Kisah Politik Gus Dur dan Matori

 
0
1522
Kisah Politik Gus Dur dan Matori
Matori Abdul Djalil

[WAWANCARA] – Adalah kenyataan bahwa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kini ada dua. Yakni PKB Batutulis (Ketua Umum Matori Abdul Djalil) dan PKB Kuningan (Ketua Umum Alwi Shihab). Kedua PKB ini masih berseteru memperebutkan posisi sebagai PKB yang sah melalui proses peradilan. Tapi di tengah adanya PKB kembar itu, Matori dan Gus Dur (Ketua Dewan Syuro PKB Kuningan) sama-sama mengatakan bahwa PKB hanya ada satu.

Kisah timbulnya PKB kembar dipicu pemecatan Matori dari jabatan Ketua Umum PKB oleh Gus Dur (KH Abdurrah-man Wahid) selaku Ketua Dewan Syuro PKB. Ketika itu, Matori yang menjabat Wakil Ketua MPR mewakili PKB, teguh dalam prinsipnya menghadiri Sidang Istimewa MPR 2001 yang memberhentikan KH Abdurrahman Wahid dari kursi presiden. Padahal, PKB sudah menyatakan sikap bahwa SI-MPR itu tidak sah dan karena itu semua anggota MPR dari PKB dilarang menghadirinya. Tapi Matori yang sangat paham realitas politik tetap menghadirinya. Sikap Matori ini membuat Gus Dur bertindak, memecat Matori.

Pemecatan itu dinilai Matori tidak sah karena dilakukan tanpa prosedur yang benar. Maka Matori menggelar Muktamar PKB yang salah satu keputusannya tetap mempertahankan-nya sebagai Ketua Umum. Tapi keesokan harinya pihak Gus Dur menggelar Muktamar Istimewa PKB di Jogjakarta yang antara lain mengesahkan pemecatan Matori sekaligus memilih kepengurusan baru dengan Ketua Umum Alwi Shihab.

Dengan demikian timbul PKB kembar. Perseteruan dua politisi, yang pada awal berdirinya PKB bergandeng tangan membesarkan PKB yang mengantarkan Gus Dur menjabat presiden, semakin melebar. Gus Dur yang merasa punya andil membesarkan Sang Murid tampak merasa kecewa. Sementara, Matori yang selalu mencium tangan Sang Guru setiap kali ketemu, merasa wajib mempertahankan prinsip kebenaran yang diyakininya.

Perseteruan politik antar kedua politisi nahdliyin ini semakin merebak oleh para pembisik yang sebelumnya iri hati melihat kedekatan keduanya. Bahkan di antara mereka ada yang secara terbuka menyatakan rasa suka citanya atas pemecatan Matori. Orang ini menyatakan baru mau masuk kepengurusan PKB setelah Matori dipecat.

Perseteruan itu pun makin menyala. Sehingga mereka harus berhadapan di pengadilan memperebutkan posisi sebagai pemegang bendera PKB yang sah. Proses peradilan sudah selesai di tingkat banding. Kini dalam proses kasasi. Sementara pendaftaran partai peserta Pemilu 2004 sudah dimulai dan akan berakhir pada Juli 2003. Selain itu, Matori pun masih mendaftarkan gugatan baru ke Pengadilan Negeri atas pemecatan dirinya sebagai Ketua Umum PKB. Perjalanan proses peradilan ini tampaknya masih akan panjang. Sehingga bisa merugikan kedua belah pihak.

Sehingga berbagai pihak yang tidak menginginkan timbulnya perseteruan ini berharap adanya rujuk. Apalagi secara pribadi hubungan Gus Dur dan Matori sudah mulai membaik. Keduanya sudah beberapa kali bertemu di Singapura dan Hotel Grand Hyatt Jakarta. Matori sendiri mengaku bahwa ia selalu berusaha menghormati dan membina hubungan baik dengan Gus Dur. Sementara Gus Dur juga mengatakan, “Dari dulu juga baik, yang bikin ribut itu kan pers.”

Penampilan pertama mulai rujuknya Gus Dur dan Matori di depan publik terjadi saat Istighotsah Nasional Kubro V yang digelar PBNU dan PWNU Jatim di Lapangan Makodam Brawijaya, Minggu (9/3/03). Saat itu, Matori mencium tangan Gus Dur sebagaimana biasanya. Sikap hormat Matori kepada Gus Dur itu disaksikan Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi dan Ketua DPP PKB Alwi Shihab serta puluhan ulama NU lainnya, 82 kyai dari seluruh Indonesia termasuk kiai khos Abdullaf Fakih (Tuban), Idris Mardjuki (Kediri) dan Mas Subadar (Pasuruan) serta sekitar 500 ribu umat nahdliyin.

Warga nahdliyin, basis utama Partai Kebangkitan Bangsa, sontak bertepuk tangan gemuruh. “Hidup Gus Dur, hidup Matori!” Gus Dur yang tadinya duduk bangkit berdiri. Lalu bersama Matori bergenggam dan mengangkat tangan ke atas. Tangan kiri Gus Dur bergenggam dengan tangan kanan Matori diangkat tinggi ke atas. Sementara tangan sebelahnya melambai menyambut antusias massa. Kemudian Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi juga ikut bergabung. Dia menggapai tangan kanan Gus Dur dan mengangkatnya ke atas. Disusul Alwi Shihab dan Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur KH Ali Maschan Moesa ikut bergabung mengangkat tangan.

