Profesional dalam Dunia IT

Elisa Lumbantoruan
 
0
197
Elisa Lumban Toruan
Elisa Lumban Toruan | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Di Indonesia, integrasi HP dengan Compaq terealisasi Mei 2002 dan tak kurang enam bulan kemudian tepatnya 1 November 2002 Elisa Lumban Toruan, ayah dua orang anak perempuan kelahiran Siborong-borong tahun 1960 ini dipercaya sebagai Presiden Direktur HP Indonesia. Sebelum integrasi itu, “Pak El’, demikian dia biasa disapa para sahabat maupun oleh 271 orang karyawannya, telah menempati posisi Direktur Pemasaran pada Compaq Indonesia. Dan sebelumnya lagi, sebagai Country Marketing Manager pada PT Digital Astra Nusantara, perusahaan patungan antara DEC dengan PT Astra Graphia.

Pada tahun 1998 ketika tiga raksasa industri IT (information technology) yaitu Compaq, Digital Equipment Corp. (DEC), dan Tandem bergabung menjadi satu nama Compaq Computer Corp., adalah merupakan berita heboh di negeri asalnya Amerika Serikat dan meluas hingga ke Indonesia. Namun, penggabungan itu masih belum cukup untuk berhadapan dengan “si biru” IBM sehingga di tahun 2002 Compaq kembali bergabung dengan Hewlett-Packard (HP) untuk membawa satu nama HP sebagai identitas tunggal. Elisa Lumbantoruan, 44 tahun, adalah Presiden Direktur HP Indonesia.

Penguasa pasar, itulah yang kini sangat dibanggakan oleh Elisa Lumbantoruan. Dikatakannya, seandainya Indonesia dipetakan dimana terdapat titik-titik pelayanan HP, maka dengan jarak dua jam saja seluruh Indonesia sudah bisa dicapai. Kendati HP di dunia masih nomor dua, tetapi di Indonesia posisi nomor satu sudah jatuh ke Compaq sejak bergabung dengan DEC dan Tandem. Karena itu, penggabungan HP dengan Compaq semakin menggelembungkan pangsa pasar HP.

Elisa menggambarkan, HP Indonesia kini memiliki lini produk yang paling lengkap. Bahkan, dia memperkirakan belum ada kompetitor yang memiliki product line selengkap miliknya. Mulai dari printer, PDA, notebook, desktop, networking, server, storage, sampai services dan outsourcing. Untuk kamera digital sengaja tidak dipasarkan secara agresif di Indonesia.

Demikian pula soal infrastruktur, Elisa yang selalu ramah dan murah senyum ini menyebutkan HP memiliki cakupan paling luas di Indonesia. Misalnya dilihat dari sisi purnajual yang dilakukan melalui HP Service Center maupun Authorized Service Provider (ASP), yang mengkover seluruh Indonesia. Kemudian, jika menginginkan kemudahan akses terhadap produk maupun interaksi dengan HP, HP Indonesia mempunyai jaringan reseller dan wholesaler yang juga sudah menyebar di Indonesia. Jadi, jelas dia, orang bisa dengan sangat mudah mendapatkan produk HP begitu pula dengan purnajualnya. “Itulah, yang menjadi keuntungan kompetitif HP Indonesia dibanding kompetitor di pasar,” tutur Elisa, pemasar baik yang selalu ingin bersahabat dengan siapa saja.

Lengkap dan beragamnya produk HP membuat Elisa kini leluasa memasuki semua segmen pasar, tidak seperti sebelumnya didominasi korporasi yang mengharuskannya fokus ke industri vertikal yang berat-berat amat seperti industri manufaktur, telekomunikasi, perbankan, dan pemerintahan. Menurut dia, sekarang HP Indonesia bisa masuk ke pasar konsumen seperti notebook, desktop, personal digital assistant (PDA), dan printer. Selain korporasi, dia juga bisa masuk ke usaha kecil dan menengah atau SMB (Small and Medium Business). Suami dari boru Butar-butar yang memilih tetap tinggal di Bogor ini berujar, seluruh segmen pasar bisa dimasukinya membuat HP berbeda dengan kompetitor.

Elisa lalu membagi bisnisnya ke dalam empat kelompok, yakni kelompok imaging and printing, personal system, enterprises system, dan services dimana masing-masing kelompok mempunyai suatu target dan dijalankan sebagai entitas bisnis yang harus bisa mempertahankan profitabilitas dan pertumbuhan.

Di kelompok printer, misalnya, jika dulu pasar mempersepsi printer HP mahal, sekarang dengan ketersediaan produk low end Elisa kini mempunyai produk-produk seperti ink jet, desk jet yang harganya cukup kompetitif. Dari segi fungsi, kata dia kini printer HP sudah multi purpose printer yang menyatu dalam satu alat saja, yaitu printer yang sekaligus bisa untuk scanner, fotokopi, dan faksimili.

Tingginya inovasi yang terjadi di HP membuat Elisa sibuk mematenkan beragam produk unggulan baru sebab produk itu harus segera dimunculkan ke pasar. Pernah, dalam tempo 12 bulan saja, misalnya, dia harus mendaftarkan 1.600 paten baru di Indonesia yang menggambarkan pencapaian tertinggi dalam sejarah implementasi atas inovasi yang terjadi pada HP.

