Meluruskan Persepsi Beragama

 
0
195
Meluruskan Persepsi Beragama
Denny Tewu | Dok.TI/san

[NASIONAL] – KEADILAN – Adanya larangan penutupan gereja di sejumlah tempat di Indonesia akibat masih adanya perbedaan persepsi.

Menurut Denny Tewu Ketua Umum PDS, ada dua pemahaman penting bagi kalangan yang bukan Kristen tentang rumah ibadah. Pemahaman yang pertama karena di Indonesia berpenduduk mayoritas muslim, ia mencontohkan orang-orang muslim mungkin bisa masuk ke semua masjid meski alirannya berbeda apakah dari NU atau Muhammadiyah. Namun bagi Kristen berbeda. Dari yang terdaftar di Bimas Kristen ada 323 jenis sinode yang berarti ada 300 lebih gereja dengan masing-masing pengikutnya.

“Jadi nggak bisa satu gereja satu aliran langsung masuk dalam satu gereja, “kata Denny kepada TokohIndonesia.com, menjelaskan alasannya kenapa banyak gereja yang ingin berdiri tapi kesulitan mendapatkan izin membangun karena dianggap kristenisasi.

Perlunya pemahaman akan budaya masing-masing sehingga kehadiran umat kristiani di Indonesia itu bisa diterima secara umum dan rumah-rumah ibadah itu tidak perlu dianggap tempat kristenisasi.

Menurut Denny hal inilah yang belum banyak dipahami sebagian besar masyarakat yang saat berpikir ada gereja, ada kristenisasi. Apalagi di dalam satu kampung ada 10 gereja padahal di situ hanya ada satu mesjid. Ia mengatakan banyaknya gereja tersebut karena aliran yang berbeda tempat ibadahnya. “Ini perlu diluruskan bahwa bukan menjadi kristenisasi tetapi karena memang alirannya banyak.”

Untuk mengatasi persoalan ini, ia mengatakan, partainya PDS sejak lahirnya telah mengingatkan agar Dirjen Bimas Kristen menghentikan izin membuka sinode-sinode yang akan semakin membuat kacau. Ia mengatakan, jika di dunia ada 40 ribu aliran gereja, Indonesia baru sekitar 300-an namun, sudah membuat kacau. Tidak bisa dibayangkan betapa kacaunya jika seribu aliran saja masuk ke Indonesia.

Kendati demikian untuk menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia menurutnnya, perlunya pemahaman akan budaya masing-masing sehingga kehadiran umat kristiani di Indonesia itu bisa diterima secara umum dan rumah-rumah ibadah itu tidak perlu dianggap tempat kristenisasi. Namun lebih kepada situasi yang ada di gereja yang berbeda dengan masjid.

Selain itu, persepsi yang kedua menurut Denny yang harus diluruskan bahwa agama Kristen dikatakan sebagai agama feodal, agama penjajah. Padahal menurutnya orang Kristen selalu berdoa bagi bangsa, wilayahnya dimanapun gereja itu berada. “Jadi kalau ada masjid di setiap kantor, sekolah negeri atau dimanapun di rumah sakit, kita nggak pernah marah. Kalau orang mau berdoa, sembahyang silahkan saja, baguskan untuk Tuhan karena persepsi kami namanya orang beribadah bagus. Yang kita heran kenapa kita beribadah kok dimarahin, ” pungkasnya.

Ia mengatakan, tugas untuk meluruskan persepsi ini adalah tugas politik. Konotasi bahwa Kristen sebagai agama feodal, agama penjajah dari Belanda dan sebagainya itu perlu diluruskan. Kristen, kristennya Indonesia, begitu juga dengan agama lain, ya, menjadi miliki Indonesia itu sendiri bahkan, jika perlu agama di Indonesia bisa memberikan warna terhadap budaya dari luar.

Ia menyadari bahwa (mewujudkan) misi ini sangat berat namun paling tidak bisa membuat Indonesia (lebih) kondusif. Sehingga nilai-nilai kebersamaan untuk persatuan Indonesia bisa terwujud dan juga dapat mengamalkan sila kelima dari Pancasila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. “Inikan ideologi yang bagus sekali tetapi kok belum jalan begitu. Jadi perlu sosialisasi, ” katanya menyanyangkan.

Selain itu, ia juga menambahkan, jika selama ini berbicara politik identik dengan kekuasaan. Menurutnya stigma tersebut juga perlu diluruskan. Ia mengingat salah perkataan tokoh pahlawan nasional yang juga mantan Ketua Umum Parkindo dan pernah menjabat sebagai perdana menteri Indonesia J Leimena yang mengatakan bahwa berpolitik itu tidak semata-mata mengejar kekuasaan, tetapi adalah etika melayani. “Jadi nilai-nilai seperti ini yang saya katakan yang perlu diluruskan, jangan sampai kalau seorang Kristen menjabat sebagai kepala daerah, berarti dia akan berpikir mengkristenkan daerah itu, nggak juga.”

Advertisement

Ia menegaskan perlunya pemahaman dan mengedepankan objektivitas agar agama tidak di jadikan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Menurutnya dalam kekristenan antara negara dan agama sudah terpisah sejak perang salib. “Lantas apakah karena orang yang beragama Kristen banyak lantas memajukan orang Kristen semua sebagai pejabat, tidak, negara ini adalah milik semua, “katanya. Berita TokohIndonesia.com | Hotsan

Tokoh Terkait: Denny Tewu, | Kategori: Nasional – KEADILAN | Tags: Pancasila, Keadilan, rumah, Penutupan, Ibadah, Intoleransi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini