Penyanyi Bersuara Jernih
Utha Likumahuwa
[DIREKTORI] Penyanyi yang terkenal dengan tembang hits Puncak Asmara ini termasuk salah satu musisi Indonesia yang cukup disegani. Setelah lama malang-melintang di dunia hiburan, menjelang akhir hidupnya, pria berdarah Ambon ini lebih banyak aktif dalam kegiatan rohani.
Era tahun 80 hingga 90-an, industri musik Indonesia tengah diramaikan dengan lagu-lagu pop manis. Di masa itulah, sosok Utha Likumahuwa mulai dikenal luas sebagai salah satu penyanyi berbakat di samping nama-nama besar lainnya seperti Harvey Malaiholo, Vina Panduwinata, Trie Utami dan masih banyak lagi. Di masa jayanya, Utha tergolong sebagai penyanyi yang cukup produktif dan rajin mengeluarkan album.
Utha Likumahuwa berkiprah sejak awal tahun 80-an dengan merilis sejumlah album bergenre pop. Diawali pada tahun 1982, Utha meluncurkan album perdananya yang diberi judul Nada dan Apresiasi. Masih di tahun 1982, ia kembali meramaikan blantika musik Indonesia dengan lantunan merdu suaranya yang terekam dalam album bertitel Dengarlah Suara Kami. Setahun kemudian, ia kembali hadir menyapa para penggemarnya lewat album Bersatu Dalam Damai.
Pada 1985, ia merilis album bertajuk Aku Pasti Datang, yang kemudian disusul dengan album Aku Tetap Cinta pada tahun berikutnya. Tahun 1987, penyanyi bernama lengkap Doa Putra Ebal Johan Likumahuwa ini kembali hadir dengan album terbarunya yang diberi judul Dansa Suka-Suka. Meski sudah merilis beberapa album, nama Utha Likumahuwa di dunia olah vokal baru benar-benar meroket di tahun 1988 saat merilis album Puncak Asmara. Lagu dengan judul sama yang menjadi tembang andalan dalam album tersebut bahkan masih dikenang dan kerap dibawakan para juniornya hingga saat ini.
Setelah kesuksesan album tersebut, sebagaimana kebanyakan rekan-rekannya, Utha, pria kelahiran Ambon, 1 Agustus 1955 ini kerap wara-wiri mengikuti berbagai festival tarik suara. Bahkan tak jarang ia berhasil mencapai prestasi bergengsi. Tahun 1989, adik kandung musisi jazz Benny Likumahuwa ini berhasil menyabet Penampilan Terbaik Kedua pada ASEAN Pop Song Festival 1989 di Manila. Ketika itu Utha membawakan lagu Sesaat Kau Hadir karya cipta Budi Bachtiar dan Aldino. Lagu tersebut bahkan terpilih menjadi lagu terbaik pertama di festival tersebut. Belakangan, penyanyi asal Filipina bernama Ronnie Liang membawakan kembali lagu tersebut dengan judul Gusto Kita.
Di tahun yang sama, Utha keluar sebagai runner-up Asia Pacific Singing Contest di Hongkong. Setahun kemudian, suami dari Deby Farida ini menempati posisi kedua dalam Asia Pacific Broadcasting Union/ABU Golden Kite World Song Festival di Kuala Lumpur, Malaysia. Saat itu, ia berduet dengan Trie Utami membawakan lagu Mungkinkah Terjadi karya cipta Jorgy Thito. Dalam ajang Asian Song Festival ke-6 yang digelar di Filipina, Utha berhasil keluar sebagai jawara bersama musisi Elfa Secioria.
Tahun 1990, setelah dua tahun tak menelurkan album rekaman, Utha merilis karya terbarunya yang diberi judul Untuk Apa Lagi. Kemudian, pada 1991, ia merilis sebuah album berjudul Masih Ada Waktu. Selang setahun, ayah dua anak itu meluncurkan album solonya yang kesepuluh dengan judul Classic. Di tahun 1996, Utha merilis Tak Sanggup Lagi yang merupakan album solo terakhirnya.
Setelah itu, entah merasa terpinggirkan dengan kehadiran para musisi muda yang mulai banyak bermunculan atau alasan lain, Utha perlahan mulai mengurangi aktivitasnya di dunia musik. Paman dari drummer muda, Barry Likumahuwa ini memilih untuk lebih banyak bergiat dalam kegiatan rohani.
Meski sudah merilis beberapa album, nama Utha Likumahuwa di dunia olah vokal baru benar-benar meroket di tahun 1988 saat merilis album Puncak Asmara. Lagu dengan judul sama yang menjadi tembang andalan dalam album tersebut bahkan masih dikenang dan kerap dibawakan para juniornya hingga saat ini.
Penyanyi religius ini juga memiliki kepedulian terhadap sesama yang cukup tinggi. Pada 21 Juni 2006, musibah gempa yang terjadi di Yogyakarta dan Jawa Tengah mendorong Utha dan sejumlah musisi lainnya mengadakan konser di Kediri, Jawa Timur, untuk menggalang dana guna meringankan beban para korban.
Lama tak terdengar kabarnya, pada bulan Juni 2011, Utha mendadak muncul di berbagai media yang memberitakan musibah yang menimpanya saat berkunjung ke rumah saudaranya di Pekanbaru. Ia mendadak terkena serangan stroke dan berdasarkan diagnosa dokter, otaknya mengalami penyumbatan pembuluh darah. Setelah serangan tersebut, tubuh bagian kanan Utha tidak berfungsi alias lumpuh. Belakangan, setelah menjalani pemeriksaan, Utha juga diketahui mengidap diabetes dan gangguan jantung. Menurut putra bungsunya, Abraham Likumahuwa, sebelum ayahnya diserang stroke, penyakit diabetes memang sudah lama bersarang di tubuhnya. Meski sakit, sang ayah tidak pernah mengeluh dan selalu berkeinginan keras tidak mau menyusahkan orang lain.
Utha kemudian mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan, mulai dari musisi, wartawan, hingga pengusaha. Bahkan pada 25 Agustus 2011, Utha dibesuk politisi dari Partai Demokrat yakni Anas Urbaningrum, Ramadhan Pohan, Tere yang menyempatkan diri untuk memberikan dorongan moril pada penyanyi bersuara jernih ini. Anas, Ketua Umum Partai Demokrat periode 2010-2015 yang mengaku fans berat Utha Likumahuwa bahkan mengajak idolanya yang tengah terbaring lemah untuk berduet membawakan lagu Puncak Asmara.
Sebelumnya pada 24 Agustus 2011, sejumlah musisi menggelar malam penggalangan dana untuk pengobatan Utha. Bertempat di Cafe Bloeming, FX Plaza, Jakarta Selatan, para musisi seangkatan Utha yaitu, Oddie Agam, Adjie Soetama, Mus Mujiono, Memes dan Rida ‘RSD’ ikut terlibat dalam acara tersebut. Mereka tampil membawakan beberapa tembang lawas, seperti Logika, Puncak Asmara, dan Terlanjur Sayang.
Tak ketinggalan, penyanyi Tompi dan Glenn Fredly juga turut menyumbangkan suaranya malam itu. Pada layar yang sudah tersedia, diputar video Utha Likumahuwa ketika bernyanyi dalam konser Twillite Orchestra yang digelar di Opera House, Sydney Australia. Pada konser yang digelar tahun 2009 itu, Utha menyanyikan lagu Indonesia Pusaka dengan iringan Twilite Orchestra pimpinan Addie MS. Uang belasan juta rupiah berhasil terkumpul dalam acara penggalangan dana tersebut.
Sayangnya, meski mendapat perhatian banyak pihak, perjuangan kakek empat cucu ini akhirnya harus berakhir pada Selasa, 13 September 2011 di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Lima hari sebelum menghembuskan nafas terakhir, tepatnya pada 8 September, Utha sempat menjalani operasi otak. Kondisinya bahkan sempat membaik, namun sayang, Tuhan berkehendak lain. Pelantun hits Tersiksa Lagi ini akhirnya meninggal sekitar pukul 13.10 dalam usia 56 tahun.
Keesokan harinya, setelah ibadah pelepasan di rumah duka di bilangan Villa Mutiara, jenazah ayah dari Inne dan Abraham ini dikebumikan di TPU Cipaku, Bogor, Jawa Barat. Kepada sang istri, sebelum meninggal dunia, di tengah sakitnya, Utha sempat melontarkan keinginannya untuk mengadakan konser tunggal dan kembali merilis album.
Sejumlah musisi pun berbondong-bondong demi memberikan penghormatan untuk terakhir kalinya pada Utha. Dari sejumlah orang yang datang melayat ke rumah duka, tampak musisi jazz Indra Lesmana. Adik kandung sutradara Mira Lesmana ini mengenang lagu-lagu milik Utha sebagai karya abadi yang masih sering diperdengarkan hingga saat ini. Selain itu, Indra yang mengenang sosok Utha, pribadi yang baik hati, dan tak banyak bicara itu, sebagai penyanyi berkualitas dan memiliki ciri khas.
Kebaikan hati Utha semasa hidup, mendorong para sahabat dan musisi untuk menggelar acara penggalangan dana guna membantu keluarga Utha yang digelar pada 30 September 2011. Acara bertajuk A Tribute to Likumahuwa itu dihadiri para musisi lawas, seperti penyanyi Vonny Sumlang yang pernah berduet dengan Utha dalam lagu Ingin Jumpa. Vonny mengaku sangat kehilangan sosok sahabatnya tersebut. Di matanya, Utha adalah sosok penyanyi yang profesional, disiplin, dan mudah bergaul. muli, red