Penggemar golf ini tergolong tipe pekerja keras. Bukan hal aneh jika hingga larut malam dia masih bekerja di kantor. Bahkan, sosok sebagai manusia sibuk sudah dimulainya saat masih kuliah di ITB Bandung, jurusan Matematika, yang ditempuhnya antara tahun 1979 hingga 1985. Ketika masih kuliah itu dia sudah pandai cari uang dengan mengajar matematika di sejumlah pusat bimbingan belajar untuk SMA di Bandung. Sebelum bahkan hingga setahun setelah tamat menjadi sarjana pun, profesi yang digeluti Elisa adalah dosen matematika dan komputer di sejumlah institut maupun universitas yang ada di Bandung dan Jakarta. Karena itu, sekarang ini dia justru merasa terdampar bekerja di dunia teknologi informasi. Sebab, ayah dan ibunya yang guru SD dan SMP sangat menginginkannya meneruskan profesi pengajar, dan kalaupun menjadi dosen itu adalah buah sebuah ketekunan.

Advertisement

Sebagai profesional, Elisa pertama kali memasuki dunia IT pada tahun 1986 saat diangkat sebagai account manager di PT Astra Graphia. Karirnya cukup baik dan melesat bagus di sini. Dia lalu ingin mencoba memasuki industri IT lain, pilihan itu jatuh ke Oracle Indonesia, perusahaan piranti lunak terbesar kedua dunia yang didirikan dan dipimpin oleh Larry J. Elison, dari Amerika Serikat. Di sini pun dia cukup baik, menjabat sebagai Alliances Manager selama dua setengah tahun, dan mulai populer di berbagai kalangan terutama wartawan karena keramahan dan sikap simpatiknya. Nah, ketika terjadi kekosongan Country Marketing Manager pada PT Digital Astra Nusantara karena pejabatnya memilih hidup melayani Tuhan, nama yang banyak disebut-sebut pengisinya adalah Elisa Lumbantoruan. B.T. Lim, Presiden Direktur Digital Astra ketika itu tidak bisa berbuat lain selain memilihnya sebagai tenaga pemasar yang paling bisa diandalkan.

Ketika di tahun 1997 Compaq Indonesia didirikan untuk mengakomodasi penggabungan Compaq dengan DEC dan Tandem, dia didudukkan sebagai Direktur Pemasaran. Dan ketika Mei 2002 PT Compaq itu bergabung lagi dengan HP dia tetap dipercaya sebagai direktur pemasaran, untuk enam bulan kemudian tepat 1 November 2002 dipromosikan sebagai orang tertinggi di HP Indonesia untuk membawahi 271 orang karyawan.

Sebagai profesional murni dia tidak lupa menaruh harapan supaya kehidupan bisnis bisa berjalan lebih baik. Pada sisi internal HP Indonesia, dia ingin agar entitas bisnis ini posisinya semakin tegas diantara 142 perusahaan subsidiary HP di seluruh dunia. Dia ingin HP menjadi perusahaan IT terkemuka di Indonesia, demikian pula untuk tingkat region Asia Tenggara harus lebih unggul atas subsidiary HP lain, hingga ke tingkatan Asia Pasifik dan global worldwide agar semakin diperhitungkan. Dia ingin HP Indonesia menjadi pemenang di setiap tingkatan itu.

Indikator lain keberhasilan kehidupan bisnis yang lebih baik bagi dia adalah, bagaimana HP berinteraksi dengan pelanggan di tiga segmen pasar. Dia mengungkapkan, implementasi HP Indonesia adalah yang terbaik saat ini di Asia Tenggara, demikian pula pertumbuhan bisnis yang jauh meningkat dibanding negara Asia Tenggara lain. Ini menguntungkan bagi nama baik Indonesia secara keseluruhan. Jujur saja, kata dia, bicara Indonesia yang terdengar hanyalah persepsi negatif.

Dengan menunjukkan hasil kerja HP Indonesia yang seluruh karyawan adalah orang Indonesia, Elisa berharap mudah-mudahan bisa mengubah persepsi negatif tadi. Selain sebagai Presiden Direktur HP Indonesia, Elisa adalah juga Direktur Pelaksana pada Enterprise Systems Group HP Indonesia, serta sebagai Business Director for Industry Srandard Servers Business Unit pada HP Asia Tenggara. Dia memang sudah lama diperhitungkan di tingkat region Asia Tenggara, mengingat 20 tahu terakhir ini dia sangat berpengalaman di industri IT.

Obsesi lain dari aktivis gereja dan adat Batak ini adalah, bagaimana IT mempengaruhi industri lain supaya tumbuh lebih cepat dan paralel dengan itu akan pula mempercepat pertumbuhan serta pemulihan ekonomi nasional. Dia mencontohkan bagaimana Korea Selatan bangkit dari krisis hanya dengan modal cadangan devisa lima miliar dolar AS, namun kini sudah memiliki devisi lebih dari 100 miliar dolar AS. “Itu karena mereka mengimplementasikan IT,” simpul Elisa yang praktis 20 tahun terakhir dalam hidupnya adalah garam dan terang dalam dunia IT.

Di antara pilihan berkarir profesional, berkeluarga yang baik, memelihara kesehatan yang prima, serta sosialisasi kehidupan dengan sesama yang kesemuanya memberi Elisa kesibukan, dia lebih mengutamakan karir sebab indikator keberhasilannya bisa diukur dengan mudah. Dikatakannya, karir ditempatkannya sebagai prioritas karena dia mempunyai tanggungjawab yang bisa diukur berdasarkan pencapaian dan ekspektasi dari si pemberi kerja. Itu hal yang tidak ada dalam keluarga. “Tetapi saya harus menyadari, bahwa dengan peningkatan di sisi karier konsekuensinya adalah waktu untuk keluarga akan berkurang. Oleh karena itu kualitas pertemuan harus diperhatikan,” kata Elisa dengan santun. ht

Data Singkat
Elisa Lumban Toruan, Presiden Direktur HP Indonesia (2002) / Profesional dalam Dunia IT | Direktori | ITB, direktur, garuda, IT, HP, Astra Graphia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini