BIN Tidak Netral Secara Ideologis

Badan Intelijen Negara Republik Indonesia (BIN-RI) sama sebangun dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak netral secara ideologis. Kepala BIN Budi Gunawan menegaskan kesetiaan kepada ideologi Pancasila adalah mutlak bagi BIN sebagai lini pertama sistem keamanan Nasional: Penjaga persatuan, keamanan dan keutuhan wilayah NKRI. “Saya Indonesia, Saya Pancasila!” tegas Budi Gunawan.[1] Sejarah telah membuktikannya. Setiap peristiwa yang menyimpang secara ideologis dan mengganggu keutuhan dan keamanan nasional, TNI bersama Intelijen Negara (BIN) selalu bersikap tegas sebagai garda terdepan (lini pertama). Itu adalah ikar dan sumpah!
Prof. Dr. Budi Gunawan mengajak semua lapisan masyarakat untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup sehari-hari dalam menjaga persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dia menjelaskan, para founding fathers bangsa Indonesia telah menyepakati bahwa Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara republik tercinta ini, karena mengandung makna sebagai pemersatu bangsa dari Sabang sampai Merauke dalam bingkai NKRI. “Tidak ada sekat atau dinding pemisah antara bagian barat, tengah dan timur, semua menjadi satu dengan satu dasar Pancasila,” kata Budi Gunawan di Jakarta, Jumat (2/6/2017).
Pernyataan Kepala BIN tersebut selalu relevan karena hingga saat ini, setelah 79 tahun merdeka, Republik Indonesia masih ‘terjebak’ dalam pergulatan konstan tentang Ideologi Negara. Kendati sesungguhnya sejak persiapan Proklamasi Kemerdekaan RI sudah ada kesepakatan aklamasi musyawarah mufakat tentang Ideologi Pancasila yang secara resmi diamanatkan dalam konstitusi (Pembukaan UUD 1945) yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Dan, secara formal semua partai politik dan organisasi kemasyarakatan mencantumkan Pancasila sebagai Ideologi negara dan perjuangannya, dan bahkan menyebut perihal Ideologi Pancasila itu sudah final. Tetapi dalam kenyataan masih ada pihak-pihak yang mempersoalkan dan malah hendak menggantinya dengan ideologi lain, di samping sebagian lagi bersikap ambivalen.
Ketika banyak negara sudah bergerak maju dengan kemantapan ideologinya, tidak lagi mempersoalkan ideologi negaranya, di antaranya negara-negara Barat dengan Ideologi Liberalnya dan Cina dengan Idoelogi Komunisnya, keduanya sekular; serta beberapa negara masih mengalami pasang-surut dengan Ideologi Keagamaannya (antara lain: Islam transnasional, Wahabi, dan atau Ikhwanul Muslimin); Indonesia sejak awal kemerdekaan menyepakati Ideologi Pancasila (nasionalisme religius). Tetapi ironisnya, selain masih ada yang mempersoalkan, malah terkadang oknum pembuat kebijakan (mulai dari tingkat tertinggi sampai terendah, Presiden hingga Ketua RT) masih ada yang gamang, bahkan sampai keliru menganggap ‘ideologi itu tidak penting’ yang penting kerja.
Bayangkan, bagaimana suatu negara dikendalikan tanpa ideologi perjuangan. Bahkan Ideologi itu seperti ‘ditabukan’, dikesankan ‘kaku’ dan bahkan ‘menakutkan’. Bukankah Ideologi Pancasila itu sangat simple, flaksibel, solutif dalam kearifan kebangsaan dan religius? Pertanyaan simplenya: Apa sih Ideologi Pancasila itu? Jawaban simplenya pula: Ya, lima nilai-nilai dasar itu! Jadi, apa yang kaku dan ‘menakutkan’ dalam kelima nilai dasar itu? Barangkali, pandangan seperti itu hanya mungkin ada dari pengikut ideologi lain atau policymakers dan politisi pragmatis kepentingannya.
Penulis: Ch. Robin Simanullang, Wartawan TokohIndonesia.com
Bersambung: Tiga Ideologi Ujian Pancasila
Klik: Artikel INTELIJEN terkait
Footnotes:
[1] Infopublik.id, 02/06/2017. Kepala BIN: Hari Lahir Pancasila Tonggak Perjalanan Bangsa dan Negara. https://infopublik.id/kategori/nasional-politik-hukum/205553/kepala-bin-hari-lahir-pancasila-tonggak-perjalanan-bangsa-dan-negara?show=