Ketua Umum KONI Pusat

[ Rita Subowo ]
 
0
382
Rita Subowo
Rita Subowo | Tokoh.ID

[ENSIKLOPEDI] Rita Sri Wahyusih Subowo (59) menorehkan sejarah di bidang organisasi olahraga Indonesia. Perempuan kelahiran Jogjakarta 27 Juli 1948, itu terpilih sebagai Ketua Umum KONI 2007-2011, pada Musyawarah Olahraga Nasional Ke-10 KONI hari Jumat (23/2/2007) di Jakarta. Mantan Sekjen KONI Pusat yang juga Wakil Presiden Dewan Olimpiade Asia (OCA), itu mendapat 43 suara mengungguli Luhut Pandjaitan 38 suara.

Anak pasangan artis layar lebar kenamaan era 1950-an, Rendra Karno (almarhum)- Djuriah Karno (almarhum) itu menggantikan Agum Gumelar yang tak mencalonkan diri, meski masih diperbolehkan masuk dalam bursa bakal calon (balon) untuk mempertahankan posisinya.

Inilah untuk kali pertama KONI Pusat dipimpin wanita. Karena sejak payung induk-induk organisasi olahraga Indonesia itu lahir belum pernah dipimpin kaum hawa. KONI lahir pada 31 Desember 1966 dengan ketua umumnya Sri Sultan HB IX (almarhum).

Sesaat setelah terpilih, Rita berterima kasih atas dukungan masyarakat olahraga. “Mudah-mudahan saya dapat menjalankan amanah ini,” katanya. Dia meminta diberi waktu untuk menyesuaikan Anggaran Dasar KONI dengan keberadaan Undang-Undang Olahraga.

Untuk jangka pendek, Rita menyatakan, akan memfokuskan pekerjaan KONI pada pelaksanaan SEA Games Thailand 2007. Rita berharap dalam tempo sepuluh bulan prestasi Indonesia dapat meningkat dibandingkan dengan SEA Games 2005. Sedangkan dalam jangka menengah dan jangka panjang, Rita menyatakan akan dirumuskan segera.

Terpilihnya Rita benar-benar di luar dugaan. Sebab, dalam usulan pencalonan sebelumnya, Wakil Presiden Eksekutif Bola Voli Dunia ini hanya menduduki urutan ketiga di bawah Luhut Pandjaitan dan mantan Deputi Menpora Djohar Arifin Husin.

Dalam pemilihan putaran pertama, Luhut melejit dengan mendapatkan 36 suara. Sementara Rita 21 suara, Djohar (12), Achmad Sutjipto (8), dan Andi Muhammad Ghalib (5). Sesuai dengan aturan, Luhut dan Rita yang berhak maju ke putaran kedua.

Di putaran kedua, Luhut yang hanya membutuhkan tambahan enam suara untuk menang ternyata hanya mendapat lima suara. Sementara Rita meraih 20 suara. Perolehan suara menjadi imbang karena masing-masing mendapat 41 suara.

Pemilihan akhirnya harus diulang setelah sidang diskors selama satu jam. Kasak-kusuk pun bertebaran. Ada isu harga sebuah suara mendapat Rp 30 juta. Namun, ketika ditanyakan kepada beberapa PB dan KONI Provinsi, mereka membantah.
Pada pemilihan puncak, Rita unggul lima suara atas Luhut. “Isu jender memenangkan Bu Rita,” kata mantan Wakil Ketua KONI Djoko Pramono.

Dalam bursa balon yang masuk dalam daftar Tim Penjaringan dan Penyaringan KONI, Rita hanya berada di posisi ketiga dengan 12 suara dukungan. Dukungan Rita itu di bawah Luhut Binsar Pandjaitan (20 suara) dan Djohar Arifin Husin yang mendapat dukungan 14 suara. Balon lainnya, Achmad Sucipto (11 suara) dan Andi M. Ghalib (10 suara).

Advertisement

Tapi, jumlah dukungan yang dipersyaratan Tim Penjaringan dan Penyaringan KONI, yang membatasi minimal harus mendapat 10 dukungan untuk bisa bersaing memperebutkan kursi pimpinan KONI Pusat, ternyata memang bukan jaminan kemenangan bagi mereka yang mendapat dukungan terbanyak. Penentuan terakhir berada di peserta Musornas.

Terpilihnya Rita juga lewat pemungutan suara yang berlangsung dramatis, tetapi sportif. Dramatis karena Rita baru terpilih setelah lewat sidang pemungutan suara yang ketiga. Dari 82 suara yang memiliki hak pilih, Rita berhasil mengumpulkan 43 suara. Jumlah itu hanya terpaut 5 suara dari Luhut yang mendapat 38 suara. Satu suara dinyatakan tidak sah karena memilih Luhut dan Rita. Sportif karena pemilihan dilakukan secara tertutup.

Pada awal pemilihan, terdapat lima kandidat. Di sini, Luhut mendapat suara terbanyak, 36 suara. Dia sisusul Rita (21 suara), Djohar Arifin Husin (12), Achmad Sucipto (8), dan Andi M. Ghalib (5). Nah, karena suara terbanyak belum mencapai 50 persen plus satu – dari 82 suara yang punya hak pilih – maka harus dilakukan pemilihan tahap kedua. Dengan dua kandidat pengumpul suara terbanyak yang berhak dipilih, yakni Luhut dan Rita.

Untuk menjaga agar pemilihan berlangsung sportif, pimpinan sidang Rosihan Arsyad memutuskan langsung melanjutkan pemungutan suara. Dengan melarang seluruh peserta musornas meninggalkan ruang sidang, maka tak ada kesempatan bagi tim sukses kedua kandidat untuk melakukan lobi demi keberhasilan kandidatnya. Ternyata, dari sidang kedua pemungutan suara itu, Luhut dan Rita sama-sama mendapat 41 suara.

Sebelum dilanjutkan sidang pemungutan suara ketiga, muncul perdebatan sengit. Peserta meminta jika dalam pemungutan suara ketiga nanti kembali imbang, pemenangnya ditentukan oleh siapa kandidat yang lebih awal memperoleh 41 suara. Tapi usulan itu ditolak. Usulan lainnya, jika perolehan tetap sama, dilakukan undian. Juga ada usulan agar kedua kandidat itu ditetapkan saja sebagai ketua KON dan Ketua KOI. Tetapi semua itu ditolak.

Lantas, muncul suara dari PSSI yang meminta agar pimpinan sidang melaksanakan pemilihan ketiga. Karena belum tentu hasilnya akan imbang. Tentang kemungkinan imbang, PSSI meminta agar dipikirkan setelah sidang pemungutan suara ketiga. Pimpinan sidang ternyata setuju dengan usulan dari PSSI itu.

Tetapi karena waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, pimpinan sidang akhirnya menskors selama satu jam untuk memberikan kesempatan pada peserta melakukan salat.

Jelang pemilihan ketiga inilah, PB Percasi melakukan interupsi, tetapi ditolak pimpinan sidang. Mengantisipasi agar hasilnya tidak imbang lagi, Percasi mengambil sikap abstain di pemilihan ketiga. Maksudnya, agar yang memiliki hak pilih 81 suara sehingga bisa ditentukan pemenangnya, Meski pimpinan sidang mempersilahkan abstain, Utut Adianto dari PB Percasi tetap memasukkan suara, yang ternyata memberikan suara ganda, sehingga dinyatakan tidak sah.

Setelah dinyatakan Rita sebagai ketua umum KONI Pusat periode 2007-2011, tepuk tangan kegembiraan dari para pendukungnya tampak ramai. Rita banyak menerima ucapan dari para pendukung dan lawan-lawannya, yang secara sportif mengakui kekalahannya. Pemilik nama langkap Rita Sri Wahyusih Subowo itu pun tampak banyak mengumbar senyum.

Ini sangat berbeda dengan Luhut. Meski balon dari Ketua Umum PB Forki itu mengakui kekalahannya secara sportif, tetapi wajah kekecewaan tak bisa disembunyikan. Buktinya, begitu sidang dinyatakan selesai, Luhut yang dikawal tim suksesnya langsung meninggalkan ruang sidang. Beberapa wartawan yang coba meminta komentarnya hanya mendapat sedikit keterangan. e-ti

Data Singkat
Rita Subowo, Ketua Umum KONI Pusat 2007-2011 / Ketua Umum KONI Pusat | Ensiklopedi | Ketua Umum, KONI

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here