai dengan kebutuhan pasar ekspor.
Selama 48 tahun berdiri, menurutnya, Sarinah banyak bekerja sama dengan berbagai UKM dari seluruh Indonesia. Rekam jejak itu mendorongnya untuk membuat perusahaan ritel BUMN itu sebagai pengayom UKM. Salah satu misinya mengembangkan bisnis UKM lokal melalui Sarinah.
Ubah paradigma
Meskipun sudah nyaris setengah abad berdiri, Jimmy mengakui pertumbuhan Sarinah terbilang lambat. Selain menggarap bisnis ritel dan trading, Sarinah juga memiliki lisensi sebagai importir minuman beralkohol di Indonesia sekaligus mengelola gedung perkantoran dan Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta.
Saat ini. Sarinah memiliki omzet sebesar Rp200 miliar per tahun dari penjualan ritel, trading, impor minuman beralkohol, serta sektor properti. Jimmy menyatakan tahun ini perusahaan menargetkan pendapatan sebesar Rp400 miliar dari empat sektor tersebut.
Tapi bagi Jimmy, perusahaan itu sudah terlalu lama berada di zona nyaman dengan segala kekuatannya. Akibatnya, organisasi merasa perusahaan tidak perlu melakukan perubahan.
“Harus ada gebrakan untuk keluar dari comfort zone itu. Saya buat struktur baru, dengan menambah divisi marketing communication dan research and continuity. Pokoknya bagaimana meraih pangsa pasar lebih besar dan mengoptimalkan yang ada,” paparnya.
Sarinah, yang sebelumnya kerap bersikap pasif, di tangan Jimmy mulai melakukan strategi jemput bola. Selama ini, menurutnya, department store itu terlalu bergantung pada gerni utama di Thamrin sehingga tingkat penjualan dari ritel dan trading cenderung stagnan. “Sekarang kita ubah paradigmanya, harus outward looking. Ikut pameran, ada kesempatan apa saja untuk tunjukkan produk kita ikuti, harus aktif. Sejauh ini, strategi itu terbukti efektif karena ekspor kita naik terus,” imbuhnya.
Jimmy mengaku kini Sarinah pun mulai melirik sistem pembiayaan di luar perusahaan dan pemerintah untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan perusahaan. Hal itu merupakan sesuatu yang tidak pernah dilakukan perusahaan sebelumnya.
“Selama 48 tahun ini Sarinah tidakpernah utang. Perkembangannya alami sehingga susah untuk meningkatkan kecepatan. Sekarang kami sudah dapat pinjaman dari Mandiri dan LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia),” jelas dia.
Terobosan lain yang dilakukan CEO BUMN termuda ini adalah penyederhanaan jalur birokrasi di Sari-nah. Birokrasi yang berbelit-belitnya dinilainya mengakibatkan perkembangan yang sudah ditetapkan tidak berjalan sesuai rencana.
Sarinah kini juga tengah berbenah untuk menyambut usia separuh abad pada 17 Agustus 2012. Salah satunya dengan mengubah citra Sarinah yang terkesan tua dan kuno.
“Kami ingin mengubah citra tua dan outdate Sarinah menjadi berpengalaman. Jadinya seperti wanita berpengalaman, bukan wanita tua. Caranya dengan mengangkat dulu cita rasanya. Berubah menjadi Sarinah baru,” paparnya. (E-3) e-ti
Sumber: Media Indonesia, Senin, 15 November 2010 | Christina Sihite