Ketidakadilan Menjadikannya Kuat

Dimyati Hartono
0
581
Lama Membaca: 19 menit

03 | Pendiri Partai PITA

Dimyati Hartono
Dimyati Hartono | Tokoh.ID

Akhirnya dia coba merintis untuk mendirikan sebuah wadah baru. Mulailah tergagas pemikirannya mendirikan Partai Indonesia Tanah Air Kita (PITA). Yang selanjutnya dideklarasikan tanggal 7 April 2002 di Balai Sidang Senayan, Jakarta. Partai yang sifatnya betul-betul terbuka, untuk semua warga negara, semua suku bangsa, semua etnik, semua agama, semua daerah dan semua strata sosial.

Orang-orangnya adalah yang nasionalis Pancasilais, memiliki integritas pribadi yang tinggi dan kredibel di mata masyarakat, serta tidak tercela dari segi hukum dan moralitas.

Mengenai dewan pendiri maupun pengurus partai, dia punya prinsip, tidak harus orang yang terkenal yang harus duduk sebagai Dewan Pendiri dan pengurus. Tetapi siapapun boleh dan mereka akan menjadi terkenal asal bisa membuktikan dirinya berguna untuk bangsa dan negara. Menurutnya, orang yang pada saat mendirikan partai sudah terkenal, mereka itu orang-orang yang lahir dan besar di jaman orde baru. Jadi sulit mencari orang terkenal sekarang ini yang tidak terkontaminasi oleh orde baru.

Maka prinsipnya adalah, siapa saja, tidak usah terkenal pokoknya mau, punya idealisme, berdedikasi terhadap bangsa dan negara, dan mereka mau berjuang bersama-sama PITA. Sehingga diputuskannya, 70% pengurus harus generasi muda, selebihnya orang yang lebih senior. Itu sudah berjalan sekarang. Pengurus DPD-DPD umumnya orang-orang muda.

Mengenai pemberian nama PITA. Dia mengatakan bahwa Pita berarti pengikat, sama dengan tali rantai, tali jerami dan lainnya. Tapi Pita mempunyai karakteristik. Pita adalah tali yang dipakai untuk kesempatan tertentu yaitu kesempatan yang baik. Wanita mengikat rambutnya dengan pita, karena rambut adalah mahkota wanita dan supaya lebih cantik kelihatannya. Kado juga diikat dengan pita, karena kado itu sesuatu yang berharga dan diberikan kepada orang yang sangat dihargai pada event yang berharga. Manusia yang satu juga tidak bisa berhubungan dengan yang lainnya tanpa pita yang disebut dengan pita suara,” katanya menganalogikan sambil tersenyum.

Melihat kondisi tanah air ini, dimana tanah air kita ini berada dalam ancaman disintegrasi, dan krisis multi dimensi, Dimyati mengatakan bahwa penyebab semua ini adalah karena tali pengikat bangsa ini sudah kendor. Jadi musti diikat dengan pita yaitu faham kebangsaan, nasionalisme yang tertuang pada konstitusi kita yang disebut Pancasila dan UUD 45.

Nasionalisme Indonesia ini tidak sama dengan nasionalisme yang ada di dunia. Itu suatu hal yang dinamis dan menghadapi tantangan yang dinamis. Karena itu nasionalisme yang diterapkan PITA pada abad ke 21 ini berbeda dengan nasionalisme yang diterapkan Bung Karno pada tahun 1918. Karena tantangannya berbeda, Bung Karno menghadapi penjajahan supaya Indonesia merdeka. Sekarang, sudah merdeka, jadi tantangan kita adalah menghadapi globalisasi. Oleh karena itu nasionalisme yang diterapkan PITA adalah faham kebangsaan Indonesia yang berwawasan global, yang sudah diterapkan sejak sekarang.

Dalam pembentukan DPD, partai PITA sudah melebihi dari batas minimum yang ditetapkan oleh UU karena DPD Partai PITA sudah terbentuk di semua popinsi atau di 32 Propinsi yang ada di Indonesia dan DPD Tk II atau Kabupaten/Kota juga sudah terbentuk sebanyak 360 DPD Tk II. Satu partai memang tidak mungkin bisa berdiri tanpa dukungan keuangan, tapi Pak Dim yang mengaku tidak punya duit ini bisa mengatasinya. “Duit untuk menghidupi keluarga, cukup. Tapi untuk membangun sebuah partai yang membutuhkan puluhan miliar saya tidak punya,” katanya.

Mengatasi Masalah Bangsa
Menanggapi tentang bangsa yang sedang menghadapi krisis multidimensi, Dimyati mengatakan bahwa bangsa ini sedang terjangkit tiga penyakit mental bangsa, The Three National Mental Disease.

Menurutnya, pertama, bangsa ini tidak punya harga diri. “Sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, bangsa ini selalu dikatakan bangsa ‘korup’ yang terbesar, tapi ketawa saja pemimpin-pemimpinnya. Dikatakan sebagai negara yang di bidang pendidikan terendah yaitu urutan ke 112 dari 136, kita juga ketawa saja. Juga tidak malu ketika sudah jadi terdakwapun masih memimpin lembaga tinggi negara. Dan untuk semuanya itu, bangsa ini diam saja,” katanya menjelaskan.

Advertisement

Kedua, kita tidak punya kepercayaan terhadap diri sendiri. “Sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, tapi lihatlah penanganan masalah Aceh. Gerakan Aceh Merdeka jelas merupakan pemberontakan karena dalam melakukan gerakannya sudah menggunakan senjata. Hukumnya pemerintah cuma satu untuk itu yaitu, tumpas. Tetapi kenapa mesti diajak berunding. Yang mengajak berunding adalah kita sebagai negara berdaulat, dan yang dijadikan mediator adalah LSM. LSM itu bukan level negara kita yang berdaulat. Akhirnya jadi berlaut-larut, karena bangsa kita tidak punya kepercayaan terhadap diri kita sendiri,” lanjutnya.

Disarankannya juga, dalam menangani masalah dalam negeri, hendaknya jangan ragu-ragu. Jangan seperti akhir-akhir ini dimana presiden mengatakan alasannya kenapa tidak memberantas korupsi, “Nanti kalau saya bertindak, disebut melangggar HAM,” katanya menirukan ucapan Ibu Presiden.

Ketiga, bangsa ini sudah tidak mempunyai kepercayaan terhadap kemampuan bangsa sendiri. Sedikit-sedikit kita mengatakan, “Bagaimana nanti bangsa lain, bagaimana IMF, bagaimana World Bank, investor asing nanti tidak masuk”. Tapi tidak dilihat bangsa yang berpenduduk 220 juta ini, negara yang kaya sumberdaya alam ini mempunyai potensi yang besar.

Untuk tiga penyakit mental itu menurutnya harus dilakukan ‘Penyembuhan Mental Nasional’ (National Mental Healing). Caranya, dengan mengembalikan harga diri tersebut, mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri, mengembalikan kepercayaan pada bangsa. Berdasarkan prinsip ini, dia melihat hal paling pertama dan utama yang harus dibangun pada bangsa ini adalah mental.

Dikatakannya, kalau mendirikan partai, yang harus dibangun dulu adalah mental. Supaya orang yang datang pada partai itu tidak orang-orang yang dengan tangan ‘menengadah’ berharap disini ada uang. Tapi yang datang itu adalah orang yang harus mau kerja.

Oleh karena itu, diputuskannya bahwa prinsip di Partai PITA adalah prinsip swadaya. Maksudnya, kalau mau masuk PITA, boleh tapi harus berusaha sendiri. Kalau prinsip ini sudah berhasil dibangun, dan bila nanti menang dalam pemilu, prinsip swadaya ini menurutnya akan dipakai sebagai prinsip mengelola negara ini. Dengan sangat optimis prinsipnya itu pasti dipercaya oleh rakyat, karena PITA sudah membuktikan. Dan menurutnya harus begitu baru bisa membangun persatuan dan kesatuan. “Bagaimana mau bicara tentang persatuan dan kesatuan, kalau partainya sendiri berkelahi satu sama lain,” katanya.

Setelah Partai PITA berjalan selama lebih dari setahun, dia sudah melihat sisi positifnya yaitu terjadinya saringan alami di antara pengurus-pengurus dan anggota. Siapa yang datang ke PITA hanya mencari duit, padahal tidak ada duit, akhirnya rontok. Mereka yang ingin mendapat fasilitas, tidak ada fasilitas, rontok juga. Mereka yang petualang kalau diikat aturan, akhirnya menyerah. Sehingga satu setengah tahun ini yang tersisa di dalam partai itu adalah kader-kader yang terpercaya, loyalis, dan berdedikasi. Namun di samping sisi positifnya, diakuinya ada juga sisi negatifnya yaitu untuk sementara ini banyak keluhan.

Sedangkan ketika disinggung mengenai kendalanya dalam mensosialisasikan partai ke daerah sebagai pengaruh dari prinsip swadaya tersebut, dia mensiasatinya dengan tidak perlu ke daerah. “Kenapa musti ke daerah-daerah. Ada yang saya bangun sejak awal yaitu empat kekuatan sebuah partai politik, yaitu, pertama, konsepsinya harus menjangkau masa depan. Kedua, harus dibangun sistem dalam organisasi itu. Ketiga, harus memanfaatkan mekanisme hubungan kerja antara unsur-unsur. Keempat, network yaitu jaringan,” katanya.

Menurutnya orang ke daerah karena network di partai itu tidak jalan, mekanisme dan sistem tidak jalan. Kalau keempat kekuatan tersebut sudah jalan maka dengan begitu, jika di daerah-daerah ada masalah, tinggal dilihat permasalahannya dimana. Kalau di DPD berarti tanggung jawab DPP. Tapi kalau permasalahannya di dalam propinsi, berarti tanggung jawab DPD. Jadi DPD harus bisa menyelesaikan. “Pada mereka saya bilang, anda pimpinan di daerah, itu tanggung jawab saudara. Buktikan bahwa anda seorang pemimpin. Kalau tidak silahkan mundur,” katanya. Sehingga menurutnya tidak ada yang cengeng minta-minta ke DPP, sedikit-sedikit ke DPP.

Begitu juga untuk memenuhi pembiayaan kampanye harus diusahakan masing-masing. “Seperti sekarang, kaos-kaos mereka beli. Di Sumatera Utara, Jambi misalnya mereka itu hebat-hebat. Tapi ada juga yang tidak, seperti di Nusa Tenggara Timur,” ujarnya menerangkan.

Akhirnya DPP jarang keluyuran tanpa arah yang jelas. Dia mengaku, sejak awal modalnya adalah teknologi informasi yaitu satu telepon dan dua mesin fax. Dan perkenalan dengan pengurus DPD-DPD dilakukannya saat pelantikan pengurus tersebut.

Syarat Calon Presiden
Dia yang juga sebagai calon presiden dari Partai PITA melihat, PITA sebagai partai baru diuntungkan oleh adanya UU tentang Pemilihan Presiden ini. Diakuinya, memang berat untuk memenuhi syarat-syarat yakni lolos dari KPU dan lolos dalam memenuhi syarat 3%-5%. Jika persyaratan itu telah terpenuhi, dalam hal pencalonan presiden, Partai PITA tidak mengalami kesulitan lagi karena hubungan perolehan suara itu dengan pencalonan presiden tidak ada. Kalau dalam pemilihan sebelumnya ditentukan oleh MPR, sekarang tidak lagi karena pemilihan langsung oleh rakyat, dan rakyat memilih orang bukan partai.

Dia merasa optimis. Sehingga ketika mengikuti wawancara di TPI, dia ditanya, “Apakah anda sudah siap untuk menjadi calon presiden?”. Dia jawab, “Menjadi presiden RI ini saya hanya perlu dua syarat yang harus dipenuhi yaitu pertama, Tuhan menghendaki. Dan kedua, rakyat mendukung”. Kedua hal itu menurutnya merupakan persyaratan yang pokok. Dikatakannya, orang hebat bagaimanapun kalau Tuhan tidak menghendaki, pasti tidak jadi. Tapi kalau Tuhan menghendaki, ya…jalan.

Di samping syarat itu, menurutnya, presiden yang diperlukan oleh bangsa ini agar keluar dari krisis multi dimensional harus memenuhi syarat-syarat yaitu pertama, orang yang bersih, tidak pernah korupsi, tidak pernah KKN, tidak punya noda politik pada jaman orde baru. “Kalau pemimpin masih produk jaman orde baru, bagaimana bisa menyelesaikan beban politik jaman orde baru. Kalaupun tidak produk orde baru, tapi tidak bersih juga, bagaimana dia bisa mengatasi,” katanya. Kedua, dia harus mempunyai visi ke depan. Jelas apa yang hendak dicapai. Ketiga, dia harus mempunyai sikap yang tegas dan lugas tapi konsisten, mempunyai kemampuan berpikir dan bertindak yang konsepsional. “Kalau tidak, jangan. Nanti jadi seperti keadaan sekarang ini,” katanya.

Ketika ditanya mengenai dirinya sendiri, apakah sudah memenuhi syarat tersebut. Dia merasa, apa yang dia kemukakan itu tidak akan sulit dia penuhi. “Alhamdulillah, saya tidak pernah macam-macam. Saya sudah buktikan, di saat yang tepat, yang harus saya ambil, resiko apapun, harus saya ambil,” katanya yakin.

“Jaman Orde Baru saya ambil resiko, jaman menghadapi Megawati saya juga menghadapi resiko. Saya tidak takut kehilangan harta maupun kedudukan, tapi untuk kebaikan bangsa dan negara saya lakukan,” ujarnya menambahkan.

Visi Negara Maritim Terbesar
Dia mempunyai visi apabila berkesempatan menjadi presiden, ia akan menjadikan bangsa ini menjadi negara maritim yang besar di dunia. Visinya itu sekaligus juga dijadikannya menjadi program partai.

Menurutnya, selama ini ada kesalahan yang besar yang dibuat dalam pembangunan nasional yaitu orientasi ke darat (The Land Oriented), sehingga terjadi kesenjangan antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia. Ini harus dirubah, The Land Oriented dirubah menjadi Archipelago Sea Oriented (berorientasi kepada negara kepulauan). Karena fakta objektifnya, Indonesia memang sebagai negara kepulauan.

“Untuk menjadikan sebuah negara maritim yang besar di dunia kondisi objektifnya telah tersedia yaitu; pertama, kita sebagai negara kepulauan, ada darat dan laut. Kedua, kita negara kepulauan terbesar di dunia. Ketiga, kekayaan melimpah di laut, di darat, dan di udara. Posisi geografis Indonesia sangat strategis dilihat dari geopolitik, pertahanan dan dari segi security,” katanya menjelaskan. Menurutnya, faktor-faktor inilah yang perlu ditangani dengan baik. Sekarang kesalahannya adalah manajemen negara ini tidak baik.

Dia sudah punya rencana 5 tahun sampai 25 tahun ke depan. “Lima tahun pertama jika Tuhan memberikan kesempatan pada saya. Akan saya letakkan dasar-dasar pembangunan 25 tahun ke depan,” katanya setengah berharap. “Dan 20 tahun ke depan, kalau platform itu dipegang terus, maka Indonesia akan menjadi negara maritim terbesar di dunia,” lanjutnya yakin. “Australia tergantung pada kita, ASEAN tergantung pada kita, Asia tergantung kita. Samudera Hindia ke Samudera Pasifik lewat negara kita. Jadi kuncinya bisa dikelola dengan baik atau tidak. Pemimpin harus mendapat kepercayaan dari rakyat. Pemimpin itu harus punya visi, dan bersih. Kalau pemimpin tidak bersih jangan bicara tentang memperbaiki Indonesia ini,” katanya menutup. Atur Lorielcide Paniroy – Marjuka

Data Singkat
Dimyati Hartono, Mantan Ketua DPP PDI / Ketidakadilan Menjadikannya Kuat | Ensiklopedi | jaksa, kejaksaan, PDI
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest


0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments