Penjemput Masa Depan Bangsa

Putera Sampoerna
 
0
950
Putera Sampoerna
Putera Sampoerna | Tokoh.ID

[ENSIKLOPEDI] Putera Sampoerna, akrab dipanggil Pak Putera, pemimpin generasi ketiga bisnis HM Sampoerna, seorang pengusaha visioner. Dia pengusaha penjemput masa depan! Berdedikasi dan memiliki mimpi, namun selalu membumi. Sukses mewujudkan mimpinya, kaya raya, tetapi pada saat yang sama hidup bersahaja dan penuh kasih. Dia pun mengimplementasikan kasih dan kepedulian dengan mendirikan Putera Sampoerna Foundation, yang mengambil bagian dalam misi menjemput masa depan putera-puteri bangsa. 

Putera Sampoerna, pengusaha Indonesia kelahiran Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947. Dia generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia. Saat berusia 30 tahun, dia sudah masuk dalam jajaran pemilik saham. Adalah kakeknya Liem Seeng Tee yang mendirikan perusahaan rokok kretek Dji Sam Soe, HM Sampoerna, yang bermarkas di Surabaya. Putera merupakan presiden direktur ketiga perusahaan rokok PT. HM Sampoerna itu. Dia menggantikan ayahnya Aga Sampoerna. Kemudian, pada tahun 2005, dia mengguncang dunia bisnis Indonesia ketika menjual seluruh saham keluarganya di PT HM Sampoerna senilai Rp18,5 triliun, pada saat kinerjanya baik. Lalu, dia mendirikan Sampoerna Strategic.

Sejak lahir, dia memang telah dikelilingi oleh pekerja keras.[1] Pada usia muda dia telah dibekali pemahaman dan pemaknaan nilai dari dedikasi, dan pentingnya memiliki mimpi. Kakeknya, Liem Seng Tee (yang mendirikan bisnis keluarga Sampoerna pada tahun 1913, dan melahirkan Dji Sam Soe, sebuah merek rokok yang masih kuat setelah empat generasi) adalah sosok panutannya. Sang Kakek, mengajarinya nilai-nilai bisnis dan keluarga, yang telah membentuk hidupnya. Selain dibekali dengan nilai-nilai kearifan hidup bisnis keluarga (kearifan lokal), Putera, penggemar angka Sembilan, itu pun mengecap pendidikan di Diocesan Boys School, Hong Kong, dan Carey Grammar High School, Melbourne, serta University of Houston, Texas, Amerika Serikat.Sejak lahir, dia memang telah dikelilingi oleh pekerja keras.[1] Pada usia muda dia telah dibekali pemahaman dan pemaknaan nilai dari dedikasi, dan pentingnya memiliki mimpi. Kakeknya, Liem Seng Tee (yang mendirikan bisnis keluarga Sampoerna pada tahun 1913, dan melahirkan Dji Sam Soe, sebuah merek rokok yang masih kuat setelah empat generasi) adalah sosok panutannya. Sang Kakek, mengajarinya nilai-nilai bisnis dan keluarga, yang telah membentuk hidupnya.

Selain dibekali dengan nilai-nilai kearifan hidup bisnis keluarga (kearifan lokal), Putera, penggemar angka Sembilan, itu pun mengecap pendidikan di Diocesan Boys School, Hong Kong, dan Carey Grammar High School, Melbourne, serta University of Houston, Texas, Amerika Serikat.

Setelah lulus dari University of Houston, Texas, Putera memboyong isterinya, Katleen C. Liem (Katie Sampoerna), warga Amerika Serikat keturunan Tionghoa, meninggalkan Amerika Serikat dan pindah ke Singapura. Di sana dia memulai kiprah bisnis mengelola perusahaan perkebunan kelapa sawit milik keluarga. Selama tahun 1970-an, dia hilir-mudik antara Singapura dan Indonesia. Sebab, selain aktif di perusahaan perkebunan kelapa sawit, dia juga telah aktif sebagai penasihat bisnis rokok PT HM Sampoerna yang kala itu sudah semakin berkembang.

