
[OPINI] – Hari-hari ini, hampir semua kita berpendapat bahwa keterpurukan bangsa ini adalah akibat runtuhnya moralitas bangsa, terutama di kalangan elit. Artinya, sesungguhnya kita masih memiliki kesadaran (pengetahuan) bahwa bangsa ini akan bangkit dari keterpurukan jika kita (terutama para elit) mampu menjagai nurani dan moralitas masing-masing. Tetapi, sayang, kesadaran tentang kekuatan nurani dan moral itu hanya berada pada retorika di ujung lidah, tidak lagi berada di dalam jiwa dan perilaku kita.
Jadi, ada kesenjangan antara pengetahuan tentang moral (cognition) dan perilaku (action). Tragisnya, kita juga membanggakan diri sebagai bangsa yang relijius, penganut agama. Bukankah agama diturunkan ke dunia untuk menyempurnakan akhlak manusia? Rupanya, kesadaran beragama kita juga masih hanya menyentuh aspek kognitif. Sementara perilaku kita masih jauh menyimpang dari kaidah moral yang diajarkan agama, termasuk perilaku beberapa pemimpin agama sendiri.
Maka, bangsa ini menghadapi berbagai permasalahan moral, seperti korupsi, keserakahan, kebencian, iri hati, ketidakjujuran dan sebagainya yang dilakukan oleh para manusia yang tidak bermoral. Masalahnya, apa solusi untuk keluar dari kemerosotan moral ini?
Komitmen dan keteladanan, terutama di kalangan elit! Mungkin, timbul pertanyaan: Bukankah komitmen dan keteladanan itu justru telah sirna? Ya! Tapi kita harus mulai masuk dari pintu optimisme. Masih ada (mungkin banyak) tokoh dan elit yang punya komitmen dan berperilaku teladan. Siapa-siapa mereka? Kolom ini terlalu sempit menyebutnya satu per satu.
Tetapi, kali ini kami menyajikan satu tokoh dari sekian banyak tokoh yang kami yakini punya komitmen berperilaku bermoral itu. Yang menarik dari tokoh ini adalah komitmen mengedepankan moral itu justru tumbuh berkembang dalam institusi politik (partai politik) yang dibangunnya bersama-sama dengan tokoh-tokoh yang punya komitmen mengedepankan moral dan dakwah. Sehingga merupakan kekuatan moral terpadu (tersistim) dari kekuatan moral individu-individu yang tergabung di dalamnya. Mereka kini tergabung dalam Partai Keadilan Sejahtera (dulu Partai Keadilan).
Mereka dan institusinya itu dapat kita sebut sebagai sebuah model yang memberi jawaban dan solusi untuk memecahkan masalah kemerosotan moral bangsa ini. Bagi orang yang berkepentingan politik sempit (kelompok), pernyataan ini mungkin saja dianggap berlebihan. Tapi bagi kebanyakan orang, termasuk para pengunjung website TokohIndonesia DotCom, rupanya mempunyai penilaian bahwa si tokoh Dr HM Hidayat Nur Wahid, Ketua Umum PK Sejahtera, itu pantas dipilih sebagai tokoh negarawan, bersih KKN dan menjadi idola. (Poling TokohIndonesia 2003).
Kita berharap bermunculan individu dan organisasi (terutama parpol) yang punya komitmen kuat berperilaku bermoral. Redaksi ?Kapur Sirih Majalah Tokoh Indonesia Edisi 06 (11-2003)