Psikolog Spesialis Parenting

Elly Risman Musa
 
0
8522
Elly Risman Musa
Elly Risman Musa | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Direktur pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati ini dikenal gigih dalam menyuarakan perlunya orang tua mengasuh dan mendidik anaknya dengan sungguh-sungguh. Sebagai psikolog yang fokus pada parenting dan pendidikan anak selama lebih dari 25 tahun, ia kerap menggelar seminar serta diundang menjadi pembicara dalam berbagai talkshow.

Anak adalah titipan Tuhan. Tapi sayangnya, tak semua orang tua siap menjaga amanah Tuhan dengan mencukupi semua kebutuhan anak. Setidaknya itulah yang dikatakan psikolog Elly Risman. Ia prihatin karena kebanyakan orang tua lalai memenuhi kebutuhan anak dalam hal moral dan spiritual, dan merasa sudah cukup hanya dengan memberi limpahan materi.

Jika itu yang terjadi maka harapan untuk menjadi orang tua yang baik jauh panggang dari api. Terlebih jika anak hidup di era digital seperti sekarang ini, dimana teknologi tengah berkembang dengan pesatnya yang kemudian semakin memperlebar akses kepada hal-hal berbau pornografi. Mulai dari film, sinetron, games (permainan), situs internet, SMS bahkan komik semuanya kini banyak dibumbui dengan pornografi yang menjadi ancaman serius yang harus diwaspadai. Itulah kemudian yang menjadi fokus utama Elly Risman dalam menyadarkan para orangtua betapa pentingnya memagari anak dari hal-hal negatif. Pornografi memang menjadi momok bagi para orang tua, karena selain merusak akhlak ternyata juga dapat merusak perkembangan otak anak.

Mengutip hasil riset dr Donald Hilton, seorang ahli bedah otak dan dokter terkemuka dari Amerika Serikat yang diundang Yayasan Kita dan Buah Hati pada Februari 2010, dikatakan, bila kokain merusak otak di tiga bagian, maka pornografi atau kecanduan seks akan merusak otak di lima bagian. Bayangkan, saking dahsyatnya racun pornografi sampai mengalahkan racun narkoba. Dan bagaimana jika hal itu terjadi pada anak-anak kita, mau dikemanakan masa depan bangsa ini?

Sayangnya, masih banyak orang tua yang tidak peka terhadap hal ini. Mereka justru terjebak dalam pola mendidik anak yang salah. Yang paling jelas terlihat saat ini adalah pembagian tugas antara ibu dan ayah, ayah bekerja mencari nafkah sedangkan tugas mendidik anak menjadi tanggung jawab ibu sepenuhnya. Terang saja hal itu amat menyesatkan dan menyalahi kodrat orangtua yang seharusnya saling bahu membahu dalam mendidik anak. Apalagi sekarang kaum ibu banyak yang diserap dunia kerja. Jangankan mendidik, menanyakan kegiatan anak saja mungkin jarang dilakukannya karena terlampau disibukkan dengan urusan pekerjaan. Anak hanya mendapat sisa-sisa waktu, bukan waktu berkualitas seperti yang seharusnya diberikan.

“Ubah pola hanya ibu yang mengasuh anak dan ayah yang bekerja menjadi dual parenting, kerja sama ibu dan ayah dapat mempermudah bentengi anak dari pornografi,” tutur Elly saat menjadi pembicara dalam seminar ‘Membentengi Anak Terhadap Dampak Media Digital’ di Gedung Menza, Salemba, Jakarta Pusat, 20 Juli 2010.

Contoh lain, masih ada segelintir orangtua yang merasa malu jika tidak mampu memfasilitasi sang anak dengan gadget-gadget keluaran terbaru. Mereka cukup merasa tenang jika anaknya menghabiskan waktu berjam-jam di depan monitor komputer memainkan berbagai jenis games. Padahal tidak semua games itu pantas dimainkan anak-anak, karena bukan hanya menyuguhkan adegan kekerasan tapi juga mengandung unsur pornografi.

Orang tua juga langsung kebingungan saat dihadapkan pada pertanyaan tentang seksualitas yang terlontar dari bibir mungil anak-anaknya, dan kebanyakan orangtua cenderung memilih untuk menghindar karena masih menganggap seks sebagai hal yang tabu untuk diketahui si anak. Karena tidak mendapat informasi yang dibutuhkan maka anak akan berusaha mencarinya di luar misalnya melalui teman sekolah, atau dari situs-situs dewasa yang kemudian berakibat fatal karena terjerumus pada hal-hal negatif yang sebetulnya belum pantas untuk mereka lakukan.

Pentingnya memagari anak dari hal-hal negatif. Pornografi memang menjadi momok bagi para orang tua, karena selain merusak akhlak ternyata juga dapat merusak perkembangan otak anak.

Menurut Elly, anak belum bisa membedakan mana yang bahaya dan mana yang tidak. Jadi mereka belum bisa mengambil keputusan serta mengontrol emosinya. Pendidikan dan pelatihan yang baik baru berkembang di atas usia 15 tahun.

Pada anak yang sudah terjangkit pornografi, perasaannya akan kacau balau. Orangtua pun tidak mengerti jika anaknya tiba-tiba suka marah-marah dan uring-uringan. Ditambahkannya lagi, ada hormon-hormon kenikmatan yang keluar dan berbagai hormon lainnya berlebihan mengeluarkannya karena si anak harus berkonsentrasi merasakan kenikmatan yang dirasakannya. Maka, dengan sendirinya otak anak akan menciut. Kalau sudah begitu, sifat kemanusiaannya rusak dan bisa-bisa perilakunya berubah jadi seperti binatang.

Advertisement

Orangtua pun bersikap biasa-biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa pada anak mereka. Budaya ‘cuek’ itulah yang amat disayangkan oleh Elly. Maka dari itu, wanita berkerudung ini menyarankan orang tua untuk meminimalisir kemungkinan anak menjadi pecandu pornografi. Salah satu caranya adalah dengan tidak memberikan perangkat elektronik misalnya handphone yang mendukung layanan internet pada anak usia SD hingga SMP.

Namun jika anak sudah terlanjur terpapar virus bernama pornografi maka untuk mengatasinya menurut Elly ada empat langkah yang bisa dilakukan untuk menormalkan otak anak. Pertama, anak itu sadar jika dia kena kecanduan. Kedua, dia mau keluar dari kecanduan itu dan harus ada dukungan keluarga. Ketiga, harus ada terapi. Keempat, harus hadirkan Tuhan di dalam dirinya. Sebab, baik anak maupun orang dewasa yang kecanduan pornografi, otomatis telah melanggar perintah Tuhan. Tuhan mengatakan tahan pandanganmu dan jaga kemaluanmu. Tetapi, justru dilanggar dan tidak mau menahan pandangan.

Anak adalah peniru yang ulung, oleh karena itu, orangtua sudah seyogyanya mengambil peran agar anak-anaknya tidak mencontoh perbuatan-perbuatan yang melanggar norma terutama norma agama. Pendidikan agama merupakan fondasi awal dalam membangun karakter seorang anak. Jika fondasi itu sudah kokoh, orang tua akan dengan tenang melepas anaknya menghadapi perubahan zaman.

Yang tak kalah penting adalah kemampuan berkomunikasi para orang tua agar bisa membangun suasana yang hangat dengan anak-anaknya. “Orangtua zaman sekarang bisanya main perintah, marah, dan mengancam,” kata Elly Risman seperti dikutip dari situs wartakota. Alangkah bijaksananya jika orangtua dapat menggantikan kemarahan dengan sikap simpatik, menukar egoisme dengan penerimaan, penghargaan, dan pujian untuk anak. Menjadi orang tua yang baik tidak mudah namun bukan berarti tidak mungkin. Oleh sebab itu, untuk para orangtua Elly Risman berpesan agar jangan malas mencari dan terus menggali ilmu bagaimana cara mendidik anak agar menjadi anak yang tangguh.

Fokus pada Dunia Anak
Elly Risman, perempuan kelahiran Aceh 21 April 1951 ini menamatkan pendidikannya dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia di tahun 1979. Dua tahun setelah berhasil meraih gelar sarjana ia mendirikan PT Surindo, perusahaan marketing research. Di perusahaan tersebut ia menjabat sebagai Direktur Operasi selama 15 tahun. Sementara ilmunya di bidang psikologi diterapkan di dunia pendidikan anak sejak tahun 80-an dengan mendirikan taman kanak-kanak dan pondok pesantren.

Pada tahun 1992, Elly bertolak ke Amerika Serikat. Kepergiannya ke negara adikuasa itu untuk mendampingi sang suami yang mengambil program PhD. Ketika berada di negeri Paman Sam itu, ia tertarik untuk mendalami pendidikan parenting hingga kemudian mengambil kelas-kelas parenting di Florida State University-Talahase. Baru setahun bermukim di Amerika, Elly sudah melahirkan karya nyata yakni mendirikan TK/TP Al Qur’an di Talahase. Selain sebagai pendiri, Elly juga menjabat sebagai kepala sekolah hingga tahun 1997.

Empat tahun berselang, Elly kembali ke tanah air. Kemudian pada tahun 1998, ibu tiga putri ini mendirikan sebuah yayasan nirlaba bernama Yayasan Kita & Buah Hati. Yayasan yang didirikan bersama Neno Warisman itu bergerak dalam bidang pendidikan parenting (pola asuh dalam keluarga). Aktivitasnya mencakup seminar kepada orang-tua, guru dan sekolah, serta organisasi lain yang menginginkan perbaikan dari masalah parenting, pendidikan komunikasi dengan anak atau murid.

Yayasan tersebut juga memberikan masukan kebijakan mengenai parenting dan pendidikan anak kepada beberapa lembaga seperti BKKBN, Departemen Pendidikan, Departemen Agama, Departemen Kesehatan, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah. Selain itu banyak juga sekolah yang menggunakan jasa Yayasan Kita & Buah Hati, sebut saja sekolah Al-Fikri- Depok, Nurul Fikri- Cimanggis, dan Al-Azhar Jakarta.

Puluhan psikolog telah bergabung dalam yayasan itu di bawah komando Elly sebagai direktur pelaksana. Selain disibukkan dengan rutinitas seminar dan mengurus yayasannya, Elly juga aktif dalam beberapa kegiatan yang tentunya masih berkaitan dengan dunia anak. Seperti menjadi anggota Kelompok Kerja Kesejahteraan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan, mengasuh kolom konsultasi keluarga & seksualitas remaja Harian Umum Republika, serta mendirikan perpustakaan bagi anak-anak tidak mampu di wilayah Pondok Gede. eti | muli, red

Data Singkat
Elly Risman Musa, Psikolog / Psikolog Spesialis Parenting | Direktori | ahli, pakar, psikolog, spesialis, parenting

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini