
[SELEBRITI] Pedangdut senior yang sukses mempopulerkan lagu Lebih Baik Sakit Gigi, Jatuh Bangun, dan Senyum Membawa Luka ini semasa hidupnya produktif menyanyi dan mencipta lagu serta tampil sebagai pemeran dalam sinetron dan film layar lebar.
Meggy Zakaria yang populer dikenal dengan nama Meggy Z adalah seorang seniman musik dangdut yang lahir di Jakarta pada 24 Agustus 1945. Karirnya di blantika musik dangdut dimulai sejak tahun 1968. Sayangnya hingga dekade tahun 1980-an, namanya masih kurang dikenal. Padahal selain menyanyi dan bermain musik, ia juga cukup piawai mencipta lagu. Lagu berjudul Permohonan yang diciptakan di tahun 1969, adalah lagu pertamanya yang berhasil masuk dapur rekaman. Tak urung lagu yang didendangkan penyanyi Muchsin Alatas itu menimbulkan kebanggaan luar biasa dalam dirinya. “Rasanya bangga banget,” kata Meggy mengenang.
Pada 1973, ia mendapat tawaran dari pimpinan Orkes Melayu Chandra Lela, Husen Bawafie, untuk menyanyikan lagu Seraut Wajah ciptaan M. Fariz. Tapi lagu tersebut kurang mendapat sambutan hangat dari masyarakat.
Walau kembali menelan kegagalan, nampaknya kata putus asa tak ada dalam kamus hidup seorang Meggy Z. Sambil terus berdendang, ia bahkan cukup percaya diri untuk mengembangkan kemampuannya sebagai pencipta lagu sejak tahun 1981. Kebetulan pada 1987, Puspita Record punya gagasan menelurkan album Sepuluh Pencipta Penyanyi. Lagu Sakit Hati yang dinyanyikannya sendiri tercantum di urutan akhir side B. Dengan kata lain, lagu tersebut menjadi juru kunci. Tak disangka, lagu tersebut justru amat digemari. Setelah itu dua lagu ciptaannya yang lain juga melejit berjudul Jeritan Kasih (dinyanyikan Yusnia) dan Hitam bukan Putih (didendangkan Mega Mustika).
Singkat cerita, ia akhirnya berhasil teken kontrak dengan Gajah Mada Record dimana sebelumnya ia pernah bekerja sama dengan Yukawi Record. Namanya baru meroket setelah menyanyikan lagu Lebih Baik Sakit Gigi ciptaan Obbie Messakh. Sekitar 300 ribu keping kasetnya berhasil terjual di pasaran. Sebuah pencapaian yang cukup fantastis di masa itu untuk ukuran sebuah album dangdut. Berkat lagu itu pula, kesejahteraannya perlahan mulai terangkat, setidaknya sedan Mazda terbaru yang berhasil dibelinya menjadi salah satu bukti.
Tarif manggungnya pun melonjak naik, Rp 3 juta untuk manggung di luar Jawa dan Rp 2 juta di Pulau Jawa. Meggy juga mematok harga Rp 2 juta untuk sebuah judul lagu ciptaannya. Honor menyanyi lagu di Gajah Mada Record Rp 750 ribu per judul. “Kalau meledak, ditambah bonus,” katanya.
Sejak itu ia terus menelurkan karya-karya emasnya dan tahun 90-an menjadi puncak masa kejayaannya. Di masa itu saat musik dangdut masih berkibar merajai pentas musik Tanah Air, Meggy banyak mencetak sejumlah lagu-lagu hits seperti Anggur Merah, Kabut November, Mandul, Gubuk Bambu, Jatuh Bangun, Mata Air Cinta, Benang Biru, serta Senyum Membawa Luka yang ada di album ‘Berakhir Pula’. Jika ‘Lebih Baik Sakit Gigi’ berhasil memberinya sedan Mazda, Gubuk Bambu memberinya Kijang Rover. Berkah lain yang diterima Meggy atas buah kerja kerasnya adalah tiket gratis menunaikan ibadah haji ke tanah suci yang diperolehnya atas penjualan album Semut Merah yang berhasil terjual hingga 300 ribu kopi.
Dengan sederet lagu-lagu hits tadi, tak heran jika namanya beberapa kali masuk dalam nominasi ajang penghargaan bagi insan dangdut Tanah Air yang dihelat salah satu stasiun televisi swasta, Anugerah Dangdut TPI. Dalam ajang Anugerah Dangdut TPI yang diselenggarakan pertama kalinya pada tahun 1997, Meggy Z dinobatkan sebagai Penyanyi Rekaman Dangdut Terbaik, bersanding dengan Iis Dahlia.
