Ketua Umum DPP PPP ini akhirnya dideklarasikan sebagai calon presiden berpasangan dengan Agum Gumelar. Ia yang semua diproyeksikan menjadi Cawapres, akhirnya menjadi Capres untuk menjalankan mandat parpol. Dia mengaku memilih Agum karena menteri perhubungan itu nasionalis 24 karat, untuk mengimbangi unsur Islam yang melekat pada PPP. Duet yang terkesan mendadak ini, paling terakhir mendaftarkan pencalonan ke KPU, Rabu 12 Mei 2004.
Yusril Djalinus, Wartawan dan salah satu pendiri majalah Tempo / Wartawan Senior Tempo | 12 Agts 1944 - 2 Feb 2009 | Direktori | Y | Laki-laki, Islam, DKI Jakarta, Wartawan, Tempo
Reinhart Simandjuntak, Wartawan harian Kompas (1973- 2005) / Mantan Guru dan Wartawan | 16 Feb 1938 - 21 Okt 2008 | Direktori | R | Laki-laki, Kristen Protestan, Sumatera Utara, Wartawan, Kompas
Tarman Azzam, Pemimpin Redaksi Harian TERBIT, Jakarta / Ketua Dewan Kehormatan PWI | 11 Des 1949 | Direktori | T | Laki-laki, Islam, Kepulauan Bangka Belitung, Wartawan, PWI, pemred
Robinson Hamonangan Siregar, SH, Dewan Redaksi Suara Pembaruan / Pengawal Kode Etik Jurnalistik | 11 Jan 1932 - 14 Jan 2008 | Direktori | R | Laki-laki, Islam, Sumatera Utara, Wartawan, senior
Eric FH Samola, SH, Direktur Harian Jawa Pos (1982) / Pengusaha Peduli Wartawan | 26 Agts 1936 - 10 Okt 2000 | Direktori | E | Laki-laki, Kristen Protestan, Sulawesi Utara, Wartawan, Tempo, Pengusaha, UI, direktur, majalah, Jawa Pos, Swasembada
Emha Ainun Najib, Budayawan / Kyai Kanjeng Sang Pelayan | 27 Mei 1953 | Direktori | E | Laki-laki, Islam, Jawa Timur, Wartawan, Budayawan, UGM, kolumnis, Gontor
Dia wartawan, penulis, pendidik, seniman dan sejarawan sepanjang hidup. Sosok yang layak disebut sebagai simbol kebebasan berpikir. Rezim Orde Baru dan Lama menyimpan rasa love-hate terhadapnya. Karena dia selalu mengikuti insting jurnalistiknya, menyuarakan isi hatinya, mengungkapkan kebenaran, ketidakadilan. Tak satu gembok pun bisa mengunci kebebasan berpikirnya.
Pemred mantan Harian Indonesia Raya ini meninggal dunia di RS Medistra, Jakarta pukul 19.15 WIB Jumat 2 Juli 2004. Selain sebagai wartawan, penerima Magsaysay Award untuk jurnalistik dan kesusastraan, ini juga dikenal sebagai sastrawan. Pandai pula melukis dan membuat patung dari keramik. Mulanya dia menulis cerpen dengan menampilkan tokoh karikatural si Djamal, kemudian menulis novel. Di antara novelnya: Harimau, Harimau!, Senja di Jakarta, Jalan Tak Ada Ujung, Berkelana Dalam Rimba.
Ia merupakan personifikasi utuh dari kedekatan antara diplomasi dan media massa. Jangan kaget, kalau pria otodidak yang secara formal hanya tamatan SD (HIS) ini pernah menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26 di New York dan merupakan salah satu pendiri LKBN Antara. Kemahirannya memadukan diplomasi dan media massa menghantarkannya menimba berbagai pengalaman sebagai duta besar, menteri, Ketua DPR hingga menjadi wakil presiden.