Ilmuwan yang ‘Terlibat’ Aktivis
Chusnul Mar’iyah
[DIREKTORI] Setelah meraih gelar Ph.D pada 1998 dalam bidang Ilmu Politik dari The University of Sydney, Australia, Chusnul Mar’iyah kembali ke Indonesia untuk menekuni panggilan hidupnya: mengajar. Namun, kendati dosen adalah pekerjaan resmi di KTPnya, perempuan ini yang lahir di Babad, Lamongan, Jawa Timur, lebih tepat disebut sebagai ‘ilmuwan yang terlibat’ karena mengecimpungkan diri di pelbagai kegiatan sosial.
Singkatnya, ia adalah seorang aktivis. Chusnul memulai sebagai aktivis LSM ketika ia masih mahasiswa muda jurusan Ilmu Politik, FISIP UI, antara lain di Pusat Informasi dan Dokumentasi Perempuan Kalyanamitra dan sebagai petugas pelatih dalam Operation Raleigh (1997), ekspedisi internasional untuk lingkungan di Pulau Seram, Maluku, di bawah naungan Pangeran Charles dari Inggris. Sejak tahun 1982, ia sudah aktif mengajar di alma maternya untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Politik dan Sistem Politik Indonesia.
Pada saat diangkat sebagai anggota KPU, Chusnul sudah memegang jabatan sebagai Ketua Program Studi Ilmu Politik, Pascasarjana, FISIP UI dan tetap sebagai dosen. Dalam kurun sejak Indonesia memasuki era reformasi, Chusnul ikut sibuk dalam beberapa organisasi. Antara lain sebagai pendiri dan koordinator ad interim Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi yang menyelenggarakan Kongres Perempuan Indonesia pertama sejak pergantian pemerintahan Orde Baru pada Desember 1998.
Chusnul juga ikut mendirikan Perempuan PeKa (Perempuan untuk Perdamaian dan Keadilan Gender), yang menggagasi Kongres Perempuan Aceh (Duek Pakat Inong Aceh), yakni pertemuan perempuan se Aceh paling pertama dalam 400 tahun. Kongres tersebut membahas kontribusi perempuan untuk menyelesaikan konflik Aceh secara damai. Di antara dua kegiatan besar itu, Chusnul melibatkan diri dengan Gerakan Perempuan Sadar Pemilu yang aktif memberikan pendidikan kepada pemilih perempuan di seluruh Indonesia.
Selain kegiatan yang menyangkut isu perempuan, Chusnul juga termasuk pendiri dan aktif dalam Transparency International Indonesia, yang mempromosikan akuntabilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan negara. TI Indonesia adalah national chapter, dari 120 negara yang tergabung dalam Transparency International yang sekretariatnya di jerman. Chusnul adalah anggota pendiri dan dewan direksi The Indonesian Foundation for Free Asia (Yayasan Tifa), yang memfokuskan diri pada penciptaan masyarakat masyarakat terbuka di kawasan Indonesia.
Sebagai ‘ilmuwan yang terlibat’ Chusnul menyempatkan diri memberikan pendidikan politik secara berkesinambungan lewat media massa. la adalah wajah dan suara yang tidak asing bagi jutaan pemirsa televisi dan pendengar radio. Sementara itu, surat kabar/majalah baik di dalam maupun di luar negeri acap menggunakan kutipan kutipannya untuk menjelaskan suatu permasalahan politik yang tengah bergulir. e-ti, sumber KPU