Mbak Pendiam itu Emas
Megawati Soekarnoputri02 | Terpilih Jadi Presiden

Kepatutan politik pun terwujud. Ketua umum partai pemenang Pemilu menjadi Presiden. Terwujudlah amanat Kongres PDIP di Bali yang menghendaki Megawati menjadi Presiden. Kekalahan tipis Megawati atas KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada Sidang Umum 1999, yakni 313 banding 373, terbalas dengan kemenangan telak pada SI-MPR 2001.
Tampaknya PDIP tak mau terkecoh untuk kedua kali oleh kepiawian politik Gus Dur. Megawati, tentu juga belajar dari kesalahan Gus Dur. Sehingga PDIP mendukung Hamzah Haz (Ketua Umum PPP)[5] sebagai Wakil Presiden. Padahal Hamzah Haz adalah pemimpin salah satu partai yang tidak menghendaki Megawati jadi presiden dan menjadi pesaing Megawati pada pemilihan Wakil Presiden pada SU-MPR 1999, yang dimenangkan Megawati dengan suara 396 banding 284.
Pada mulanya, dalam posisi Wapres, Megawati tampak tulus mendampingi Gus Dur. Hubungan Megawati sebagai Wapres dengan Gus Dur sebagai Presiden mesra-mesra saja.
Tetapi akibat kesalahan Gus Dur, yang terkesan meremehkan Megawati, hubungan itu memburuk. Makan pagi yang biasanya dilakukan tiap Rabu di kediaman resmi Megawati, tidak lagi diadakan. Bahkan, Megawati pelan-pelan menunjukkan ketidaksepahamannya dengan Gus Dur, baik lewat pernyataannya maupun lewat orang-orang di sekitarnya. Mega jarang hadir pada rapat kabinet yang dipimpin Gus Dur, termasuk pelantikan pejabat baru di kabinet.
Mega juga tidak hadir pada pertemuan parpol yang digagas Gus Dur di Istana Bogor. Bahkan, Megawati melakukan pertemuan dengan sejumlah pimpinan parpol di rumah pribadinya di Kebagusan, Jakarta Selatan, satu bulan menjelang SI-MPR 2001. penerima tekanan Orde Baru. Sekaligus simbol perlawanan secara damai dan tak banyak bicara. Bio TokohIndonesia.com | crs
Footnote:
[5] Hamzah Haz, Dr (HC) H, lahir di Ketapang, Kalimantan Barat, 15 Februari 1940. Wakil Presiden RI (26 Juli 2001-2004); Menko Kesra dan Taskin (1999); Wakil Ketua DPR (1999-2001); Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM (1998-1999); Anggota DPR RI (1971-2001). Alumni Akademi Koperasi Negara, Yogyakarta (1962) Jurusan Ekonomi Perusahaan, Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura, Pontianak (tingkat V, 1970), ini seorang ‘Tokoh Politik yang Akomodatif’. Mentan Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan ini juga mantan Guru SM Ketapang (1960-1962), Wartawan suratkabar Bebas, Pontianak, Kalimantan Barat (1960-1961), Pimpinan Umum Harian Berita Pawau, Kalimantan Barat dan Ketua PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, (1962)