PSI Rekonsiliasi Intoleran?

Strategi Politik Breakdence

Joko Widodo Ganjar Pranowo Dipecat dari Militer Prabowo Subianto
 
0
94
Ketua Umum PSI Giring Ganesha dan Wakil Ketua Dewan Pembina Grace Natalie menyambut kedatangan Prabowo Subianto yang dekat dengan kelompok intoleran di Kantor DPP PSI, Jakarta, Rabu 2 Agustus 2023. Foto Antara

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bergerak berubah haluan dari mendukung Ganjar Pranowo menjadi arah mendukung Prabowo Subianto yang selama ini disebut dekat, mendukung dan mendapat dukungan dari kelompok intoleran. Sebuah gerak politik breakdance PSI yang mengarah rekonsiliasi PSI dengan kelompok intoleran.

Gerak hebat jungkir-balik yang dilakukan para petinggi PSI itu mengemuka saat dan setelah Capres Partai Gerindra Prabowo Subianto disambut hangat oleh Ketua Umum PSI Giring Ganesha, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie, Sekretaris Dewan Pembina PSI Raja Juli Antoni, dan Plt Sekjen PSI Isyana Bagoes Oka serta sejumlah petinggi PSI lainnya di kantor DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Jakarta Pusat, pada Rabu (2/8/2023) sore. Prabowo didampingi oleh Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua Umum Habiburokhman, dan Ketua DPD DKI Jakarta Ariza Patria.

Kemudian, dalam acara Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) PSI di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta, Selasa (22/8/2023) malam, beberapa media nasional memberitakan PSI secara resmi mencabut dukungan pada Ganjar Pranowo yang telah dideklarasikan PSI sesuai keputusan Rembuk Rakyat pada Oktober 2022 lalu berpasangan dengan Yenny Wahid sebagai Cawapres. Hal itu diberitakan berbagai media karena saat Kopdarnas PSI itu dinyatakan PSI akan kembali menyerap aspirasi dari 38 DPW dan masyarakat Indonesia untuk menentukan pilihan dikungan Capres-Cawapres 2024.

Namun, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie membantahnya dengan menyebut partainya belum memutuskan mencabut dukungan terhadap Ganjar Pranowo sebagai Capres di Pilpres 2024. Walaupun dia mengaku partainya akan kembali menyerap aspirasi dari 38 DPW dan masyarakat Indonesia. Pernyataan ini dipandang berbagai pihak sebagai pencabutan dukungan kepada Capres PDIP Ganjar Pranowo.

Beriringan dengan hal tersebut, kedekatan beberapa petinggi PSI kepada Prabowo dipersepsikan menunjukkan adanya gerak politik breakdance yang dimainkan PSI dalam rangka pemenangan Pemilu 2024. Salah satu strategi yang paling menarik ditempuh PSI adalah adanya berbagai pernyataan Grace Natalie dan petinggi PSI lainnya yang mengarah penggembosan simpatisan PDIP dan adanya kecenderungan arah rekonsiliasi dengan kelompok intoleran yang dalam dua kali Pilpres terakhir berkolaborasi mendukung Prabowo. Dengan mendukung Prabowo Subianto yang dalam dua kali Pilpres (2014 dan 2019) ‘bergandengan’ dengan kelompok-kelompok intoleran, PSI akan berbaur, bersatu-padu dan dipandang sebagai suatu gerak politik rekonsiliasi dengan kelompok intoleran yang sebelumnya sangat dikritisi PSI. Para petinggi PSI tahu bahwa Partai Gerindra yang didirikan dan dipimpin Prabowo mendukung HTI dan FPI; paling tidak Partai Gerindra bersama Partai Demokrat dan PKS keberatan ketika Presiden Jokowi membubarkan HTI dan FPI.

Namun kepentingan politik pragmatis tampaknya telah menjadi salah satu yang diprioritaskan PSI dalam usaha memenangkan Pemilu 2024 untuk kiranya lolos ke Senayan. Untuk itu, tampaknya langkah rekonsiliasi dengan kelompok intoleran melalui kebersamaan mendukung Capres Prabowo pun ditempuh.

Kecenderungan rekonsiliasi tersebut secara tersirat terkesan bersayap dari pernyataan Grace Natalie bahwa Prabowo Subianto disebut pernah dekat dengan kelompok intoleran. Namun, kata Grace Natalie, Prabowo Subianto menyiratkan penyesalan. “Ya itu memang kita kritisi tapi beliau dalam sebuah percakapan santai, tersiratnya saya lupa kata-kata persisnya, dan ada tereksplisit juga. Kurang lebih beliau menyiratkan penyesalan lah pernah mengambil langkah itu,” jelas Grace Natalie dalam video yang diunggah di kanal Youtube Total Politik. Suatu pernyataan politik bersayap.

Pernyataan Grace tersebut ditanggapi Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad secara diplomatis mengatakan, pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie telah dipelintir (media sosial) terkait Prabowo Subianto. “Di media sosial, ada pihak yang berusaha memelintir pernyataan Grace Natalie bahwa Pak Prabowo telah kecewa terhadap umat Islam,” ujar Dasco dalam keterangannya, Senin (28/8/2023).

Dari beberapa pernyataan tersebut, secara tersirat pula, mengindikasikan akan berlangsung proses rekonsiliasi antara PSI dengan Prabowo dan kelompok intoleran. Dari segi pragmatisme politik hal ini diharapkan sedikit-banyak akan berpotensi menurunkan ‘tensi politik’ Pemilu 2024. Walaupun dari sisi ideologi dan visi politik bisa dipandang bahwa PSI sedang galau mencari identitas baru, yang justru berpotensi kesulitan baru dalam menghadapi Pemilu 2024.

Sayang sekali jika partai anak muda ini harus semakin sulit menembus Senayan karena strategi politik breakdance dan penggembosan PDIP yang secara sadar atau tidak sadar dan/atau diakui atau tidak, telah dilakukan para petingginya. Tampaknya mereka berharap sebagian simpatisan PDIP dan Capresnya Ganjar Pranowo mengalihkan pilihan kepada PSI.

Advertisement

Harus diakui strategi breakdance dan penggembosan PDIP ini bukan hal mudah. Karena simpatisan PDIP itu relatif lebih loyal dibanding sebagian partai lainnya. Alangkah lebih mudah jika PSI lebih cerdas dan cepat menggalang suara dari simpatisan moderat Partai Nasdem yang telah menentukan pilihan mendukung pencapresan Anies Baswedan dan berseberangan dengan Presiden Jokowi. Dalam hal ini, tampaknya PSI kalah cepat dan kalah cerdas dari Partai Perindo yang tampaknya telah berhasil menggaet dukungan dari simpatisan moderat Partai Nasdem. Bahkan Perindo mengambil langkah strategi politik memenangkan Pemilu bersama PDIP; untuk kemenangan bersama. Dalam hal ini, Perindo tampaknya yakin bahwa Presiden Jokowi adalah kader PDIP yang tidak akan berseberangan dengan partainya sendiri.

Sementara, di sisi lain, PSI mengatakan tegak lurus kepada Presiden Jokowi; yang menyiratkan bahwa dalam pandangan (bahkan mungkin kehendak) mereka (PSI) bahwa Presiden Jokowi itu terpisah dan berseberangan dengan PDIP. Apakah harapan memisahkan Jokowi dengan PDIP dan Ganjar ini akan terpenuhi? Jawabannya akan mudah diperoleh pada saat kampanye Pilpres nanti. Jika nanti Presiden Jokowi ternyata tetap setia kepada partainya sendiri, apa langkah lanjutan tegak lurus yang akan diambil PSI?

Catatan Kilas Ch. Robin Simanullang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini