Generasi Ketiga Nyonya Meneer

Charles Saerang
 
0
663
Lama Membaca: 4 menit
Charles Saerang
Charles Saerang | Tokoh.ID

[ENSIKLOPEDI] Di tangan generasi ketiga perusahaan jamu Nyonya Meneer makin berkembang. Nakhoda generasi ketiganya adalah Charles Saerang, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 20 Februari 1952. Presiden Direktur PT Nyonya Meneer berobsesi melayakan jamu dijadikan sebagai metode pengobatan di rumah sakit.

PT Jamu Meneer dirintis dan didirikan Nyonya Meneer pada tahun 1919 di Semarang. Nyonya Meneer dibantu anaknya Hans Ramana (Ong Han How). Di tangan mereka berdua ( Ibu dan anak) perusahaan berkembang. Setelah generasi pertama dan kedua yakni Nyonya Meneer dan Hans Ramana meninggal dunia tahun 1978 dan 1976, kemudian roda perusahaan diestapetkan kepada generasi ketiga yakni ke lima orang anak dari Hans Ramana.

Charles Saerang adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Cucu dari Nyonya Meneer. Ayahnya Ong Han How (Hans Ramana), sudah melibatkannya ikut mengelola perusahaan jamu Cap Nyonya Meneer, itu sejak April 1976, pada usia 24 tahun. Beberapa saat setelah Charles meraih gelar Bachelor of Science dari Business School Miami University, Ohio, Amerika Serikat (setaraf sarjana S1).

Tak berapa lama, pada tahun yang sama (1976), ayahnya kemudian meninggal dunia. Kematian ayahnya dirahasiakan kepada neneknya, Nyonya Meneer, yang saat itu sudah sakit-sakitan (tua), khawatir akan mengganggu kesehatannya. Lalu, setelah Nyonya Meneer meninggal pada tahun 1978, perusahaan jamu keluarga itu diterpa konflik internal dan selama kurun waktu 1984—2000. Keturunan Nyonya Meneer saling berebut kekuasaan, karena Nyonya Meneer tidak pernah menunjuk penggantinya secara resmi.

Anggota-anggota keluarga yang lain sepakat berpisah dengan menjual kepemilikannya di Nyonya Meneer kepada Charles. Maka sejak 1991, perusahaan murni dimiliki dan dikendalikan DR Charles Saerang.Keluarga keturunan Nyonya Meneer itu pun nyaris pecah. Mereka sempat berperkara ke pengadilan. Bahkan Menaker Cosmas Batubara pun saat itu ikut turun tangan, karena pertikaian antarkeluarga sudah meresahkan ribuan pekerja perusahaan itu.

Kemudian, dalam proses selanjutnya, ke lima bersaudara yang juga cucu sang pendiri Nyonya Meneer, dapat bersepakat menemukan jalan keluar. Anggota-anggota keluarga yang lain sepakat berpisah dengan menjual kepemilikannya di Nyonya Meneer kepada Charles. Maka sejak 1991, perusahaan murni dimiliki dan dikendalikan DR Charles Saerang. Sedangkan ke empat orang saudaranya dan setelah menerima bagian masing-masing, memilih untuk berpisah. Bersambung R. Binsar Halomoan, Samsuri

 

02 | Nyonya Meneer Berkembang Pesat

Proses regenerasi dari generasi kedua ke generasi ketiga, akhirnya berjalan dengan baik. Walaupun sempat muncul berbagai tantangan dan konflik keluarga, tapi akhirnya dapat diatasi.

Di tangan Charles, mutu dan khasiat jamunya makin terjamin. Zaman boleh saja berubah, tapi mutu dan khasiat Jamu Nonya Meneer tetap dijamin sebagaimana diwariskan pendirinya, Nyonya Meneer.

Di tengah menjamurnya perusahaan obat-obat tradisional dalam negeri, Jamu produksi PT Nyonya Meneer, Semarang, Jawa Tengah terus meningkat dan berkembang. Pengolahannya tidak lagi tradisional tapi sudah modern dengan sentuhan teknologi canggih yang didukung tenaga ahli dan profesional.

Advertisement

Sejak tahun 1991, sesudah ditangani generasi ketiga di bawah kendali DR Charles Saerang, Nyonya Meneer berkembang pesat. Awalnya, memiliki 150 orang tenaga kerja. Telah menjadi lebih 3500 orang. Produknya dari 120 jenis meningkat menjadi lebih 254 jenis. Produknya tidak lagi hanya bentuk bubuk, tapi juga kapsul dan tablet. Produksi dalam bentuk bubuk 200 ton/bulan dan kapsul 4 ton per bulan. Pasarnya, tidak lagi terbatas di dalam negeri tapi sudah memasuki pasar beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Eropa, Australia, Timur Tengah dan Asia.

Tahun 2000, Charles membuat terobosan dengan mengeluarkan produk fitofarmaka bermerek Rheumaneer untuk mengobati penyakit rematik.Bahkan pada tahun 2000, Charles membuat terobosan dengan mengeluarkan produk fitofarmaka bermerek Rheumaneer untuk mengobati penyakit rematik. Fitofarmaka adalah obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan dan lulus uji klinis. Di Indonesia hanya ada lima perusahaan yang mengeluarkan fitofarmaka, dan Nyonya Meneer satu-satunya perusahaan jamu sementara sisanya adalah perusahaan farmasi.

Dengan terobosan ini Charles membuka mata dunia kedokteran terhadap khasiat jamu. Charles (Nyonya Meneer), mengeluarkan biaya untuk riset hingga menghasilkan produk bermerek Rheumaneer ini menghabiskan Rp.3 miliar dan memakan waktu delapan tahun. Dia pun membuktikan bahwa jamu dapat sejajar dengan obat-obatan kimia.

Di tengah kesibukannya mengelola perusahaan jamu itu, Charles meraih gelar doktor ilmu pemasaran di Universitas Kensington, AS, 1981. Disertasinya berjudul Jamu Awet Memiliki Peranan Penting dalam Memperluas Pemasaran Industri Farmasi dan Herbal Nyonya Meneer (Jamu Awet Plays a Very Important Role in Expanding the Sales of the Pharmaceutical & Herbs Industry Nyonya Meneer).

Dalam percakapannya dengan Wartawan TokohIndonesia.com, sekitar Mei 2002, Charles mengatakan dalam mengembangkan bisnisnya, dia juga tidak terlepas dari bantuan istri tercintanya, dr Lindawati Suryadinata. Ia mengakui dalam memimpin perusahaan raksasa terkemuka Indonesia itu, harus mengatur waktu ekstra ketat. Bolak-balik Semarang-Jakarta dan ke beberapa negara terutama Malaysia merupakan pekerjaan rutinnya.

Keinginannya, selain menjalankan perusahaan dan, organisasi dengan baik, dia juga berobsesi agar menjadi guru, kawan, dan sekaligus ayah yang baik, bagi keluarga, termasuk terhadap dua orang anak perempuannya, Vanessa Kalani (13) dan Claudia Alana (10) yang kala itu sedang sekolah di Garden International School, Kuala Lumpur Malaysia.

Charles pun meluangkan waktu, pikiran dan kemampuannya aktif menjabat Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (DPP GPJI). Dia juga sibuk menjalin kerjasama dengan dengan Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta dan membuka pendidikan program diploma 2 (D2). Juga menyelenggarakan program baru khusus mengenai jamu dengan Universitas Trisakti, Jakarta.

Dia juga aktif sebagai Ketua Kompartemen Hubungan Luar Negeri Kadin Jawa Tengah, sejak 1985 . Bahkan masih menyediakan waktu sebagai pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945, Semarang sejak 1977 dan di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang sejak 1980. Selain itu juga mengabdi sebagai Gubernur Distrik Governoor Elect Lions Club Indonesia 307 B, sejak 2004.

Pemilik gelar KRT Hadiningrat dari Keraton Surakarta, ini berkeyakinan, dengan masuknya Jamu ke kampus dan resmi sebagai salah satu jurusan, akan berguna membantu masyarakat medis untuk mengakui keampuhan obat tradisional yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

Atas berbagai karya dan pengabdiannya, Charles telah menerima sejumlah penghargaan. Antara lain, Byasana Bakti Upapradana dari Gubernur Jawa Tengah, 1990 dan 1994; Upakarti dari Presiden Republik Indonesia, 1991; Responden Terbaik Sektor Industri dari BPS, 1996; Gelar KRT Hadiningrat dari Keraton Surakarta, 2000. R. Binsar Halomoan, Samsuri

Data Singkat
Charles Saerang, Presdir PT Nyonya Meneer / Generasi Ketiga Nyonya Meneer | Ensiklopedi | CEO, Pengusaha, Nyonya Meneer, Jamu, Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia, GPJI, Generasi Ketiga

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini