Politik Dinasti Jadi ‘Bom Waktu’ untuk PDI-P
[BERITA TOKOH] – Capres 2014 – Kentalnya politik dinasti dalam tubuh PDI-P kembali tampak dengan munculnya nama Puan Maharani dan Muhammad Prananda sebagai calon yang diprediksi kuat akan menduduki kursi wakil ketua umum jika posisi ini disetujui di Kongres PDI-P ketiga di Bali pada awal April.
“Ini lampu kuning untuk regenerasi di PDI-P dan akan menjadi disinsentif bagi kader PDI-P. Ini seperti memelihara bom waktu bagi PDI-P,” tutur pengamat politik Burhanudidin Mutahdi dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) kepada Kompas.com, Jumat (26/3/2010).
Menurutnya, potensi konflik internal di tubuh PDI-P makin terbuka lebar karena cara regenerasi yang bersifat oligarkis ini tak dibuka secara merata kepada kader lainnya. Model ini juga dapat memotong proses regenerasi yang sehat di tubuh PDI-P karena posisi elite akan lebih ditentukan pada keturunan darah daripada kemampuan masing-masing kader.
Jadi, lanjutnya, jika posisi wakil ketua umum ditentukan oleh keturunan darah, ini sebuah kemunduran bagi PDI-P. “Mereka cuma mewakili darah biru Soekarno dan Mega, tapi tidak mewarisi karisma, pengalaman, dan stamina politik keduanya,” tambahnya lagi.
Dibanding partai politik lainnya, PDI-P memang menunjukkan realitas faksional yang lebih besar. Namun, hal itu tak berdampak pada akibat yang ditakutkan karena masih ada sosok Mega yang menjadi simbol pemersatu.
Burhanuddin mengkhawatirkan dampaknya justru baru akan terasa pada 2015 pascakepemimpinan Mega yang terakhir, jika terpilih kembali dalam kongres April. “Jika tak mau terjadi, kongres harus menjadi momen penyapihan dari karisma, pengalaman, dan stamina politik Mega. Kongres harus bisa menata PDI-P sebagai organisasi politik yang modern, yang tidak sekadar tergantung pada pemimpinnya, tapi sistem yang stabil. Apalagi, pamor Mega belakangan ini terus menurun,” tandasnya.