Seniman Pemerhati Pendidikan

Dik Doank
 
0
467
Dik Doank
Dik Doank | Tokoh.ID

[SELEBRITI] Ia mengawali karir keartisannya sebagai penyanyi lalu beralih menjadi presenter olahraga dan pengisi acara talk show. Belakangan ia sudah jarang tampil di layar kaca dan lebih fokus mengembangkan sekolah bertema alam bernama Kandank Jurank Doank. Sekolah ini berawal dari keprihatinan dia terhadap nasib pendidikan anak-anak yang kurang mampu.

Sebelum terkenal seperti saat ini, pria bernama Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denda Kusuma ini berprofesi sebagai desainer grafis. Dik Doank, begitu ia populer dipanggil, menimba tentang ilmu desain grafis pada Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Di tahun 90-an, ia banyak mendesain cover kaset penyanyi-penyanyi ternama masa itu, antara lain Nike Ardilla, Koes Ploes, AB Three, Atiek CB, Chrisye, Broery Pesulima, dan Ebiet G. Ade.

Setelah sekian lama berkecimpung di bidang pembuatan cover album, baru pada tahun 1997, Dik Doank mulai mendapat kesempatan untuk menyalurkan bakat bermusiknya dengan membuat album rekaman. Single ‘Pulang’ dari album pertama dengan judul yang sama langsung melejitkan nama Dik Doank. Ia kemudian meluncurkan album ‘Jangan Takut’ dengan single hits ‘Pak Posku’ dan ‘Digoda Waria’. Tahun 2004, setelah absen kurang lebih 5 tahun, Dik Doank mengeluarkan album ketiganya bertajuk ‘180 Derajat’. Lirik lagu di album ‘180 Derajat’ ini masih tetap bertema sosial dengan kalimat-kalimat yang sedikit nakal yang memang menjadi ciri khas Dik Doank.

Sepanjang karir bermusiknya, pria yang lahir 21 September 1968 ini memang baru menelurkan 3 album. Hal itu disebabkan kesibukannya di bidang lain yakni menjadi pembawa acara olahraga. Penampilannya yang paling diingat masyarakat adalah saat ia tampil sebagai presenter FIFA World Cup Korea-Jepang di tahun 2002 bersama Ucok Baba. Gayanya yang luwes, cuek, dan kocak sangat menghibur pemirsa televisi.

Sukses menjadi pemandu acara membuat popularitas Dik Doank semakin meroket, tawaran iklan pun mulai berdatangan. Ia kemudian dikontrak menjadi bintang iklan berbagai produk, mulai dari minuman kesehatan, operator selular, hingga obat batuk. Bahkan berkat menjadi bintang iklan, Dik Doank berkesempatan untuk bertemu dengan superstar lapangan hijau asal Italia, Alessandro del Piero. Berkah lain yang ia dapat dari iklan yang dibintanginya adalah pergi haji ke tanah suci. Oleh sebab itu, Dik Doank merasa sangat bersyukur karena selain mendapatkan rezeki berupa materi, ia juga mendapatkan pengalaman rohani saat menunaikan ibadah haji.

Tahun 2007 Dik Doank kembali didaulat untuk memandu sebuah acara, kali ini bukan lagi acara bertema olahraga tapi sebuah talk show bertajuk ‘Selamat Pagi’. Dalam program yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta tersebut Dik Doank ditandemkan dengan aktris Desy Ratnasari.

Meski disibukkan dengan beragam kegiatan di dunia hiburan, Dik Doank tetap memperdulikan lingkungan sekitarnya, terutama pendidikan anak-anak. Ia juga merasa prihatin karena sedikit sekali orang yang benar-benar memperhatikan pendidikan yang baik untuk anak. Semakin minimnya lahan bermain terutama di daerah perkotaan membuat anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang individualis. Mereka lebih senang menghabiskan waktu berjam-jam bermain video game. Belum lagi gempuran media yang menyuguhkan tontonan yang nyaris tidak menyisakan tempat untuk tayangan khusus anak-anak. Sehingga tak heran bila anak-anak zaman sekarang sudah hapal di luar kepala lagu-lagu cinta dari band kesayangan mereka.

Ia juga menyayangkan kebijakan pemerintah di dunia pendidikan. Salah satunya adalah Ujian Nasional (UN). Dik menilai UN hanyalah sebuah program pendidikan yang justru memperburuk mental para pelajar. Selain sarat dengan kecurangan, aksi corat mencoret dan konvoi di jalanan ketika kelulusan menjadi bukti nyata bahwa UN tidak mendidik bagi siswa. Dik Doank juga menghimbau, agar penguasa tidak memukul rata semua pendidikan di negeri ini. Pasalnya, di Indonesia, masih banyak sekolah yang berada di pegunungan ataupun di pesisir pantai. Ironisnya, selama ini, pemerintah hanya berkiblat pada pendidikan di kota-kota besar saja.

Di samping itu, anak-anak kurang mampu juga belum sepenuhnya mendapatkan hak-hak mereka untuk mendapat pendidikan yang layak. Untuk mendapat pendidikan berkualitas para orangtua harus mengeluarkan dana yang tak sedikit. Keprihatinan melihat sistem pendidikan di negeri ini mengusik hatinya untuk berbuat sesuatu.

Maka sejak tahun 1993, ia merintis sebuah sekolah bertema alam di tempat tinggalnya yang berada di kawasan Jurangmangu, Ciputat, Tangerang. Sekolah tersebut dikhususkan untuk anak-anak kurang mampu bernama Sekolah Kandank Jurank Doank.

Advertisement

Dik Doank mendirikan sekolah tersebut tanpa bantuan dari siapa pun. Ketika dibuka pertama kali, muridnya hanya berjumlah sembilan orang. Namun dengan kesabaran dan kerja kerasnya serta dukungan dari masyarakat setempat, komunitas, lembaga dan instansi yang peduli terhadap pendidikan, Dik Doank berhasil mengembangkan Kandank Jurank Doank. Hingga kini tercatat sekitar 2000-an anak menimba ilmu di sekolah alam tersebut. Dengan fasilitas berupa lapangan, perpustakaan, panggung seni, musholla, studio, arena bermain, dan sarana penunjang lainnya.

Menurut Dik Doank, siapa pun boleh bergabung di sekolahnya dengan satu syarat tidak membuang sampah sembarangan. Pesan yang sederhana namun memiliki makna yang dalam, selain mendidik anak untuk mencintai lingkungan dengan menjaga kebersihan, ia juga meletakkan salah satu ajaran agama Islam yang mencintai kebersihan.

Di sekolah dengan nama unik itu, ia banyak mengajarkan bagaimana cara menggambar. Selain menularkan hobinya, ia juga percaya menggambar memiliki makna filosofis yang mendalam. “Menggambar apa saja, sepeda, anatomi manusia, kuda, rumah adat, hingga setan dalam bayangan seorang anak. Menggambar adalah dasar untuk bisa mencipta. Ingat Wright Bersaudara (Orville dan Wilbur Wright)? Dari menggambar, mereka bisa membuat pesawat terbang,” kata suami Myrna Yuanita itu.

Selain menggambar, Dik Doank juga mengajarkan anak-anak didiknya untuk berkreasi membuat kerajinan tangan. Sesekali, agar tidak merasa jenuh, ia membawa anak-anak itu berkunjung ke tempat-tempat yang bisa menambah pengetahuan.

Kemudian pada tahun 2004, ia berinisiatif mendirikan Yayasan Dik Doank, yang menaungi sekolah yang memperkenalkan pendidikan dan mengembangkan bakat anak-anak. Melalui sekolah ini, Dik Doank juga mencoba memberi bekal bermain sepak bola kepada anak-anak. Dik Doank bertekad untuk tetap gigih memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Mereka adalah generasi penerus bangsa yang berhak mendapatkan pendidikan. Alangkah ironisnya bila mereka tak bisa bersekolah hanya karena masalah biaya.

Beberapa tahun belakangan, Dik Doank yang pernah terpilih sebagai salah satu pembawa obor Olimpiade Beijing 2008 ini memang sudah jarang tampil di layar kaca dan lebih berkonsentrasi untuk mengembangkan sekolah yang dirintisnya. Di waktu luangnya, selain menggambar dan membuat komik, ayah tiga anak ini juga masih terus mengembangkan bakatnya melukis. Ia betah menghabiskan waktu berlama-lama di studio lukisnya, yang terdapat di bangunan utama di kompleks sekolah. Karya-karya pria yang hobi mengoleksi sepeda kumbang ini kebanyakan bertema sosial dan keberagaman.

Pahlawan pendidikan bagi anak-anak kurang mampu ini mendapat cobaan berat saat ibunda tercintanya Hj Kurnaeni binti Uung Kartanegara meninggal dunia pada 23 Januari 2010 akibat mengalami pendarahan otak. e-ti | muli, red

Data Singkat
Dik Doank, Penyanyi, presenter, aktivis pendidikan / Seniman Pemerhati Pendidikan | Selebriti | Penyanyi, presenter, aktivis pendidikan, sekolah alam

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini