Fotografi, Jurnalisme, dan Semangat Berbagi Ilmu

Arbain Rambey
 
0
43
Arbain Rambey
Arbain Rambey, Maestro Fotografi Jurnalistik (@arbainrambey)

Arbain Rambey adalah maestro fotografi jurnalistik Indonesia yang telah mengabdikan dirinya selama puluhan tahun dalam dunia pers dan dokumentasi visual. Dengan pengalaman hampir tiga dekade di Harian Kompas, dia mendokumentasikan berbagai peristiwa penting serta keindahan alam dan budaya Indonesia. Gaya fotografinya yang khas, dengan komposisi tajam dan narasi visual yang kuat, menjadikannya salah satu fotografer paling dihormati di Indonesia. Selain sebagai jurnalis foto, ia juga aktif sebagai pengajar dan mentor bagi generasi muda, membagikan ilmu dan pengalamannya melalui seminar, buku, serta berbagai platform media sosial. Meski sempat tersandung kontroversi, kiprahnya dalam dunia fotografi tetap tak terbantahkan. Dengan semangat berbagi dan dedikasi tinggi, Arbain Rambey terus mengabadikan kisah-kisah visual yang tidak hanya indah, tetapi juga bercerita.

Penulis: Mangatur L. Paniroy, TokohIndonesia.com (Tokoh.ID)

Arbain Abdul Wahidin Rambey lahir di Semarang pada 2 Juli 1961. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap dunia fotografi. Bahkan, sejak usia lima tahun, Arbain Rambey sudah senang membolak-balik album foto keluarganya, mengamati setiap gambar dengan penuh rasa ingin tahu. Saat duduk di bangku kelas satu SMP pada tahun 1974, ia sudah mampu melakukan proses cuci cetak foto secara mandiri di kamar gelap buatan sendiri. Hal ini membuatnya semakin jatuh cinta pada dunia fotografi dan terus belajar secara otodidak.

Kamera pertama yang digunakannya adalah Ricoh 500 GX, milik seorang seniornya, Gunawan. Pada 17 Agustus 1977, Arbain Rambey pertama kali memotret secara mandiri dengan kamera pinjaman. Setahun kemudian, ia membeli Ricoh 500 GX yang menjadi kamera pribadinya. Kamera ini turut serta dalam perjalanan petualangannya dengan sepeda motor dari Jakarta ke Larantuka, Nusa Tenggara Timur, yang ditempuh selama 26 hari. Saat SMA, Arbain Rambey aktif di komunitas pecinta alam dan sering mendaki gunung. Ketidakpuasannya terhadap hasil jepretan teman-temannya membuatnya semakin serius mendalami fotografi.

Setelah lulus SMA, Arbain Rambey melanjutkan studinya di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan meraih gelar Sarjana Teknik Sipil pada tahun 1988. Meskipun latar belakang pendidikannya tidak berhubungan langsung dengan fotografi, ketertarikannya pada dunia visual tidak pernah pudar. Ia sempat bekerja sebagai fotografer untuk Yayasan Asmat pada tahun 1988-1989, di mana ia banyak mengabadikan kehidupan dan budaya masyarakat Papua. Setelah itu, ia bekerja di sebuah perusahaan sebagai insinyur, tetapi hanya dalam waktu singkat karena ia menyadari bahwa hasratnya yang sebenarnya ada di dunia jurnalistik dan fotografi.

Pada 1 Mei 1990, Arbain Rambey bergabung dengan Harian Kompas sebagai wartawan tulis. Namun, kecintaannya pada fotografi membawanya untuk lebih sering berinteraksi dengan tim foto di Kompas. Ia belajar banyak dari Kartono Ryadi, Redaktur Foto Kompas saat itu. Kesempatan besar pertamanya di dunia foto jurnalistik datang pada tahun 1991 ketika ia ditugaskan meliput SEA Games di Manila. Foto hasil liputan pertamanya langsung dimuat di halaman depan Kompas, membuktikan bakat dan insting fotografinya yang tajam.

Pada tahun 1996, Arbain Rambey diangkat menjadi Redaktur Foto Harian Kompas, menggantikan Kartono Ryadi. Jabatan ini diembannya hingga tahun 2000 sebelum kemudian ditugaskan sebagai Koordinator Kompas untuk wilayah Sumatera Bagian Utara hingga 2003. Setelah itu, ia kembali menjabat sebagai Redaktur Foto hingga tahun 2006. Selama berkarier di Kompas, Arbain Rambey berhasil membawa banyak perubahan dalam dunia foto jurnalistik di Indonesia. Ia tidak hanya bertugas sebagai fotografer, tetapi juga berperan dalam mengembangkan standar foto jurnalistik di Harian Kompas.

Sebagai seorang fotografer profesional, Arbain Rambey telah mengadakan berbagai pameran foto, baik secara tunggal maupun bersama fotografer lain. Beberapa pameran tunggalnya antara lain “Ekspresi” di Medan (2002), “Senyap” di Bentara Budaya Jakarta (2004), dan “Colour of Indonesia” di Galeri Cahya Jakarta (2004). Sementara itu, pameran bersama yang pernah diikutinya antara lain “Crossing Bridges” di Singapura (2004), “Persatoean” di Melbourne, Australia (2005), dan “Indonesia in 50 Pictures” di Kuwait City, Kuwait (2009). Karyanya yang unik dan penuh makna telah menjadikannya salah satu fotografer terbaik di Indonesia.

Selain aktif sebagai fotografer, Arbain Rambey juga dikenal sebagai pengajar dan mentor fotografi. Ia sering memberikan kuliah dan pelatihan di berbagai institusi pendidikan, seperti Universitas Sumatera Utara, Universitas Pelita Harapan, Universitas Multimedia Nusantara, dan Universitas Indonesia. Ia juga mengajar di Darwis School of Photography sejak 2003.