Akhirnya, pada tahun 1980, dia pindah dengan keluarga ke Surabaya untuk fokus penuh waktu pada perusahaan PT HM Sampoerna. Enam tahun kemudian, tepatnya 1986, Putera dinobatkan menduduki tampuk kepemimpinan operasional PT HAM Sampoerna sebagai CEO (chief executive officer) menggantikani ayahnya, Aga Sampoerna.

Namun ruh kepemimpinan masih saja melekat pada ayahnya. Baru setelah ayahnya meninggal pada 1994, Putera benar-benar mengaktualisasikan kapasitas kepemimpinan dan naluri bisnisnya secara penuh. Dia pun merekrut profesional dalam negeri dan mancanegara untuk mendampinginya mengembangkan dan menggenjot kinerja perusahaan.

Sungguh, perusahaan keluarga ini dikelola secara profesional dengan dukungan manajer profesional. Perusahaan ini juga go public, sahamnya menjadi unggulan di bursa efek Jakarta dan Surabaya (kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia). Ibarat sebuah kapal yang berlayar di samudera luas berombak besar, PT HM Sampoerna berhasil mengarunginya dengan berbagai kiat dan inovasi kreatif. Dia memimpin bisnis keluarga ini selama 15 tahun dan berhasil menciptakan beberapa merek-merek terkenal.

Bahkan, tidak hanya gemilang dalam melakukan inovasi produk inti bisnisnya, yakni rokok, namun juga berhasil mengekspansi peluang bisnis di segmen usaha lain, di antaranya dalam bidang supermarket dengan mengakuisi Alfa dan sebelumnya sempat mendirikan Bank Sampoerna akhir 1980-an, meski bisnis perbankan ini akhirnya tidak sukses.

Di bisnis rokok, HM Sampoerna adalah pelopor produk mild di tanah air, yakni rokok rendah tar dan nikotin. Pada 1990-an, itu Putera Sampoerna dengan kreatif mengenalkan produk rokok terbaru: A Mild. Kala itu, Putera meluncurkan A Mild sebagai rokok rendah nikotin dan “taste to the future”, di tengah ramainya pasar rokok kretek. Kemudian perusahaan rokok lain mengikutinya. Dia memang seorang pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa depan. Berbagai langkahnya sering kali tidak terjangkau pebisnis lain sebelumnya.

Advertisement

Dia pun merasa bersyukur, karena dia bersama isteri, Katleen C. Liem (Katie Sampoerna), warga Amerika Serikat keturunan Tionghoa, telah diberkati dengan keluarga yang bahagia. Mereka membesarkan dua putra (Jonathan Bradford Sampoerna dan Michael Sampoerna) dan dua putri (Jacqueline Michelle Sampoerna dan Farah Khristina Sampoerna). Kepada putera dan puterinya, dia juga berbagi nilai-nilai yang diwariskan Sang Kakek, yang bisa membanggakan keberhasilan tetapi pada saat yang sama hidup sederhana dan penuh kasih.

Secara terencana, Putera pun mengestafetkan pengelolaan perusahaan kepada putera-puterinya, sebagai generasi keempat. Bahkan pada tahun 2000, kepemimpinan operasional perusahaan (presiden direktur) telah diestafetkan kepada anaknya, Michael Sampoerna. Dia sendiri duduk sebagai Presiden Komisaris PT HM Sampoerna Tbk, sampai tahun 2005

Pada tahun 2005, dia mengambil keputusan sensasional yang amat mengejutkan sepanjang sejarah HM Sampoerna yang berdiri 1913. Langkahnya yang paling sensasional itu adalah keputusan menjual seluruh saham keluarga Sampoerna di PT HM Sampoerna Tbk (40%) di perusahaan yang sudah go public itu kepada perusahaan Amerika terkemuka Philip Morris International, Maret 2005, senilai Rp18,5 triliun

Keputusan itu sangat mengejutkan pelaku bisnis lainya. Sebab, kinerja HM Sampoerna kala itu (2004) dalam posisi sangat baik dengan berhasil memperoleh pendapatan bersih Rp15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang. Dalam posisi ketiga perusahaan rokok yang menguasai pasar, yakni menguasai 19,4% pangsa pasar rokok di Indonesia, setelah Gudang Garam dan Djarum. Pantas saja Majalah Warta Ekonomi ini (Warta Ekonomi 28 Desember 2005) menobatkannya sebagai Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005. Sebelumnya, majalah Forbes menempatkannya dalam peringkat ke-13 Southeast Asia’s 40 Richest 2004.

Mengapa Putera melepas perusahaan keluarga yang sudah berumur lebih dari 90 tahun ini? Itu pertanyaan yang muncul di tengah pelaku bisnis dan publik kala itu. “Saya memutuskan bahwa ini adalah waktu yang ideal untuk mengembangkan usaha lain yang akan membantu bangsa kita untuk mengembangkan bioenergi, telekomunikasi, mikro-keuangan, dan lain-serta lebih fokus pada memberikan sesuatu kembali ke masyarakat Indonesia,” katanya dalam blognya.

Dia memang seorang tokoh visioner yang selalu melihat ke depan, dan berani mengubah status quo. Seorang pemimpin yang berani mengambil risiko, risk taker (pengambil risiko), serta berani melawan arus dan melaksanakannya dengan komitmen penuh sampai ke titik sukses. Pemimpin berpola pikir system thinking, yang dalam menjalankan sesuatu selalu memiliki skenario dan langkah untuk beberapa tahapan ke depan. Juga memiliki gairah, semangat (passion) dalam setiap melakukan sesuatu demi misi pengabdian untuk mengubah keadaan.

Prinsipnya juga tergambar dari isi blognya, puterasampoerna.com, yang bermotto: Together we can make a difference (Bersama kita bisa membuat perbedaan). Dia punya prinsip “Don’t blame anybody! Solve the problem, don’t blame the person”. Dengan demikian tiap orang dipacu untuk berpikir dengan cara berbeda tapi harus memiliki arah yang jelas yang harus dieksekusi dengan tepat dan cepat. Prinsip itu bukanlah hanya rangkaian keindahan kata. Dia mengimplementasikannya dan mendedikasikannya.

Berbagai pihak, sempat meragukan ketajaman visi pengusaha pengambil risiko ini. Walaupun sebagian dapat memahaminya dengan pandangan bahwa masa depan industri rokok di Indonesia akan makin sulit berkembang. Dia pun diapresiasi sebagai pengusaha yang ingin menjemput pasar masa depan yang hanya dapat diraih dengan langkah kreatif dan revolusioner dalam bisnisnya. Secara revolusioner dia mengubah bisnis intinya dari bisnis rokok ke agroindustri dan infrastruktur. Hal ini terungkap setelah enam bulan melepas saham di PT HM Sampoerna. Juga terungkap dari ucapan Angky Camaro, orang kepercayaan Putera: “Arahnya memang ke infrastruktur dan agroindustri.”

Sebuah sumber[2] (sumber ini belum terkonformasi) menyebut, pada awal 2006, dikabarkan bahwa Putera, yang dikenal menggemari judi, telah menjadi pemilik perusahaan judi raksasa yang bermarkas di Gibraltar, Mansion. Pada saat yang sama, Mansion dilaporkan akan menggantikan Vodafone sebagai sponsor klub sepak bola Manchester United selama empat tahun dalam kontrak senilai 60 juta poundsterling, namun kontrak tersebut kemudian dibatalkan. Kemudian beralih menjadi sponsor klub sepak bola Liga Inggris lainnya Totenham Hotspur sejak musim 2006-2007. Selain itu, Putera Sampoerna juga membeli kasino Les Ambassadeurs di London dengan harga 120 juta poundsterling.

Dia pun mendirikan PT Sampoerna Strategic. Di bawah bendera PT Sampoerna Strategic itu, dia sempat berniat mengakuisisi PT Kiani Kertas, namun kemudian dia menolak melanjutkan negosiasi transaksi lantaran persyaratan yang diajukan Bank Mandiri dinilai tak sepadan. Dia pun sempat dikabarkan akan memasuki bisnis jalan tol, jika faktor birokrasi dan kondisi sosial politik kondusif.

Kemudian, dia membeli gedung Danamon yang terletak di kawasan bisnis segi tiga emas Jl. Jendral Sudirman Kav.45, Jakarta. Dari gedung megah, yang kemudian diberi nama Sampoerna Strategic Square, itu dia melanjutkan kiprahnya. Setelah itu, kisah suksesnya pun terus berlanjut. Pada tahun 2008, dia pun bertenger di urutan kelima pengusaha terkaya di Indonesia versi GLOBE Magazine dengan total kekayaan US$ 2.42 miliar. Sebelumnya, majalah Forbes edisi Juli 2006 juga menempatkannya sebagai orang terkaya kedua di Indonesia, dengan ketebalan pundi-pundi sekitar US$ 2,1 miliar.

Putera Sampoerna Foundation

Dari gedung Sampoerna Strategic Square, itu pula dia melanjukan pengabdiannya dalam bisnis sosial melalui Putera Sampoerna Foundation yang telah didirikannya pada tahun 2001. Putera Sampoerna Foundation (PSF) itu awalnya dipimpin oleh putri tertuanya Michelle. Michelle yang memperoleh gelar Bachelor of Arts di bidang Mass Communication dari St. Mary’s College, California, Amerika Serikat, berperan besar merealisasikan visi Putera Sampoerna dengan melakukan riset dan perencanaan pada awal pendirian Putera Sampoerna Foundation dan telah memimpin yayasan ini sejak didirikan. Sebelumnya, Michelle adalah Manajer Komunikasi di PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. dan Direktur Sampoerna Jones Designs.

Menurut Putera, yayasan ini didedikasikan untuk masyarakat Indonesia melalui empat pilar: Pendidikan, Pemberdayaan Perempuan, Kewirausahaan, dan Bantuan Penyayang. Yayasan ini adalah bisnis sosial pertama di Indonesia, dan bertujuan untuk menjadi katalisator untuk perubahan sementara mengejar keberlanjutan.

“Melalui Putera Sampoerna Foundation saya berharap untuk berinvestasi dalam metode yang inovatif, efektif dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan Indonesia, masyarakat dan rakyatnya. Dengan mengembangkan pemimpin masa depan berpengetahuan dan penyayang, PSF adalah membantu bangsa kita untuk merangkul tantangan dan peluang partisipasi global, sambil memastikan bahwa generasi baru Indonesia bisa mendapatkan keuntungan dari nilai-nilai bisnis dan keluarga yang kakek saya percaya sangat penting: hikmat, ambisi dan kasih sayang,” jelas Putera Sampoerna.

Dia pun menegaskan bahwa Indonesia telah membentuk yang keluarganya hari ini. “Kami adalah produk dari, budaya tradisi dan rakyat Indonesia. Meskipun dilahirkan dan dididik di luar negeri, saya masih seorang Indonesia dalam hati saya. Selama empat generasi, keluarga Sampoerna telah menikmati kemakmuran negara kaya ini,” katanya menjelaskan betapa dia dan keluarganya ingin berbakti kepada masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

Dia terpanggil mendirikan yayasan ini setelah krisis moneter dan era reformasi. Dia berpikir apa yang bisa diberikan agar Indonesia bisa lebih cepat bangkit. Salah satu jawabannya adalah dengan menciptakan pemimpin masa depan.[3] Bukan kalangan akademisi, tapi individu yang lebih siap menghadapi tantangan, berkarakter. Sebab, menurutnya, bagaimana mungkin kita memperbaiki masyarakat tanpa orang-orang yang berkarakter? Saat itu, ada kesan kuat bahwa masyarakat kita adalah anti-Cina. Menurutnya, kesan itu keliru, yang terjadi adalah masyarakat anti terhadap kelas komersial

Menurutnya, berapa pun banyaknya uang yang kita punyai, tak akan bisa menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. Maka, dia mebuat wadah untuk berbagi dan sekaligus menjawab pertanyaan: “Apakah kita akan meninggalkan dunia yang lebih baik setelah kita meninggal?” Maka, untuk program PSF 10 tahun ke depan, dia pun menghibahkan US$ 150 juta (sekitar Rp 1,4 triliun).

Kebersahajaan dan kepeduliannya tumbuh, selain pengasuhan kebijakan dari kakek dan ayahnya, juga disepuh oleh pengalaman ketika dia sekolah di Amerika. Di negeri Paman Sam itu, dia pernah mengalami diskriminasi. Di Indonesia dia disebut berasal dari kalangan elite, tapi di Amerika dia bukan siapa-siapa. Maka, dia bekerja keras untuk menunjukkan kualitas yang sebenarnya?

Menurutnya, kita membutuhkan proses untuk menyaingi negara lain yang lebih maju, misalkan Singapura. Dia membandingkan biaya pendidikan seorang mahasiswa di sebuah universitas di Indonesia sebesar Rp 18 juta per tahun, yang sangat jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan Singapura yang mencapai Rp 150 juta per tahun.

Bertepatan ulang tahun keenam PSF, dia pun mengangkat analis pasar modal kondang dan mantan Direktur Utama Danareksa, Lin Che Wei, sebagai chief executive officer yayasan sejak pertengahan Agustus 2007. Puterinya, Jacqueline Michelle Sampoerna, duduk sebagai Ketua Dewan Pengawas.

Putera Sampoerna Foundation mengadopsi puluhan SMA dan Madrasah di berbagai provinsi di Indonesia sebagai sekolah unggulan. Puluhan ribu guru di Jakarta ditingkatkan kompetensinya oleh yayasan ini. PSF menyediakan beasiswa untuk dalam dan luar negeri.

Putera Sampoerna Foundation (PSF) adalah Institusi Bisnis Sosial pertama di Indonesia yang memiliki visi untuk mencetak calon-calon pemimpin masa depan dan wirausahawan Indonesia yang handal demi menghadapi tantangan global.[4]

Empat pilar utama kegiatan Putera Sampoerna Foundation adalah pendidikan yang berkualitas bagi siswa Indonesia berprestasi terutama dari keluarga prasejahtera, penciptaan lapangan kerja melalui pengembangan kewirausahaan, pencerahan masyarakat umum melalui pemberdayaan perempuan, serta program penyaluran bantuan dan pertolongan rehabilitasi bencana. Mengacu pada strategi besar ‘Pathway to Leadership’, Putera Sampoerna Foundation memiliki tujuan untuk menciptakan 1.000 pemimpin per tahun yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dan perubahan di komunitasnya. Dalam menjalankan kegiatannya, Putera Sampoerna Foundation didukung oleh mitra strategis antara lain Sahabat Wanita, Siswa Bangsa dan Bait Al-Kamil, serta melakukan inisiatif mendirikan badan usaha Access untuk meningkatkan pertukaran pelajar dan kerjasama dengan universitas di luar negeri dan Mekar yang merupakan sebuah portal lengkap dan pusat pengembangan bagi kewirausahaan di Indonesia.

Sejak didirikan pada 2001, Putera Sampoerna Foundation telah menyalurkan lebih dari 34.000 beasiswa, menyelenggarakan pelatihan untuk lebih dari 14.000 guru dan kepala sekolah, mengadopsi 17 sekolah negeri dan 5 madrasah. Pada 2009, Putera Sampoerna Foundation mendirikan sekolah berstandar internasional berasrama yaitu Sampoerna Academy, sekolah tinggi untuk mencetak generasi pendidik masa depan yakni Sampoerna School of Education yang sekaligus merupakan elemen pertama dari pendirian universitas bertaraf dunia, serta disusul peluncuran Sampoerna School of Business pada tahun 2010.

Putera Sampoerna Foundation adalah organisasi non-profit pertama yang memperoleh sertifikasi ISO 9001:2008 yakni sertifikat Sistem Manajemen Mutu yang bertaraf internasional. Menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan dan akuntabilitas dalam segala aktivitasnya, Putera Sampoerna Foundation telah dipercaya oleh lebih dari 250 korporasi, organisasi maupun asosiasi untuk menjalankan program tanggung jawab sosial (CSR). Secara berkala, Putera Sampoerna Foundation mengikuti audit yang dilakukan oleh pihak auditor internasional independen dan laporannya diterbitkan di buku laporan tahunan Putera Sampoerna Foundation.

Together We Make a Difference

Dalam rangka berbagi, Putera Sampoerna pun berkenan membuka blog: puterasampoerna.com, yang diluncurkan pada tanggal 2 Mei 2011. “Pak Putera, mulai menulis blog dengan didasari keinginan yang kuat untuk berbagi pikiran dan pendapat kepada mereka yang ingin melakukan berbagai perubahan, khususnya dalam hal pendidikan, pemberdayaan perempuan, kewirausahaan, dan bantuan kemanusiaan di Indonesia,” tulis pengelola situs PSF dalam laman Inspirational Story.[5]

Dua artikel pertamanya bertema ‘Pathway to Leadership’. Dalam artikel perdananya yang berjudul “Quality Leaders”, Putera Sampoerna berpendapat bahwa pemimpin yang berkualitas adalah mereka yang memiliki empati terhadap rekan sejawatnya di seluruh nusantara, dan mereka yang secara pragmatis mampu mencapai konsensus melalui musyawarah mufakat.

Dalam artikel keduanya yang berjudul “The Word ‘Education’, Putera Sampoerna mengatakan bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam membangun dinamika perekonomian yang berdemokrasi serta kokoh. Dia juga berpendapat bahwa lembaga-lembaga pendidikan tinggi di Indonesia belum mampu menciptakan pemimpin-pemimpin yang tercerahkan secara intelektual, moral, dan beretika untuk membaktikan diri mereka kepada kepentingan masyarakat.

Melalui blognya, Pak Putera juga ingin mendengar pendapat para pembaca, baik berupa komentar mengenai tulisannya, atau sekadar bertukar pikiran mengenai isu-isu yang sedang dibahas. Dia berjanji akan senantiasa berbagi pikiran dan pendapat dengan harapan bahwa tulisan-tulisannya berguna menggugah para pembaca untuk turut menjadi agen perubahan. Penulis: Ch. Robin Simanullang | Bio TokohIndonesia.com

(Footnotes)
1 Biography Putera Sampoerna, http://www.puterasampoerna.com/biography/
2 Putera Sampoerna, http://id.wikipedia.org/wiki/Putera_Sampoerna
3 Putera Sampoerna:Kami Hanya Memilih yang Terbaik, Wawancara, Majalah Tempo, 03 September 2007
4 Tentang Putera Sampoerna Foundation, http://www.sampoernafoundation.org/id/About-PSF/tentang-psf.html
5 Blog Putera Sampoerna “Together We Make a Difference” http://www.sampoernafoundation.org/News/blog-putera-sampoerna-together-we-make-a-difference.html

Data Singkat
Putera Sampoerna, Generasi Ketiga Sampoerna – Pendiri PSF / Penjemput Masa Depan Bangsa | Ensiklopedi | Presiden, Pengusaha, komisaris, sampoerna

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini