Panglima Perang Aceh

Teuku Umar
 
0
4853
Teuku Umar
Teuku Umar | Tokoh.ID

[PAHLAWAN] Dengan siasat pura-pura tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda, ia menyusun perlawanan yang lebih besar.

Aceh sebagai provinsi yang terletak di ujung paling barat Indonesia telah banyak melahirkan pejuang yang tak segan mengorbankan nyawanya demi memperjuangkan kemerdekaan. Salah satunya adalah Teuku Umar. Suami dari Cut Nyak Dien ini berasal dari keluarga keturunan Minangkabau yang merantau ke Aceh pada akhir abad ke-17. Ia lahir di Meulaboh, Aceh pada tahun 1854. Ia adalah anak dari Teuku Mahmud. Sementara ibunya adalah adik raja Meulaboh.

Di masa kecilnya, ia tak pernah mendapat pendidikan yang teratur. Oleh karena itu, sejak kecil ia sudah terbiasa hidup bebas. Layaknya seorang anak laki-laki pada umumnya, Umar suka berkelahi dan memiliki kemauan yang sukar ditundukkan. Sejak usianya masih muda belia, ia sudah hidup berkelana.

Meletusnya perang Aceh dengan Belanda pada tahun 1873 membuat hatinya terpanggil untuk ikut membantu perjuangan pejuang-pejuang Aceh lainnya. Padahal usianya kala itu baru genap 19 tahun. Dalam berjuang, ia mempunyai cara sendiri yang terkadang tak dapat dipahami oleh pejuang-pejuang lain.

Awalnya, perjuangan dilakukan dengan mempertahankan kampung halamannya sendiri. Namun dalam perkembangannya, meluas hingga daerah Meulaboh. Karena keberaniannya itu, ia kemudian diangkat menjadi kepala kampung. Ia juga didukung oleh teman-teman seperjuangan yang tak kalah beraninya.

Pada tahun 1878, Belanda berhasil menguasai Kampung Darat yang pada waktu itu dijadikan Teuku Umar beserta pasukannya sebagai markas kediaman mereka. Ia pun mundur ke daerah Aceh Besar sambil menyusun kekuatan dan melancarkan perang gerilya.

Di bulan Agustus 1883, Teuku Umar berpura-pura tunduk pada Belanda dengan menyatakan sumpah setia kepada Gubernur yang merangkap sebagai panglima Belanda di Aceh. Dengan sumpahnya itu, dia pun diterima dalam dinas militer Belanda dan dianugerahi gelar Teuku Johan Pahlawan. Tapi perdamaian itu tak berlangsung lama. Perseteruan kembali terjadi setahun kemudian.

Pada tahun 1884, sebuah kapal dagang Inggris, Nissero, terdampar di pantai Teunom. Raja Teunom kemudian mengambil tindakan dengan menawan semua awaknya serta menyita isi kapal. Mengetahui hal tersebut, Pemerintah Inggris mendesak Pemerintah Belanda agar membebaskan para awak kapal yang ditawan Raja Teunom. Pemerintah kolonial Belanda pun mengirimkan Teuku Umar ke Teunom dengan 32 orang tentara untuk menumpas pasukan Raja Teunom dan menyita kapal Inggris. Namun di tengah perjalanan pulang, seluruh tentara itu dibunuh dan senjatanya dirampas.

Dalam sejarah perjuangannya, Teuku Umar juga pernah menyerang kapal Hok Kanton dan menawan anak buah kapal tersebut. Belanda pun terpaksa bekerja sama dengan membayar uang tebusan untuk membebaskan para tawanan.

Pada tahun 1893 Teuku Umar kembali berdamai dengan Belanda. Ia kemudian diizinkan untuk membentuk sebuah legiun berkekuatan 250 orang yang diberi persenjataan lengkap. Mereka bertugas untuk mengamankan daerah Aceh Besar dan sekitarnya dari gangguan para pejuang. Dengan kekuatan tersebut, ia mulai memerangi pejuang-pejuang Aceh yang belum menyerah kepada Belanda. Tetapi lagi-lagi perang itu hanya perang pura-pura yang sengaja dilakukan Umar sebagai bagian dari strateginya dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Advertisement

Sebelum serangan ia lancarkan, ia terlebih dahulu memberitahu para pejuang Aceh. Belanda yang tidak mengetahui strategi tersebut tetap berkeyakinan bahwa Teuku Umar dapat mengamankan seluruh daerah Aceh. Karena keyakinan tersebut bantuan senjata dan perlengkapan pun terus didatangkan untuk mendukung ‘perjuangan’ Teuku Umar.

Kelak persenjataan dan perlengkapan hasil ‘pemberian’ Belanda itu justru digunakannya untuk berbalik melawan Belanda. Pada 29 Maret 1896, ia pun kembali berjuang untuk kepentingan bangsanya dengan membawa serta 800.000 dollar, 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru serta peralatan lain. Ia kembali menemui teman-teman seperjuangannya seperti Panglima Polim, ulama di Tiro, Teuku Hasan, Teuku Mahmud dan Teuku Cut Muhammad.

Atas kejadian itu, Pemerintah Belanda yang baru belakangan menyadari telah ditipu mentah-mentah oleh Teuku Umar, segera mengerahkan kekuatan yang besar di bawah komando panglima tentara Hindia Belanda, Jenderal van Heutsz untuk menangkapnya dalam keadaan hidup atau mati. Pada 11 Februari 1899 terjadi pertempuran di Meulaboh. Dalam pertempuran itu, Teuku Umar gugur tertembak dan jasadnya dimakamkan di desa Mugo, daerah pedalaman Meulaboh.

Atas jasa-jasanya kepada negara, Teuku Umar dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 087 Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. e-ti

Data Singkat
Teuku Umar, Pejuang dari Aceh / Panglima Perang Aceh | Pahlawan | pahlawan nasional, Pahlawan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini