Pakar IT yang Suka Berbagi
Onno W Purbo
[DIREKTORI] Penulis, pendidik, pembicara seminar dan workshop, mantan dosen ITB, dan pakar teknologi informasi. Itulah sejumlah label yang disematkan bila mengingat sosoknya. RT/RW-Net, Linux, open source, VoIP, network security, dan internet. Itulah sebagian dari ilmu yang dibagikannya kepada siapa saja yang ingin belajar.
Onno W Purbo, pakar teknologi informasi di Indonesia yang lebih suka disebut sebagai penulis TI alias freelance IT Writer. Dalam laman facebooknya pun, pria jenius ini lebih suka menggambarkan dirinya sebagai ‘An ordinary Indonesian’ yang artinya Rakyat Indonesia Biasa Saja. Meski sudah terkenal dan menyandang sejumlah gelar bergengsi dari luar negeri, Onno tetap berusaha rendah hati.
Dalam berbagai kesempatan, kalau memang relevan, ia selalu mengungkapkan prinsipnya bahwa nilai seseorang tidak akan ditentukan oleh banyaknya harta, banyaknya kekayaan, tingginya pangkat dan jabatan, tingginya gelar, banyaknya ilmu. Nilai seseorang akan lebih ditentukan oleh berapa besar / banyak umat manusia yang memperoleh manfaat dari orang tersebut. Salah satu karya Onno yang memberi manfaat bagi banyak orang adalah konsepnya tentang RT/RW-Net yang menyediakan koneksi internet murah yang diperuntukkan bagi satu kawasan tertentu seperti satu RT atau satu RW atau satu kampung.
Onno yang lahir di Bandung, Jawa Barat, 17 Agustus 1962 tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mencintai ilmu. Ia sulung dari tiga adik: Heru Wibowo Poerbo, Lita Widayanto Poerbo, dan Benyamin Wirawan Poerbo. Empat bersaudara ini menamatkan program kesarjanaannya di ITB. Ayahnya, Hasan Poerbo, alumnus ITB yang terakhir menjabat sebagai direktur Pusat Penelitan Lingkungan Hidup. Ayahnya disebut-sebut orang pertama dari Indonesia yang berhasil menembus program beasiswa Universitas Liverpool, Inggris, salah satu institusi pendidikan tinggi terbaik dunia. Ia meraih master dalam studi desain perencanaan kota, melengkapi kesarjanaannya dalam disiplin arsitektur.
Sebenarnya nama belakang yang disandang oleh Onno adalah Poerbo. Namun, dengan alasan tertentu, Onno lebih suka memakai nama Purbo. “Semua anak ibu memakai ejaan seperti bapaknya. Hanya dia sendiri tuh yang ndak mau,” ungkap Tini, sang ibu, menerangkan ‘keganjilan’ ujung nama si sulung.
Kecintaan Onno terhadap teknologi sudah tampak sejak masa remaja. Ketika masih duduk di bangku SMA pada tahun 2000, ia telah meraih Kadin Telematika Award for Indonesian Internet Figure atas artikel pertamanya di majalah pramuka mengenai cara membuat pesawat terbang model.
Selepas SMA, tahun 1981 ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) yang diselesaikannya pada tahun 1987. Dengan judul skripsi “Perancangan dan implementasi rangkaian RS232C 8 kanal & program untuk praktikum” di bawah bimbingan Prof. DR. Samaun Samadikun dan DR. Adang Suwandi, ia lulus dengan predikat sebagai lulusan terbaik.
Lulus dari ITB, ia kemudian mengambil strata 2 ke McMaster University, Kanada. Dari universitas itu, pada tahun 1989 ia mendapatan gelar M.Eng dalam bidang laser semikonduktor dan fiber optik. Tidak puas sampai di situ, Onno juga terus melakukan pengejaran ilmu pengetahuan, khususnya bidang teknologi dengan mendaftar meraih strata 3 atau doktor di pasca sarjana Waterloo University, Kanada. Pada tahun 1993, ia meraih gelar PhD dalam bidang Silicon Device dan Integrated Circuit dari universitas tersebut.
Kecintaan Onno terhadap teknologi sudah tampak sejak masa remaja. Ketika masih duduk di bangku SMA pada tahun 2000, ia telah meraih Kadin Telematika Award for Indonesian Internet Figure atas artikel pertamanya di majalah pramuka mengenai cara membuat pesawat terbang model.
TAHUN 1999 menjadi periode penting dalam hidup Onno W. Purbo. Ia menikahi Nurlina, seorang perempuan gesit, staf salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mengorganisasikan dana internasional untuk sejumlah LSM di Indonesia. Ini pernikahan kedua bagi Onno, setelah dua tahun menduda. Sebelumnya, Onno menikah dengan Nita Trejuningdyah pada 1988.
Pakar yang mengaku mempelajari teknologi informasi secara otodidak dengan banyak bertanya ini sempat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) sebagai dosen jurusan teknik elektro di almamaternya, ITB sejak tahun tahun 1989. Lantaran tak pernah mengurusi kenaikan pangkat, dalam sebelas tahun perjalanan karirnya, Onno hanya mampu menempati jenjang kepangkatan III-B atau hanya beda satu tingkat dari lulusan strata 1 (S-1) yang begitu menjadi PNS langsung III-A. Jabatan terakhir yang diemban Onno adalah kepala Perpustakaan Pusat ITB.
Dengan alasan satu dan lain hal, Onno kemudian ‘diberhentikan’ sebagai PNS sejak Februari 2000. Menurut sejumlah orang yang mengenalnya, Onno kurang cocok menjadi PNS karena kurang ‘lincah’ dalam hal birokrasi. Onno sendiri menerjemahkan pemberhentian tersebut sebagai suatu permulaan untuk menyebarkan ilmunya ke masyarakat tanpa sekat-sekat birokrasi dan akreditasi. “Selama mengajar di ITB dan memberikan seminar di luar,” ungkap Purbo, “lama-lama melihat ada gap dari sisi keilmuan antara ITB dengan masyarakat umum.”
Komitmennya dalam mendidik masyarakat agar melek teknologi informasi (internet) kemudian ia salurkan dengan menjadi penulis dan berbicara dalam berbagai seminar dan workshop. Tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media cetak dan online.
Di dalam membagi ilmunya melalui tulisan, Onno terkenal sebagai seorang ilmuwan yang tidak pelit. “Mohon maaf, saya tidak percaya copyright! Saya lebih percaya copyleft. Lha, yang punya ilmu; yang membuat manusia aja tidak pernah meng-copyright-kan ilmunya! Saya sih copy left atau copy wrong saja,” ujarnya.
Onno juga dengan senang hati membuka diri membantu mereka yang ingin belajar soal teknologi informasi. Buktinya, ia aktif pada lebih dari 200 mailing list di Internet. Moderator lebih dari 11 mailing list, termasuk di jasakom-perjuangan@yahoogroups.com, indowli@yahoogroups.com, indowli@groups.or.id, yogyafree@yahoogroups.com. Ia menerima rata-rata 1.000 e-mail setiap hari. Ia juga mengasuh forum komunitas Indonesia Open Source yang beralamat di opensource.telkomspeedy.com/forum/index.php. Keterbukaan Onno yang bebas birokrasi juga tercermin dari pencantuman alamat email dan nomor ponselnya di milis onnopurbo@yahoogroups.com.
Ia juga tidak terlalu mempertimbangkan materi dari setiap tulisannya. Misalnya, ia mengizinkan pihak-pihak lain memajang tulisannya di situs mereka agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas, sepanjang pemilik situs menyebutnya sebagai penulis. Sejumlah makalahnya, yang rata-rata membahas e-commerce juga dapat dikopi dari situs Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) – www.dikti.org.
Sepanjang karirnya sebagai penulis, lebih dari 40 judul buku dengan topik seputar teknologi Internet, Open Source, Linux, Keamanan Jaringan, Wireless Internet, Internet Telepon (VoIP) telah dihasilkannya. Beberapa di antaranya dalam bahasa Inggris dan dapat diunduh di internet. Beberapa di antara buku tersebut yakni: “Ayo Memblok Situs Negatif”, “Membangun Pemancar FM Broadcast Komunitas”, “Panduan Mudah Merakit + Menginstal Server Linux”, “Akses Internet Menggunakan 3G”, “Panduan Praktis RT/RW-net”, “Buku Pegangan VoIP Rakyat Cikal Bakal Telkom Rakyat”, “Buku Pegangan Internet Wireless dan Hotspot”, “Teknologi Warung Internet”, dan lain sebagainya.
Sementara beberapa buku lainnya ia tulis bersama penulis lain, di antaranya Aang Arif Wahyudi, alumni Teknik Elektro ITB angkatan 1996 (Mengenal E-commerce dan Membuat Homepage Gaul, diterbitkan oleh Elex Media Komputindo). Kemudian bersama Ridwan Sanjaya, dalam buku “Membangun Web dengan JSP” yang diterbitkan Elexmedia Komputindo, tahun 2002.
Beberapa pemikirannya juga sudah dipublikasikan di kancah internasional, antara lain: tulisannya yang berjudul “The Foundation of Cultural Change in Indonesia”, Information Technologies & International Development (ITID) dipublikasikan di majalah Journal, Vol 6, Special Edition 2010. Kemudian, pemikirannya yang bertopik “Indonesian Information Infrastructure & The Strategy to Implement Electronics Data Interchange (EDI),” disampaikan dalam International Seminar on Electronic Data Interchange: Implementation in Transport Sector, di Yogyakarta tanggal 11-12 Juni 1997.
Onno sendiri mengaku mulai menulis buku atas tawaran penerbit. Sementara bekalnya untuk menulis, menurutnya adalah banyak membaca dan mendengar serta kemampuan menganalisis dan sering melakukan sintesa. Sementara pengetahuan bahasanya diakuinya memang kurang baik.
Sebagaimana umumnya penulis, Onno juga kerap dimintai menjadi pembicara. Kini rata-rata ia mendapat panggilan berbicara di seminar seminggu dua kali. Peran istrinya, diakuinya sangat besar dalam perjalanan karir Onno. Sebagai manajer, dialah yang menangani jadwal kegiatan dan urusan-urusan yang berkaitan dengan itu, misalnya menerima telepon dari pihak yang mengundang seminar. Kerja sama ini membuat Onno lebih santai.
Sebagai sumber penghasilan untuk menghidupi keluarganya, Onno mengaku tidak semata-mata hanya mengandalkan pada hasil menulis dan menjadi pembicara. Diakuinya, pemasukan yang paling besar diterimanya selama ini justru datang dari workshop. Sesudah itu baru ceramah dan menulis. Walaupun demikian, prospek profesi penulis menurutnya cukup menjanjikan sebagai jalan hidup. Salah satu nikmatnya menjadi penulis menurutnya adalah, bahwa semua itu dapat dilakukan di rumah saja, tanpa perlu ke kantor, tanpa perlu pergi ke tempat kerja.
Selain menulis dan menjadi pembicara, Onno juga sering diundang melakukan workshop ke beberapa negara seperti: Workshop Internet Wireless dan VoIP di Afrika Selatan, Amerika Serikat, Bangladesh, Bhutan, Cambodia, Denmark, Laos, India, Malaysia, Nepal, Thailand, dan Timor Leste.
Di kancah internasional, Onno juga tercatat sebagai anggota advisory board pada beberapa organisasi nasional dan internasional seperti Masyarakat Telematika (MASTEL) 2006, dan UNDP Asia-Pacific Development Information Programme (APDIP), 2006.
Atas berbagai prestasi yang telah dicetak Onno selama ini, belasan penghargaan telah diterima ayah empat putra ini, antara lain: Anugerah “Tasrif Award” dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) pada tahun 2010; Anugerah “Competency Award 2009” dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), pada tahun 2009; Gelar “Pahlawan Generasi Masa Kini” dari Modernisator, 2008; Menerima “IGOS Summit 2 Award”, pada tahun 2008 dari Menkominfo atas semangat dan perjuangan menyebarluaskan pemanfaatan Open Source di Indonesia; dan Ashoka Senior Fellow, dari Ashoka Amerika Serikat, 2005. e-ti | mlp