Menjelma Menjadi Pengusaha
Dhanny Dahlan
[DIREKTORI] Namanya tersohor di tahun 1980-an hingga 1990-an sebagai model foto dan catwalk. Setelah menjajal dunia akting dan tari, perempuan berparas eksotis ini menjelma menjadi pengusaha industri mode yang cukup diperhitungkan.
Asih Dahyani Dahlan, demikian nama lengkap wanita kelahiran Jakarta, 9 Agustus 1959 ini. Dhanny merupakan putri bungsu pasangan Ahmad Dahlan Ranuwihardjo SH (alm) dan Soemarsih Soemantri. Ayahnya dikenal sebagai politisi, intelektual Muslim yang dihormati, dan sesepuh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Sedangkan ibunda Dhanny adalah seorang sarjana politik dari Universitas Gadjah Mada yang sempat meniti karier di Departemen Luar Negeri, meskipun akhirnya memilih mengurus keluarga karena tidak mungkin meminta suaminya yang saat itu anggota DPR mengikuti dia bertugas di Yugoslavia sementara di sisi lain ia juga tidak mungkin meninggalkan keluarga.
Dalam mendidik buah hatinya, kedua orangtua Dhanny terutama sang ayah menerapkan pola pendidikan yang modern bahkan cenderung kebarat-baratan. Maksudnya bukan untuk membiasakan kedua putrinya untuk bergaya hidup ala orang Barat tapi agar wawasan mereka terbuka dalam menyikapi perubahan zaman. Misalnya dengan memanggil guru dansa ballroom, bahasa Inggris, dan les piano ke rumah. Oleh sang ayah, Dhanny dan kakaknya Lily juga diajari mengenal minuman anggur. “Kata Ayah, kami harus tahu tentang wine, bukan untuk mabuk, tetapi bagaimana untuk bisa bergaul dengan masyarakat internasional dengan kebiasaan mereka dalam chit chat,” jelas Dhanny.
Meski demikian, keduanya tak melupakan akar budayanya sebagai orang Indonesia terutama orang Jawa. Mereka berusaha melestarikan budaya warisan nenek moyang, salah satunya dengan mempelajari tari Jawa pada seniman Sampan Hismanto.
Sejak kecil, Dhanny cukup dekat dengan kedua orangtuanya. Makan malam bersama ayah dan ibunya menjadi ritual yang jarang terlewatkan. Di meja makan berlangsung diskusi kehidupan sehari-hari, hingga keadaan masyarakat, pemerintahan, dan negara.
Sebagai anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang cukup intelek yang sadar akan pentingnya pendidikan, Dhanny pun bertekad untuk mengenyam pendidikan tinggi, setidaknya hingga level sarjana. Namun sayang, keinginannya untuk berkuliah di Universitas Indonesia dua kali mengalami kegagalan lantaran ia tak lolos ujian masuk. Gagal berkuliah di universitas terkemuka di Indonesia itu, Dhanny tak patah arang dengan mencoba kemampuannya di bidang lain. “Karena sudah dilatih untuk mengomunikasikan pikiran, saya harus menjelaskan kepada Bapak dan Ibu apa rencana saya. Saya memutuskan menjadi model, targetnya dua tahun. Tujuan saya menabung untuk masuk ke universitas swasta,” kata Dhanny.
Bermodal parasnya yang ayu dan proporsi tubuh yang ideal, Dhanny mengikuti ajang pemilihan model yang diadakan majalah Gadis pada tahun 1976. Dalam ajang yang pada waktu itu lebih dikenal dengan nama Putri Remaja, Dhanny berhasil masuk dalam deretan finalis. Orang tua membolehkan Dhanny mengikuti kompetisi itu karena Pia Alisjahbana memimpin majalah Gadis dan Mohamad Roem, paman sang ayah, kenal baik dengan Sutan Takdir Alisjahbana.
Sejak itu, Dhanny mulai kebanjiran tawaran untuk berkarir sebagai foto model. Wajah ayunya sempat menghiasi lembaran majalah gaya hidup kala itu. Tahun 1978, Studio I mengajaknya berlenggak-lenggok di panggung catwalk. Koreografer Rudy Wowor pernah memintanya untuk ikut pada salah satu shownya. Sebagai anak perempuan, segala kegiatan Dhanny harus melalui izin orangtua serta Mohamad Roem yang memang dituakan di dalam keluarga besar Dhanny.
Tiap kali memasuki tahapan baru dalam karier, ayah dan ibunya memang meminta Dhanny melapor kepada Roem, termasuk ketika Dhanny diajak ikut pergelaran busana di Bangkok, Thailand. “Saya sedang latihan menjelang pergelaran, lalu ada orang dari kedutaan mencari-cari saya. Saya sampai berpikir ada kejadian apa di rumah. Ternyata, Mbah Roem sedang berkunjung ke Bangkok dan mau bikin kejutan untuk saya dengan tidak bilang-bilang beliau juga akan ke Bangkok,” kenang Dhanny. “Waktu itu sih sempat malu, namanya anak muda, merasa kok ke mana-mana diikutin. Tetapi, sekarang saya merasa bangga,” papar Dhanny.
Dhanny nampaknya lebih menikmati kiprahnya di dunia fashion. Dengan bantuan dua puluh orang lebih karyawan, ditambah ibu serta kakaknya yang duduk di kursi komisaris, Dhanny berkecimpung di industri pakaian jadi dengan brand Dhanny Dahlan Collection di bawah bendera PT Tri Asih Lestari. Perusahaan ini kemudian berkembang dengan divisi pakaian seragam dan perorangan.
Demikian halnya saat Dhanny meminta izin untuk bermain film di tahun 1979. Dengan izin dari orangtuanya, Dhanny mencoba peruntungannya sebagai aktris lewat debut aktingnya di film layar lebar berjudul Di Ujung Malam yang diproduksi Gramedia Film dan disutradarai Nico Pelamonia. “Saya dipilih karena berwajah Jawa. Peran saya sebagai suster dari Solo,” papar Dhanny.
Tiga tahun kemudian, Dhanny diajak Sjumandjaja bermain dalam film berjudul Kartini. Dhanny dibolehkan memilih apakah akan memerankan Kartini atau Kardinah dan ia memilih Kardinah. “Sebetulnya beliau yang pertama membuka sekolah untuk anak perempuan ketika menjadi istri Bupati Pamulang,” jelas Dhanny. Karir akting Dhanny terus berlanjut hingga tahun 1988 dimana ia menjadi aktris utama dalam film Ayu dan Ayu. Dalam film garapan Sophan Sophiaan itu, Dhanny berperan sebagai seorang dokter ahli kandungan bernama Ayu. Setelah produksi film Indonesia mengalami mati suri, Dhanny sempat membintangi tiga judul sinetron.
Namun nampaknya dunia seni peran belum memberikan kepuasan batin bagi Dhanny. Sembari sesekali tampil di layar kaca menunjukkan kebolehan aktingnya, Dhanny menyadari regenerasi di dunia modeling berlangsung sangat cepat. Kehadiran model-model yang jauh lebih potensial pun tak dipungkirinya. Oleh karena itu, ia terus berupaya mengembangkan potensi diri yang lain.
Dhanny nampaknya lebih menikmati kiprahnya di dunia fashion. Dengan bantuan dua puluh orang lebih karyawan, ditambah ibu serta kakaknya yang duduk di kursi komisaris, Dhanny berkecimpung di industri pakaian jadi dengan brand Dhanny Dahlan Collection di bawah bendera PT Tri Asih Lestari. Perusahaan ini kemudian berkembang dengan divisi pakaian seragam dan perorangan. Kliennya sebagian besar datang dari kalangan perbankan, travel, dan airlines. Mereka mempercayakan desain baju dan motif serta produksi busana pada perempuan yang dikenal tegas oleh karyawannya ini. Busana hasil karya Dhanny memiliki ciri khas pada model dan warnanya yang mencolok.
Karena sibuk di dunia model dan memenuhi tawaran mengisi gerai busana di Sarinah Pasaraya ketika pemerintah mempromosikan produk dalam negeri, rencana Dhanny untuk meraih gelar sarjana menjadi tertunda. Baru pada tahun 1993, Dhanny melanjutkan kuliah di Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan, Jurusan Bahasa Inggris Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. Empat tahun kemudian, dia lulus dengan indeks prestasi yang memuaskan. Beruntung, Dhanny masih mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Dhanny memang tidak mengikuti jejak ayahnya masuk ke dunia politik atau ibunya sebagai ibu rumah tangga. Pelajaran berharga yang ia petik dari kedua orangtuanya adalah sikap toleran terhadap keberagaman ras, suku, pandangan politik, dan agama, kemampuan mengungkapkan ide, bertanggung jawab terhadap setiap tindakan, serta kegigihan.
Kegigihan itu sudah ia buktikan lewat usaha garmennya yang berhasil melalui krisis finansial tahun 1998. Dalam kehidupannya yang lebih personal, kegagalan perkawinannya semakin mendekatkan Dhanny kepada ayah dan ibunya. “Bapak dan Ibu menggandeng saya, benar-benar menggandeng secara fisik, dan memeluk saya. Mengajak saya ke berbagai acara. Dan Bapak bilang, kesalahan Dhanny adalah kesalahan kami juga,” tutur Dhanny yang sempat tercekat saat bertutur seperti dikutip dari harian Kompas.
Pernikahannya yang pertama dengan Genta Simbangan berakhir dengan perceraian di tahun 2006 sebelum sempat dikaruniai momongan. Meski demikian kegagalan pernikahannya itu tak menyisakan trauma di hati Dhanny. Hanya berselang setahun setelah perceraiannya, Dhanny kembali menemukan jodohnya pada sosok seorang doktor bidang teknologi informasi (TI), Desra F Ghazfan. Dhanny berharap pernikahannya dengan duda dua anak yang menjabat sebagai direktur wilayah Asia dari perusahaan TI Amerika Serikat ini dapat berjalan langgeng, terlebih setelah kepergian sang ayah di tahun 2002. Sementara mengenai rencana untuk punya keturunan sendiri, Dhanny mengaku sudah tidak begitu berharap banyak mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi. Bagi Dhanny, keinginan punya anak terbilang sudah telat. Meski demikian, ia hanya bisa memasrahkan semua itu pada Yang Maha Kuasa.
Di kala usianya sudah separuh abad lebih, Dhanny masih dijejali banyak kegiatan. Selain masih sibuk mengurus usaha garmennya yang pernah mendapat proyek pesanan 200 potong lebih dari perusahaan penerbangan Bouraq, Dhanny juga disibukkan dengan aktivitas lainnya yang tidak jauh-jauh dari minatnya pada dunia mode yakni menjadi pengurus di Cita Tenun Indonesia dan anggota Perhimpunan Kebayaku. Ia juga aktif ikut dalam paguyuban tari Jawa. Setidaknya dua kali dalam setahun, Dhanny menari bersama grupnya.
Misalnya pada Juli 2009, Dhanny menyempatkan waktu untuk terlibat dalam sebuah Pementasan Seni Tradisional Jawa, Opera Panji di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Dhanny mengakui, untuk kegiatan budaya seperti ini, ia akan meluangkan waktu sebisa mungkin.
Meski sudah tak muda lagi, Dhanny Dahlan masih tampak cantik dan bugar. Dalam menjaga penampilannya agar tetap menarik, Dhanny mengaku tak perlu menempuh upaya “meremajakan” wajah dan tubuhnya dengan cara-cara seperti sedot lemak hingga bedah plastik.
Ia lebih memilih menjaga pola makan termasuk rajin meminum air putih, bersarapan dengan menyantap buah potong dan dijus, serta mengurangi hidangan yang mengandung kolesterol, mengonsumsi vitamin C dan E plus suplemen omega dan kalsium, serta tak lupa berolahraga secara rutin. “Olahraga saya body language, tenis (lapangan), dan golf,” kata Dhanny.
Tips Sukses dari Dhanny Dahlan
Semangat pantang menyerah dengan mental kuat dibutuhkan dalam merintis bisnis. Seperti semangat prajurit spartan yang berpegang teguh mengejar misinya untuk menguasai dunia. Analogi ini diberikan Dhanny Dahlan dalam lokakarya wirausaha bagi perempuan yang diadakan oleh Indonesia Business Link (5/5/2010). Dhanny berbagi tentang membangun kekuatan mental yang diperlukan pebisnis, baik pemula maupun yang tengah merintis bisnisnya:
Berani dengan perubahan
Memutuskan untuk menjadi pebisnis memang membutuhkan waktu untuk meyakinkan diri sendiri. Namun modal penting bagi wirausahawan adalah keberanian melakukan perubahan, terutama terhadap diri sendiri. Mengubah kebiasaan dari pegawai menjadi bos kecil atas usaha yang tengah dibangun, serta menjadi pribadi yang terbuka, menjadi kunci untuk menjalankan perubahan.
Berani menguji adrenalin
Bisnis penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Adrenalin teruji ketika menjalankan bisnis, termasuk saat menghadapi berbagai kesempatan. Bahkan adrenalin perlu dengan sengaja diuji dengan melakukan inovasi bisnis yang membuka peluang baru, tentu dengan memperhitungkan risikonya. Kekuatan menjalani berbagai peluang dan risiko inilah yang menguji mental pebisnis.
Hindari penyesalan
Dalam berbisnis dibutuhkan waktu untuk melihat apakah pilihan usaha bisa berhasil, cocok atau tidak. Jika ternyata gagal, jangan pernah menyesal dan menjadi rendah diri. Sikap ini hanya akan menggerogoti mental. Namun mental semakin terasah jika penyesalan tidak pernah ada dalam kehidupan Anda sebagai pebisnis.
Positif dan realistis menghadapi kegagalan
Menghadapi kegagalan bisa dengan dua cara, kata Dhanny. Sebelum membuat keputusan, beri waktu 1-2 bulan untuk membuat emosi lebih stabil. Lalu buat keputusan apakah memulai kembali bisnis yang sama atau menjadikannya kenangan, dan maju lagi dengan hal yang berbeda. Di sinilah pebisnis perlu mengukur kemampuan diri, belajar dari pengalaman sebelumnya.
Membangun diri, bukan melawannya
Wajar jika Anda merasa sedih jika mengalami kegagalan menjalankan bisnis. Bisnis juga mengalami pasang-surut. Emosi yang dialami jangan dilawan namun lakoni saja keadaannya. Cari teman bicara yang menurut Anda bisa membantu keluar dari masalah. Apakah dengan guru spiritual, psikolog, atau teman dekat, siapapun yang Anda percaya mampu membangun diri. Atasi masalah dan mulai kembali membangun diri dan bisnis baru sesuai takaran kemampuan Anda. eti | muli, red