Sebelas Pemimpi Capres Demokrat

[OPINI] – CATATAN KILAS – CATATAN CH. ROBIN SIMANULLANG | Partai Demokrat (PD) menggelar konvensi calon presiden untuk siap bertarung dalam Pemilu 2014. Konvensi yang digagas langsung SBY itu suatu langkah cerdas terakhir (setelah BLSM) untuk menaikkan elektabilitas Partai Demokrat setelah terpuruk akibat beberapa kader elitnya ketahuan korupsi.
Sebagai pelaksana, dibentuk Komite Konvensi beranggota 17 orang dari internal dan luar partai (PD). Begitu pula peserta konvensi capres itu terbuka bagi orang-orang yang memendam mimpi jadi presiden, baik dari internal PD maupun dari luar. Sejumlah nama (mengerucut 15) tokoh pun diusulkan, diundang dan disebut-sebut menjadi peserta. Tak masalah apakah dia kader partai lain. Di antaranya, Jokowi dan Rustriningsing (PDIP), Jusuf Kalla (Golkar), Endriartono Sutarto (Nasdem), Ali Masykur Musa (PKB yang kini anggota BPK) dan Mahfud Md (PKB yang mantan Ketua MK), serta Irman Gusman (Ketua DPD) pun digoda.
Komite Konvensi telah menggelar semacam Pra-Konvensi sejak Sabtu (24/8/2013) dengan mengundang dan mewawancarai sejumlah nama yang sudah digadang-gadang. Hasilnya, ditetapkanlah sebelas nama ‘pemimpi Capres’ Partai Demokrat, ialah: 1. Ali Masykur Musa (anggota Badan Pemeriksa Keuangan); 2. Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina); 3. Dahlan Iskan (Menteri BUMN); 4. Dino Patti Djalal (Duta Besar RI untuk Amerika Serikat); 5. Endriartono Sutarto (mantan Panglima TNI); 6. Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan); 7. Irman Gusman (Ketua Dewan Perwakilan Daerah); 8. Hayono Isman (anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Demokrat); 9. Marzuki Alie (Ketua Dewan Perwakilan Rakyat); 10. Pramono Edhie Wibowo (mantan Kepala Staf Angkatan Darat); dan 11. Sinyo Harry Sarundajang (Gubernur Sulut).
Umumnya kesebelas nama yang ditetapkan sebagai peserta konvensi itu dikenal sebagai orang-orang dekat dan/atau loyalis Presiden SBY. Hal ini suatu yang wajar, bahkan sepatutnya kader internal PD dan loyalis partai itulah yang menjadi peserta konvensi, jika proses kaderisasi berlangsung baik. Namun, karena proses kaderisasi internal partai tidak berhasil, maka direkrutlah tokoh dari eksternal.
Umumnya kesebelas nama yang ditetapkan sebagai peserta konvensi itu dikenal sebagai orang-orang dekat dan/atau loyalis Presiden SBY. Hal ini suatu yang wajar, bahkan sepatutnya kader internal PD dan loyalis partai itulah yang menjadi peserta konvensi, jika proses kaderisasi berlangsung baik. Namun, karena proses kaderisasi internal partai tidak berhasil, maka direkrutlah tokoh dari eksternal.
Namun, hanya ada tiga nama yang terbilang dari eksternal partai dan/atau loyalis yang ditetapkan jadi peserta. Yakni: 1. Ali Masykur Musa (PKB); 2. Endriartono Sutarto (Nasdem); dan 3. Irman Gusman (Ketua DPD). Yang paling menarik perhatian dari ketiga nama ini adalah Endriartono Sutarto. Dia Ketua Dewan Pertimbangan Partai Nasdem, partai baru yang mengusung slogan restorasi, tapi demi mimpi jadi Capres, dia tak sungkan bergabung dengan partai penguasa (status quo) dan dipecat Nasdem. Bukankah peserta konvensi harus nonaktif dari partainya dan jika menang wajib menjadi anggota PD? Begitu mudah hilang visi restorasinya. Amat tragis! Bagi kebanyakan orang, hal ini bukan sekadar menyalahi etika, tapi soal integritas. Sekali lagi, integritas! Diperkirakan, ini akan menjadi sebuah akhir yang tragis bagi seorang mantan Panglima TNI (sebuah pelajaran).
Mungkin ada juga yang berpikiran bahwa Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina) juga dari eksternal PD atau bukan loyalis SBY. Secara formal, memang. Namun, jika dicermati, selama ini dia sudah beberapa kali dipercaya Presiden SBY menangani masalah, terakhir tentang bocornya Sprindik KPK atas tersangka Anas Urbaningrum yang ‘menyimpulkan’ tidak ada keterlibatan pihak istana. Lagi pula, bagi beberapa orang yang cukup mengenal, banyak persamaan Presiden SBY dengan Anies Baswedan. Di antaranya sama-sama berpengetahuan luas (cendekiawan) dan kaya wacana (retorika) serta memiliki pertimbangan matang (sangat hati-hati) dalam setiap mengambil keputusan untuk menghindari risiko.
Maka, sangat wajar jika Anies Baswedan beserta beberapa nama dari internal PD dan para menteri (loyalis SBY) itu berkompetisi dalam konvensi tersebut. Bahkan sesungguhnya demikianlah idealnya sebuah partai mempersiapkan pemimpinnya.
Sebaliknya, sangat wajar pula jika Jokowi (Gubernur DKI Jakarta) sejak awal mengatakan bahwa dia kader PDIP. Sama halnya dengan Jusuf Kalla (mantan Wapres) sebagai kader dan mantan Ketua Umum Golkar merasa tidak etis ikut konvensi PD. Juga Rustriningsih, mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah, menyatakan dia masih kader PDIP.
Begitu pula, Mahfud Md, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang berlatar kader PKB, yang di tengah ambisinya menjadi presiden masih bisa berpikir jernih dan realistis atas dua hal (pertanyaannya yang tidak jelas terjawab): Pertama, mengenai hak dan kewajiban peserta konvensi terutama setelah pemenangnya ditetapkan, serta hasil pemilu legislatif selesai. Selama ini, Mahfud hanya mendengar penjelasan dan jaminan lisan, tanpa jaminan tertulis. “Sementara AD/ART Partai Demokrat menentukan mekanisme yang berbeda dengan berbagai penjelasan dan jaminan lisan tersebut,” kata Mahfud. Majelis Tinggi PD-lah yang berhak menetapkan Capres, bukan Komite Konvensi. Kedua, Mahfud tidak mendapatkan dukungan dan restu dari para kiai dan sahabatnya, kendati sebagian ada yang mendukung.
Dengan alasan berbeda, Direktur Utama Lion Air Rusdi Kirana juga memutuskan tidak mengikuti konvensi. Rusdi menyampaikan langsung keputusannya kepada komite konvensi. Dengan bahasa yang diperhalus, Rusdi mengaku menunda keikutsertaannya pada konvensi lantaran ingin fokus kepada bisnis penerbangannya.
Sementara, Isran Noor, Bupati Kutai Timur yang sebelumnya diminta ikut konvensi, namun tidak terjadwal dalam tahap Pra-Konvensi, tanpa alasan yang jelas. Dia pun mempertanyakannya, seraya membeberkan bahwa sebelumnya dia diminta para elit PD.
Namun, yang jelas, langkah konvensi ini adalah cara cerdas untuk merekrut para tokoh menjadi anggota PD sekaligus cara terakhir (setelah BLSM) untuk menaikkan elektabilitas Partai Demokrat. Semoga melahirkan pemimpin yang jadi penerus Presiden SBY. Catatan Kilas Ch. Robin Simanullang | Redaksi TokohIndonesia.com
© ENSIKONESIA – ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA | Diterbitkan sebagai Berita Terdepan di Majalah Berita Indonesia (BERINDO) Edisi 90 – September 2013