
[SELEBRITI] Sebelum terkenal sebagai presenter, pria yang pernah mengenyam pendidikan marketing di Bay Plenty Polytechnic Tauranga, Selandia Baru ini menjadi penyiar sebuah radio swasta dan foto model sejumlah majalah. Meski banyak rekan seprofesinya mencari peruntungan lain di luar dunia presenter, ia tetap setia di bidangnya.
Ferdi Hasan lahir di Jakarta pada 30 Mei 1973. Sejak kecil, bungsu dari dua bersaudara ini sudah akrab dengan kamera. Ferdi kecil pernah menjadi bintang iklan Minyak Ikan Scott’s Emulsion. Meski terlahir sebagai anak bungsu, Ferdi
merupakan pribadi yang mandiri. Tentu saja hal itu berkat didikan kedua orangtuanya, Hasan Rahaya dan Susi Susasti.
Saat kedua orangtuanya bertugas di Amerika Serikat, Ferdi menempuh pendidikannya dari TK hingga SMP di Los Angeles. Saat masuk ke Daily City Elementary School, orang tuanya ditugaskan kembali ke Indonesia. Mau tak mau Ferdi harus belajar hidup mandiri. Di negeri Paman Sam itu, ia tinggal bersama kakak perempuannya. Setelah tamat SMP, ia kembali ke Indonesia dan melanjutkan studinya di SMA 70 Jakarta. Saat menimba ilmu di salah satu sekolah unggulan di Jakarta itulah, ia bertemu dengan Safina, wanita yang kelak menjadi istrinya. Pasangan muda-mudi itu resmi berpacaran di tahun 1993.
Usai lulus SMA, Ferdi kembali bertolak ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikannya di Edmond Community College di Seattle. Selain di Amerika, ia juga pernah tinggal di Selandia Baru dan berkuliah di Bay Plenty Polytechnic Tauranga jurusan marketing. Setelah merampungkan kuliahnya, Ferdi kembali ke Tanah Air dan bekerja sebagai penyiar di Radio Prambors selama 4 tahun.
Selain itu, di tahun 1990-an, ia juga pernah menjajal kemampuannya sebagai foto model di berbagai majalah. Meski karirnya belum terlalu mapan, Ferdi nekat memperistri Safina. Meski menikah di usia muda, pasangan itu bertekad menjalani mahligai rumah tangganya hingga ajal menjemput. Tak lama setelah menikah, Ferdi sempat dilanda rasa galau saat sang istri mengandung buah cinta mereka. Ia kebingunan mencari biaya untuk persalinan anak pertamanya itu.Sebab saat itu, ia belum memiliki pekerjaan tetap.
Tutur katanya yang tertata rapi ditambah penampilan yang enak dilihat membuatnya banyak dilirik para penyelenggara event. Berbagai acara di layar kaca pun pernah dibawakannya seperti Selamat Pagi di Trans 7 berpasangan dengan Edrik & Desy Ratnasari, Welcome to BCA, serta B4M yang tayang di Metro TV. Selain tampil di televisi, ayah dua anak ini juga kerap membawakan acara-acara off air seperti peluncuran produk baru hingga ulang tahun perusahaan.
Hingga suatu hari, ia mendengar ada sebuah audisi pemandu kuis Sigma. Ferdi yang pernah menjadi penyiar radio selama empat tahun itu pun mencoba peruntungannya. Pucuk dicinta, ulam tiba, Ferdi berhasil terpilih untuk memandu acara tersebut. Debutnya kala itu merupakan awal dari kesuksesannya. Setelah tampil di kuis Sigma, tawaran menjadi presenter terus berdatangan.
Tutur katanya yang tertata rapi ditambah penampilan yang enak dilihat membuatnya banyak dilirik para penyelenggara event. Berbagai acara di layar kaca pun pernah dibawakannya seperti Selamat Pagi di Trans 7 berpasangan dengan Edrik & Desy Ratnasari, Welcome to BCA, serta B4M yang tayang di Metro TV. Selain tampil di televisi, ayah dua anak ini juga kerap membawakan acara-acara off air seperti peluncuran produk baru hingga ulang tahun perusahaan.
Berkat kebolehannya memandu berbagai macam program acara itu, ia pernah dinobatkan sebagai pembawa acara terfavorit versi Panasonic Award 2002 dan 2003. Pria beralis tebal ini juga terpilih sebagai presenter terbaik acara syiar Ramadhan di televisi dalam ajang MUI Awards 2004.