Alwi Shihab sendiri duduk sejejer dengan Matori. Sejak awal kedatangan Matori ke acara itu, Alwi telah menyalaminya. Lalu merekapun terlihat saling bertegur sapa. Tak lama berselang Gus Dur tiba. Para kiyai di atas panggung bergantian menyalami Gus Dur. Matori pun berdiri, mendatangi Gus Dur. Sungkem dan mencium tangan. Gus Dur menyambutnya hangat dengan bangkit berdiri kemudian saling berpegangan mengangkat tangan. Mereka memperlihatkan betapa perbedaan pikiran, sikap dan prinsip politik di antara mereka seolah menjadi cair di tengah acara doa yang bertajuk Gerakan Tobat Nasional, Awal Mawas Diri Pemimpin dan Bangsa Indonesia tersebut.

Advertisement

Matori, Alwi dan para kyai tampak ceria pada acara itu. Matori sendiri dalam menjawab pertanyaan pers soal kehadiran dan tindakannya mencium tangan dan sungkem kepada Gus Dur tersebut mengatakan, “Pokoknya, yang penting PKB itu satu.” Menurut Matori, dia senantiasa mengupayakan islah (persatuan) di tubuh PKB. “Soal gabung atau tidak itu jangan dipermasalahkan, yang penting PKB itu satu. Bagaimana wujud satu-nya, itu nanti,” katanya.

Sementara Gus Dur sendiri tidak bisa diminta tanggapannya saat itu karena ketatnya pengawalan. Namun keesokan harinya, ketika berbincang-bincang dalam acara Edisi Pagi News and Talk pada salah satu Radio Swasta Nasional, mengatakan dari dulu hubungannya dengan Matori baik. “Yang bikin ribut itu kan pers,” kata Gus Dur. Tentang pernyataan Matori bahwa PKB hanya satu, Gus Dur mengatakan. “Memang, siapa bilang ada PKB seri I dan II?”

Hanya saja, Gur Dur menjelaskan, Matori itu melanggar peraturan organisasi, anggaran dasar rumah tangga. “Karena itu dia diberhentikan dari keanggotaan, untuk bisa kembali menjadi pengurus paling tidak enam bulan, dia harus menjadi anggota biasa dulu,” kata Gus Dur.

Gus Dur mengemukakan syarat apabila Matori ingin kembali menjadi pengurus PKB. Matori harus mencabut tuntutannya di pengadilan, harus membubarkan DPP PKB Batutulis dan harus mengakui hasil-hasil Muktamar Luar Biasa PKB di Yogyakarta Januari 2002. “Kalau ketiga syarat itu dipenuhi, beres sudah,” ujar Gus Dur.

Namun, Gus Dur sendiri mengemu-kakan dalam beberapa kali pertemuan dengan Matori di Singapura dan di Hotel Grand Hyatt Jakarta sekitar empat kali, tidak membicarakan hal-hal yang membuat Matori diterima menjadi anggota pengurus lagi. Tetapi yang mereka bicarakan bagaimana caranya supaya teman-teman Matori dapat aktif kembali di PKB. “Jadi nggak memper-soalkan jabatan dulu,” ujar Gus Dur.

Gus Dur juga menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah menganggap Matori dan teman-temannya sebagai musuh atau lawan atau orang yang tidak disenangi. “Bukan, seringkali orang itu menganggap begitu, padahal bukan. Hanya karena dia melanggar peraturan dan kita kenakan aturan, bukannya dia saja, yang lain-lain juga,” kta Gus Dur.

Hal senada juga dikemukakan Alwi Shihab dalam wawancara dengan Tokoh Indonesia DotCom. “Matori harus memenuhi syarat yang kami tawarkan,” katanya. Jika Matori memenuhi syarat itu, ia kemungkinan bisa diterima sebagai anggota Dewan Syuro DPP PKB. ” Tapi kalau tidak mau dan ternyata pengadilan memutuskannya kalah, dia akan menjadi anggota biasa kalau bergabung,” kata Alwi.

Sementara, Matori tentang tiga syarat itu mengatakan tidak perlu bicara syarat karena yang lebih penting persatuan PKB. “Itu penting dilakukan karena bersatunya PKB akan membuat PKB kuat dan besar. Bagaimana prosesnya, doakan saja,” katanya.
Pandangan berbeda disampikan Wakil Ketua Umum DPP PKB Kuningan Mahfud MD. Menurutnya pertemuan Gus Dur dan Matori tidak memberi arti politik penting dalam rekonsialisasi dua PKB. Menurutnya, Matori telah berkali-kali menemui Gus Dur. Pertemuan itu merupakan ibadah. Tapi dalam konteks partai politik, belum ada perkembangan baru. Mahfud memastikan Gus Dur tidak akan mengambil keputusan sendiri terkait Matori tanpa melibatkan DPP PKB.

Namun para kyai menyambut baik sinyal rujuknya dua PKB. Ketua Umum PBNU K.H. Drs. A. Hasyim Muzadi berharap mudah-mudahan mereka rujuk. Begitu pula Wakil Ketua Dewan Syuro DPP PKB Kuningan KH Cholil Bisri berharap PKB bisa bersatu. Mengenai tiga syarat itu Cholil mengatakan ketiga syarat itu bisa dicairkan. Hanya saja sebagai pemimpin partai, ketiga syarat itu harus diajukan. Justru salah kalau tidak bicara demikian. “Tapi, kan semua itu bisa diusahakan dan dicairkan,” katanya.

Sinyal-sinyal ini mengandung makna, pintu rujuk PKB kemungkinan segera terbuka. Lembar baru kisah politik Gus Dur dan Matori pun segera dibuka terutama menjelang pentas politik 2004 nanti. Di mana Gus Dur diperkirakan akan menjadi king maker khususnya dalam penentuan peta koalisi pencalonan presiden dan wakil presiden. *m-ti

***TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Tokoh Terkait: Matori Abdul Djalil, | Kategori: Wawancara | Tags: Gus Dur, Matori

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini