Sosok Pekerja Keras
Haryono Suyono02 | Kuliah Nyambi Sopir Oplet

Haryono yang duduk di kursi menteri selama enam tahun adalah pria yang juga pernah duduk di bangku sopir oplet tua tahun 1960-an. Namun, nyambi sopir oplet tidak membuat prestasinya di bangku kuliah menjadi jelek. Bahkan, karena prestasinya yang menonjol, dia dipilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa dan Asisten Direktur AIS (Akademi Ilmu Statistik), tempatnya kuliah.
Di setiap jenjang sekolah, Haryono selalu berusaha menjadi murid yang pandai, karena ayahnya seorang guru, kalau tidak, dia akan malu. Haryono tak pernah menyerah di dalam mengejar cita-citanya.
Selama revolusi 1945, Haryono kecil sering terpaksa ikut mengungsi dan berpindah dari satu SR ke SR lainnya di desa pengungsian. Namun, selama masa itu, Haryono sempat naik kelas dua kali dalam satu tahun pelajaran karena dianggap menonjol. Dia menamatkan SR di Pacitan, 1951.
Setelah tamat SR, Haryono melanjutkan ke sekolah menengah pertama di Yogyakarta, yaitu di SMPN IV, tamat 1954 dan SMA IV B Negeri, tamat 1957. Selama menempuh pendidikan di SMA, Haryono sangat aktif di majalah sekolah, tiga tahun berturut-turut menjadi pimpinan redaksi majalah Gelora SMAN IV. Pengalaman itulah yang membuat Haryono piawai menulis dan menyusun laporan.
Haryono dua tahun duduk di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Di luar kuliah, dia aktif dalam organisasi nonkampus, bersama para mahasiswa UGM, antara lain, mantan Gubernur Kalimantan Selatan Drs. Gusti Hasan Aman, yang waktu itu mahasiswa Fakultas Ekonomi.
Berhenti kuliah pada tingkat dua Fakultas Kedokteran UGM lantaran sesuatu hal yang berkaitan dengan asmara anak muda. Haryono yang merasa “kacau” ikut kakaknya, Soemargo, ke Jakarta. Di ibukota, dia berhasil masuk ke Akademi Ilmu Statistik (AIS), Jakarta, dan memperoleh ikatan dinas di akademi kedinasan di bawah Biro Pusat Statistik itu.
Namun imbalan ikatan dinasnya sangat minim, sementara kakaknya seorang pegawai negeri yang bergaji pas-pasan. Beruntung kakaknya memiliki oplet. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, Haryono dan kakaknya bergantian menyupir oplet jurusan Jatinegara – Pasar Rebo – Pasar Minggu. Haryono, pagi hari kuliah, sore hari jadi sopir oplet.
Namun, nyambi sopir oplet tidak membuat prestasinya di bangku kuliah menjadi jeblok. Bahkan, karena prestasinya yang menonjol, dia dipilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa AIS. crs-sh-am (Diterbitkan juga di Majalah Tokoh Indonesia Edisi 26)