Mengenai acara yang dibawakannya, Ferdi mengaku tak mengkhususkan diri pada acara tertentu. Hanya saja, ia lebih suka membawakan acara pagi. Bagi ayah dari Farah Labita dan Fasha Jamel Antwan ini, siaran pagi membuat ritme hidupnya lebih teratur. “Saat anak-anak mau berangkat sekolah, saya sudah bangun. Saat makan malam, saya juga sudah ada di rumah,” kata Ferdi seperti dikutip dari situs kompas.com.
Ferdi memang rutin siaran pagi selama 12 tahun. Awalnya ia mengaku susah bangun pagi. Namun setelah memandu acara Selamat Datang Pagi di RCTI dan acara Good Morning di TransTV, Ferdi tak lagi menemui kesulitan.
Di kala rekan-rekan seprofesinya mencoba peruntungannya di dunia seni peran, Ferdi bertekad fokus hanya menjadi pembawa acara karena menjadi presenter merupakan pilihan hidupnya. Itulah sebabnya, Ferdi menolak tawaran untuk main sinetron dan film dengan pertimbangan agar usia kariernya lebih panjang dan demi kecintaannya pada dunia presenter. “Kalau fokus di MC saya yakin pasarnya akan tetap ada,” ujar Ferdi.
Di sisi lain, Ferdi menyadari bahwa persaingan di dunia presenter semakin ketat. Banyak bintang baru bermunculan yang sewaktu-waktu bisa menggeser posisi presenter-presenter senior. Namun, bagi Ferdi, kehadiran presenter-presenter muda tidak perlu ditakuti. Kehadiran mereka justru menjadi pemicu untuk terus mengembangkan diri agar menjadi lebih baik.
Karena pada dasarnya, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. “Begitu pula orang yang terjun ke dunia presenter. Sekarang bagaimana kita mengasah kelebihan yang ada pada diri kita yang mungkin saja belum dimiliki orang lain. Contohnya, ada presenter yang pandai pada materi-materi acara tertentu, tapi dia tidak menguasai materi lain. Nah, hal-hal seperti itulah yang harus kami cermati,” papar Ferdi.
Menurutnya, dengan pertimbangan seperti itu, ia tidak merasa kehabisan lahan mengais rezeki di dunia presenter. Pernyataan Ferdi itu ada benarnya sebab ia masih lancar menerima order memandu acara. Konon honor Ferdi per tahunnya bisa mencapai angka 4 milyaran rupiah.
Limpahan materi tersebut tak membuat Ferdi menjadi kufur nikmat. Sebagai hamba Allah yang beriman, ia tak henti-hentinya mensyukuri setiap rejeki yang ia dapat. Ia selalu mendekatkan dirinya kepada Sang Khalik, salah satu caranya adalah dengan berumroh. Ferdi tercatat telah empat kali melaksanakan ibadah umroh. Pada tahun 2009, ia kembali menginjakkan kaki di tanah suci, kali ini untuk menunaikan ibadah haji.
Menurut Ferdi, ia memang sudah lama ingin berhaji bersama istrinya, Safina. Tapi karena terbentur dengan kontrak sebagai presenter yang telah ditandatanganinya di beberapa stasiun televisi, niat mulia itu pun baru dapat terlaksana di tahun 2009.
Menurut Ferdi, dalam menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima itu, alangkah baiknya dilakukan saat masih muda dan memiliki stamina yang kuat. Ferdi berkisah, setiap kali bertandang ke tanah kelahiran Nabi Muhammad SAW itu, ia tak kuasa menahan tangisnya. “Karena saya merasa sangat kecil, enggak ada apa-apanya. Banyak dalam diri saya yang perlu diperbaiki untuk bekal di hari nanti,” ujarnya. “Berhaji kayanya memang lebih berat dari umroh. Tapi kalau niatnya baik, Insya Allah dipermudah,” lanjutnya.
Sebelum berangkat, Ferdi biasanya mempersiapkan diri baik jasmani mapun rohani. Salah satunya dengan berolah raga dan memperdalam ilmu agama agar dapat menghayati hikmah dan segala sesuatu yang akan dijalaninya di sana.
Selain ingin semakin mendekatkan diri pada Tuhan, ia juga memiliki tempat favorit yang membuatnya selalu ingin kembali ke sana. “Setiap tempat di sana buat saya semuanya istimewa. Tapi buat saya Masjid Nabawi di Madinah merupakan tempat favorit. Selain terdapat makam nabi, juga kemegahan masjidnya yang menggambarkan wajah Islam sesungguhnya menurut saya,” kenang Ferdi. eti | muli