Setelah sukses dikenal sebagai penyanyi dangdut papan atas, Meggy tertarik untuk menekuni bidang baru. Ia kemudian menjatuhkan pilihannya pada dunia seni peran yang pada akhirnya ia senangi. Debut aktingnya dimulai saat membintangi sinetron Bulan Berkaca yang tayang di TPI.
Setahun berselang, salah satu lagu yang dipopulerkannya, yakni Benang Biru, berhasil terpilih menjadi Lagu Dangdut Terbaik di ajang Anugerah Dangdut TPI 1998. Selain menjadi lagu favorit para juri, lagu ciptaan Fazal Dath itu juga banyak diminati para penggemar dangdut Tanah Air. Lagu itu pula yang berhasil mengantarkannya sebagai penerima gelar penyanyi favorit pilihan pemirsa.
Masih di ajang yang sama, kali ini di tahun 2002, meski saat itu penyanyi-penyanyi dangdut pria muda mulai banyak bermunculan, namun namanya sebagai pedangdut senior masih diperhitungkan. Salah satunya dibuktikan dengan keberhasilannya terpilih sebagai Penyanyi Pria Favorit lewat lagunya, Permisi.
Salah satu lagu yang pernah dipopulerkan Meggy, Jatuh Bangun, bahkan pernah dibawakan ulang oleh pedangdut wanita, Kristina. Lagu itu pula yang amat berjasa melejitkan nama Kristina, wanita berperawakan mungil yang sempat dijuluki sebagai diva musik dangdut itu. Pesona lagu yang menceritakan pengorbanan cinta itu bahkan menggoda musisi lain di luar dangdut. Misalnya, grup band Tiket yang sekitar tahun 2010 lalu mengaransemen ulang lagu tersebut dengan sentuhan musik cadas ala rocker.
Setelah sukses dikenal sebagai penyanyi dangdut papan atas, Meggy tertarik untuk menekuni bidang baru. Ia kemudian menjatuhkan pilihannya pada dunia seni peran yang pada akhirnya ia senangi. Debut aktingnya dimulai saat membintangi sinetron Bulan Berkaca yang tayang di TPI. Kemampuan aktingnya mulai dilirik banyak produser sinetron yang menawarkannya berakting di berbagai judul. Buktinya, baru saja muncul di sinetron, ia langsung didapuk menjadi pemeran utama dalam sinetron komedi horor berjudul Jadi Pocong bersama Eddies Adelia dan Mandra yang tayang di stasiun televisi Indosiar.
Dari sinilah wajahnya mulai sering menghiasi layar kaca. Sinetron lain yang pernah dibintanginya adalah Duk Duk Mong. Dalam sinetron bersetting masyarakat Betawi itu, ia beradu akting dengan Peggy Melati Sukma, Hanna Hasyim, Yus Yunus, dan Jaja Mihardja. Tahun 2008, Meggy melebarkan sayapnya di dunia akting dengan bermain dalam film layar lebar berjudul Asoy Geboy.
Keputusannya untuk terjun ke dunia akting bukan semata-mata tergoda dengan limpahan honornya. Namun lebih dari itu, Meggy mengaku dalam berakting yang terpenting baginya adalah tantangan baru. Ia tak sekadar berbasa-basi sebab menurutnya, honor sinetron yang diterimanya saat itu masih jauh ketimbang honornya manggung. Meggy pun mencoba memberikan perbandingan. Ia mengaku honor sekali menyanyi setara dengan 10 episode main sinetron. “Cost nyanyi sekali, mungkin sama dengan 10 episode sinetron,” begitu kata Meggy seperti dikutip dari situs kompas.com.
Tantangan baru itu akhirnya dinikmatinya dan memberinya kepuasan batin. Meski disibukkan dengan kegiatannya sebagai pemain sinetron, Meggy tak lantas meninggalkan dunia dangdut yang membesarkan namanya. “(Jadwal) shooting pokoknya harus ngikutin jadwal saya nyanyi,” katanya.
Kecintaan dan loyalitasnya pada musik dangdut bagi Meggy adalah harga mati. Di jagad musik dangdut, ia disegani dan dijadikan panutan rekan-rekan seprofesinya terlebih para junior. Kristina bahkan kerap memanggilnya dengan sapaan Ayah Meggy.
Sayang, dedikasi Meggy pada dunia seni baik musik maupun akting harus terhenti di usianya yang ke-64 tahun. Suami dari Zainabun, serta ayah dua anak dan kakek tiga orang cucu ini tutup usia pada 21 Oktober 2009 sekitar pukul 23.30 WIB di RS Margonda, Depok, akibat serangan jantung. Jenazah seniman musik dangdut ini disemayamkan di kediamannya di Cipayung sebelum akhirnya dikebumikan di TPU Cilangkap. e-ti | muli, red