Wisuda IAI AL-AZIS 2025: Lebih dari Sekadar Seremoni Kelulusan
Hadirkan orasi tujuh pembicara utama, tiga wisudawati terbaik, orasi panjang Panji Gumilang

Bukan hanya nama-nama yang dipanggil ke podium. Bukan pula sekadar toga, ijazah, dan sesi foto bersama. Di Wisuda ke-6 IAI AL-AZIS tahun 2025, yang lebih dulu naik ke panggung adalah gagasan. Satu per satu, tujuh pembicara utama menyampaikan orasi ilmiah, termasuk rektor dan Syaykh Panji Gumilang sendiri. Dan di ujung acara, tiga perempuan muda naik ke atas mimbar sebagai lulusan terbaik. Sebuah seremoni akademik yang berjalan perlahan, tapi membawa makna lebih dalam dari biasanya.
Di Gedung Ali bin Abi Thalib, tepatnya di Auditorium Mini Zeteso, Ma’had Al-Zaytun Indramayu, 271 wisudawan dan wisudawati dari tiga fakultas—Tarbiyah, Syariah, dan Dakwah—dilepas secara resmi oleh IAI AL-AZIZ (Institut Agama Islam Al-Zaytun Indonesia) dalam Sidang Terbuka Senat Wisuda VI dan Ucap Janji Wisudawan Tahun 2025, pada Senin, 15 Desember 2025.
Sejak pukul tujuh pagi, tempat itu mulai terisi. Bukan hanya oleh para lulusan dan keluarga, tapi juga oleh nama-nama yang sehari-hari justru jarang hadir dalam acara wisuda: guru besar dari dalam dan luar negeri, pejabat pemerintah, aparat negara, dan tokoh hak asasi manusia.
Wisuda ini dibuka bukan oleh barisan nama-nama diurutkan berdasarkan abjad, melainkan oleh orasi-orasi panjang, satu per satu, yang dirangkai lebih seperti simposium lintas sektor daripada seremoni kampus biasa. Di atas panggung, bergantian bicara tujuh tokoh dari luar kampus, mewakili dunia akademik, kebijakan, serta hukum dan kemanusiaan.
Dari dunia akademik, tampil:
- Prof. Dr. KH Imam Suprayogo, M.Pd., Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
- Prof. Fahd Al Ahmadi, Guru Besar Universitas Madinah, Ketua Program Studi Ilmu Hukum
- Prof. Dr. Ir. Achmad Faqih, S.P., M.M., Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
Ketiganya menyampaikan orasi ilmiah dan sambutan akademik, memuji atmosfer Al-Zaytun yang dianggap berhasil menempatkan ilmu sebagai jalan hidup, bukan sekadar bahan uji semesteran. Prof. Fahd bahkan membuka peluang kerja sama akademik lintas negara, menyebut Al-Zaytun sebagai “salah satu prototipe kampus berkarakter.â€
Dari lingkar kebijakan, hadir:
- Drs. Amich Alhumami, M.A., M.Ed., Ph.D., anggota Dewan Penyantun IAI AL-AZIS dan figur dalam kebijakan pendidikan nasional
- Andrie Kustria Wardana, S.STP., M.Si., CRBD, mewakili Gubernur Jawa Barat
Sementara dari ranah keamanan dan HAM:
- Brigjen Pol. Drs. Sofyan Nugroho, S.H., M.Si., M.H., Dosen Kepolisian Utama Tingkat II Akpol Lemdiklat Polri
- Dr. Ir. H. Prabiyanto Mukti Wibowo, M.Sc., Wakil Ketua Bidang Internal & Komisioner Pengaduan Komnas HAM
Dalam orasi masing-masing, para pembicara mengulas topik mulai dari filosofi pendidikan, arah pembangunan SDM nasional, hingga tantangan etika di tengah masyarakat digital. Beberapa menyisipkan humor akademik, yang disambut tawa pendek namun hangat oleh hadirin. Yang paling mencolok bukan isi orasi itu sendiri, tapi fakta bahwa acara wisuda ini membiarkan semua itu terjadi. Dengan tenang, perlahan, dan tanpa dipaksa buru-buru.
Rektor IAI AL-AZIS, Datuk Sir Imam Prawoto, K.R.S.S., MBA, CRBC, dalam sambutannya menegaskan bahwa pendidikan bukan sekadar transmisi pengetahuan, melainkan penguatan etos. Ia menyampaikan bahwa kampus ini tengah menargetkan akreditasi unggul, dan hingga 2025 telah menghasilkan:
- 783 artikel ilmiah nasional dan internasional
- 320 kegiatan pengabdian kepada masyarakat
- serta sejumlah prestasi mahasiswa di kompetisi puisi, konten video, keuangan syariah, dan riset ilmiah tingkat internasional.
Tema wisuda tahun ini:
“Menumbuhkan Etos Kerja, Motivasi, dan Disiplin, Mewujudkan SDM Produktif.”
Tema itu bukan sekadar pajangan di layar. Ia hadir dalam isi pidato, dalam sikap panitia, dan dalam cara acara berjalan. Bahkan dalam cara Syaykh Panji Gumilang, Grand Chancellor IAI AL-AZIS, menutup rangkaian orasi hari itu: tenang, panjang tapi terukur, dengan pesan yang menggantung lama. Ia menyitir Pancasila dan UUD 1945, menekankan bahwa para lulusan adalah pelaku sejarah, bukan sekadar pengikut berita. Ia mengutip analogi Nabi Muhammad SAW — walladzīna ma‘ahu — tentang pentingnya berjalan bersama, sebagai sesama, bukan saling menaklukkan.
Dan kemudian, barulah nama-nama wisudawan dipanggil.
Ada tiga nama yang mendapat perhatian khusus, mewakili 271 wisudawan dan wisudawati naik ke atas panggung. Tiga nama dengan nilai terbaik di angkatannya:

- Gina Sapitri, S.H.
- Fakultas Syariah, Prodi Hukum Tata Negara
- IPK: 4,00
- Judul skripsi: Tinjauan Sistem Pendidikan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan Muhammad Abduh di Madrasah Tsanawiyah Ma’had Al-Zaytun
- Fadhila Syahda Nissa, S.Pd.
- Fakultas Tarbiyah
- IPK: 3,93
- Judul skripsi: Eksplorasi Minat dan Tantangan Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Ma’had Al-Zaytun Tahun 2025
- Nurul Amanah, S.Sos.
- Fakultas Dakwah
- IPK: 3,84
- Judul skripsi: Pengaruh Motivasi Berwirausaha terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Al-Zaytun Indonesia
Ketiganya adalah perempuan muda, lahir di awal 2000-an, dengan pilihan topik yang menunjukkan jangkauan minat yang luas: dari kebahasaan, hukum pendidikan, hingga semangat kewirausahaan. Mereka bukan sekadar hasil dari sistem, tapi juga penanda bahwa kampus ini memberi ruang untuk arah belajar yang beragam.
Acara resmi ditutup sekitar jam 1 siang. Tapi nuansa khidmat masih terasa ketika para lulusan berfoto bersama keluarga. Beberapa masih menyebut-nyebut satu-dua kutipan dari orasi di acara wisuda. Mungkin tak semua terekam sempurna. Tapi ada satu hal yang tampaknya diamini: di tempat ini, wisuda bukan seremoni tutup buku. Ia lebih menyerupai titik awal dalam naskah baru.
(Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)




















