Jalan Hidup Kehendak Allah
Agus Suhartono
[ENSIKLOPEDI] Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, SE percaya bahwa jalan hidupnya ditentukan oleh kehendak Allah dan garis sejarah. Dia sangat percaya kalau seseorang tidak diamanahkan dan digariskan menjadi panglima, dia tidak akan menjadi panglima. Namun, dia juga yakin bahwa jalan hidup yang ditentukan kehendak Allah bukanlah hal yang instan melainkan melalui proses sejarah mulai dari lahir, pengasuhan sejak kecil, hingga jejak rekamnya dalam menempuh perjalanan hidup itu sendiri.
Putera seorang pensiunan pegawai pegadaian (bardon) yang dilahirkan di Blitar, 25 Agustus 1955, ini diasuh dan dididik dalam lingkungan kedispilinan dan tanggung jawab tinggi. Namun, bukan disiplin mati, melainkan disiplin yang dikaitkan dengan konteks tanggung jawab tinggi. Hal ini telah berproses sejak masa kecil hingga membentuk jati diri, karakter dan integritas dirinya. Berdisiplin dan bertanggung jawab telah menjadi karakter suami dari Tetty Sugiarti dan ayah dari dua anak tersebut.
Laksamana TNI Agus Suhartono dilantik menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia, Selasa 28 September 2010. Pelantikan ini berdasarkan Keppres No.51 TNI 2010. Agus menggantikan Jenderal TNI-AD Djoko Santoso, yang memasuki masa pensiun. Agus, sebelumnya menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL). Pada saat yang sama, Presiden SBY juga melantik Laksamana Madya Soeparno menjadi KSAL menggantikan Agus. Soeparno sebelumnya menjabat Wakil KSAL.
Perihal pengangkatannya jadi Panglima TNI, dia mengaku sebelumnya hampir tidak pernah bercita-cita jadi panglima. Tetapi, kemudian setelah dia diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) pada tanggal 9 November 2009, dia tahu ada peluang karena rotasi berikutnya giliran Angkatan Laut jadi Panglima TNI (garis sejarah). Kalau tidak menjadi KSAL tidak ada peluang. Karena panglima itu hanya diangkat dari kepala staf atau yang pernah menjadi kepala staf angkatan. Peluangnya menjadi panglima terbuka, karena rotasi berikutnya memang dari Angkatan Laut.
Sehingga meskipun dia dari sejak dulu tidak pernah bercita-cita, tetapi sejak menjabat KSAL, dia melihat peluangnya terbuka menjadi Panglima TNI. Dia yakin bahwa semuanya itu karena kehendak Tuhan. Mengapa pas rotasinya ke Angkatan Laut, Tuhan yang mengatur. “Jadi, kita tidak bisa mengatur. Bukan kita yang mengatur, Tuhan yang mengatur,” katanya dalam wawancara dengan Wartawan TokohIndonesia.com Ch. Robin Simanullang, Bantu Hotsan dan Christian Natamado (fotografer). Wawancara berlangsung di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Rabu 11 April 2012.[1]
Dalam setiap penugasan, dia selalu ikhlas, nothing to lose. Sama sekali dia tidak mementingkan diri, tidak ada kepentingan diri, vested interest. Dia pun selalu merasa tidak perlu ikut campur tentang bagaimana penilaian atas dirinya. Dia berprinsip, pada dasarnya, jangan sampai menilai diri sendiri. Biar saja orang yang menilai. Tugasnya adalah bekerja dengan baik. Kalau mereka (atasan, senior, junior atau orang lain) menganggap layak, silahkan digunakan untuk kepentingan organisasi (TNI), bangsa dan negara.
Walaupun dia menggarisbawahi bahwa semua itu tidak datang secara instan, begitu saja jatuh dari langit. Sebab, sebenarnya seorang perwira itu sudah mulai dimonitor sejak mereka lulus. Sejak lulus selalu dimonitor kemampuan, karakter, kepemimpinannya dan sebagainya. Yang memonitor bukan hanya atasan atau pimpinan, tetapi juga lingkungan (masyarakat), para senior dan junior.
Maka, sesuai pengalamannya, dia berpesan bahwa seorang perwira yang paling sering diberi tugas, seharusnya merasa berbahagia karena diberikan kesempatan untuk membuktikan kemampuan dengan melaksanakan tugas sebagai prajurit pengawal dan benteng negara, serta sebagai patriot dan kesatria bangsa. Maka di mana pun dia bertugas, dia selalu memegang teguh komitmen sebagai prajurit, patriot dan kesatria itu, dengan mengkonkritkannya melalui kerja keras melebihi panggilan tugasnya.
Dalam kaitan itu, setiap kali dia diberi penugasan, sama sekali dia tidak pernah merasa keberatan, atau menghindar. Sebab, dia sangat menyadari jika keberatan atau menghidari penugasan, itu berarti dia membuang peluang untuk membuktikan kemampuan.
Memang, Agus Suhartono sejak lulus dari Akademi Angkatan Laut (Angkatan ke-24, Kecabangan Pelaut, 1978), sering menerima berbagai penugasan. Dalam setiap menerima penugasan tersebut dia selalu berupaya melaksanakan tugas yang terbaik sesuai dengan kemampuan melalui kerja keras melebihi panggilan tugasnya, guna memberikan yang terbaik bagi organisasi (TNI), rakyat, bangsa dan negara.
Dalam setiap penugasan tersebut, dia selalu ikhlas, nothing to lose. Sama sekali dia tidak mementingkan diri, tidak ada kepentingan diri, vested interest. Dia pun selalu merasa tidak perlu ikut campur tentang bagaimana penilaian atas dirinya. Dia berprinsip, pada dasarnya, jangan sampai menilai diri sendiri. Biar saja orang yang menilai. Tugasnya adalah bekerja dengan baik. Kalau mereka (atasan, senior, junior atau orang lain) menganggap layak, silahkan digunakan untuk kepentingan organisasi (TNI), bangsa dan negara.
Maka soal kenaikan pangkat atau jabatan, sama sekali dia tidak pernah membicarakan, apalagi harus pergi mengurus ke sana ke mari. Tapi, dia selalu bersyukur setiap kali diberi kesempatan memperoleh kenaikan pangkat dan menduduki jabatan-jabatan yang memang bisa dia optimalkan sebagai sarana untuk mengabdikan diri sesuai kemampuan. Penulis: Ch. Robin Simanullang | Bio TokohIndonesia.com |
Footnote:
1 Petikan wawancara TokohIndonesia.com dengan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Rabu 11 April 2012 tersebut, diterbitkan dalam delapan judul, yakni: (1) Saat Pelaut Jadi Panglima TNI; (2) Lima Pesan Kepala Negara; (3) TNI Mampu dan Tak Pernah Gentar; (4) Begini Postur Alutsista TNI Ideal ; (5) Politik TNI Adalah Politik Negara; (6) Evaluasi TNI tentang Kondisi Bangsa; (7) Visi & Tujuh Syarat Pemimpin Nasional; (8) Pengaruh Orangtua, Bung Karno dan Isteri. Panglima TNI Agus Suhartono didamping Kapuspen TNI Laksda Iskandar Sitompul dan Kadispenum Puspen TNI Kolonel Cpl. Minulyo Suprapto. Sebelum wawancara, Kasubdisgiatblik Dispenum Puspen TNI Letkol Arh Hari Mulyanto, didampingi staf Puspenum TNI Mayor TNI Herbert Sembiring, memberi penjelasan dan masukan kepada TokohIndonesia.com untuk dapat mengefektifkan keterbatasan waktu yang tersedia. Namun, akhirnya wawancara berlangsung dua kali lebih lama dari waktu yang dijadwalkan. Di samping itu, sebagaian pertamyaan sudah dijawab secara tertulis.