Sebagai seorang jurnalis yang telah menekuni fotografi selama puluhan tahun, Ketua Umum Pewarta Foto Indonesia (PFI, 1998-2001) kerap membagikan pandangannya tentang dunia fotografi dan jurnalistik. Ia percaya bahwa fotografi bukan sekadar alat untuk menangkap gambar, tetapi juga merupakan cara untuk menceritakan kisah. Foto yang baik, menurutnya, adalah foto yang memiliki makna dan dapat berbicara sendiri tanpa perlu banyak penjelasan.

Advertisement

Arbain Rambey dikenal dengan gaya fotografi yang khas, di mana ia mampu menangkap esensi dan keindahan dalam kesederhanaan. Ia memiliki keahlian dalam foto jurnalistik dan fotografi perjalanan, dengan fokus pada narasi visual yang kuat.

Beberapa prinsip utama yang sering ia bagikan adalah memahami komposisi, bermain dengan cahaya alami, menangkap momen yang bermakna, serta tidak bergantung pada peralatan mahal, karena esensi fotografi adalah bagaimana seorang fotografer melihat dan menangkap dunia di sekitarnya. “Siaplah untuk merekam kapan pun, di mana pun, karena rekaman yang tampaknya sederhana sekarang bisa sangat berharga 10 tahun kemudian,” ujarnya.

Arbain Rambey telah menerbitkan beberapa buku fotografi, salah satunya adalah “Mist of Time” yang diterbitkan di London pada Desember 2005 oleh penerbit Waterous and Co. Buku lainnya adalah “Adventure Smartphone Photography 2”, yang membahas teknik dan trik memaksimalkan kamera ponsel untuk fotografi.

Arbain Rambey pensiun dari Harian Kompas pada 31 Oktober 2019 setelah 29 tahun mengabdi. Namun, ia tetap aktif dalam dunia fotografi. Ia masih sering berkeliling Indonesia untuk mendokumentasikan keindahan alam dan budaya, serta membagikan pengalaman dan ilmunya kepada generasi baru fotografer. Pada tahun yang sama, ia menerima penghargaan “Lifetime Achievement Award” dari Anugerah Pewarta Foto Indonesia sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya terhadap dunia foto jurnalistik di Indonesia.

Selain tetap aktif dalam dunia fotografi, Arbain Rambey juga terus terlibat dalam berbagai proyek. Salah satu proyeknya setelah pensiun adalah menggarap buku fotografi untuk PLN. Ia juga masih sering diminta menjadi juri dalam berbagai kompetisi fotografi, termasuk lomba bergengsi seperti Piala Presiden. Ia percaya bahwa fotografi bukan hanya pekerjaan, melainkan cara hidup.

Selain itu, ia terus berbagi ilmu dengan generasi muda melalui seminar dan lokakarya. Foto-fotonya masih sering digunakan oleh berbagai media, termasuk salah satu foto pemakaman korban COVID-19 yang dipakai oleh media Australia. Arbain Rambey juga dikenal memiliki koleksi barang-barang unik, seperti patung kayu dan buku fotografi, yang ia kumpulkan karena kecintaannya pada seni dan dokumentasi.

Di era digital, Arbain Rambey aktif berbagi ilmu dan wawasan fotografi melalui berbagai platform media sosial seperti Instagram, Facebook, dan X (sebelumnya Twitter). Di Instagram, ia sering membagikan foto dan pengalaman dengan gaya yang ringan dan personal, menggunakan bahasa santai serta menyelipkan humor untuk membuat topik fotografi lebih mudah dipahami. Di Facebook, ia lebih sering menulis status yang panjang dan informatif, memberikan esai singkat tentang fotografi serta edukasi bagi komunitasnya. Sementara di X, Arbain Rambey lebih ekspresif dan spontan, sering menulis dengan kalimat pendek dan langsung ke inti pembicaraan, disertai respons singkat seperti “yoiii” atau “hahahaha”. Fleksibilitasnya dalam berkomunikasi di berbagai platform menunjukkan bagaimana ia menyesuaikan gaya berbicaranya dengan audiens yang berbeda, menjadikannya figur yang dekat dengan komunitas fotografi.

Pada tahun 2024, Arbain Rambey terlibat dalam kontroversi dengan fotografer Hasiholan Siahaan setelah mengunggah dua foto milik Hasiholan di Instagram dengan keterangan yang mempertanyakan keasliannya. Foto tersebut, yang diambil Hasiholan pada 2014 saat berada di pesawat carteran, menunjukkan pesawat Citilink melintas di bawahnya. Hasiholan merasa dirugikan karena foto itu adalah hasil jepretan asli yang diikutsertakan dalam kompetisi fotografi Citilink 2014. Merasa nama baiknya tercemar, Hasiholan melalui kuasa hukumnya melayangkan somasi kepada Arbain Rambey pada 25 Juli 2024, menuntut permintaan maaf terbuka dalam waktu 5×24 jam.

Arbain Rambey kemudian menyampaikan permintaan maaf melalui Instagram, mengakui kesalahannya, dan menghapus unggahan yang menjadi sumber kontroversi. Namun, Hasiholan menilai bahwa permintaan maaf tersebut belum sesuai dengan tuntutan dalam somasi pertama. Pada 2 Agustus 2024, pihak Hasiholan melayangkan somasi kedua atau somasi terakhir, disertai ancaman langkah hukum jika Arbain tidak memenuhi tuntutan yang diajukan. Kasus ini menarik perhatian komunitas fotografer dan jurnalis, mengingat keduanya merupakan profesional dengan rekam jejak panjang di dunia fotografi. Insiden ini juga menjadi pengingat akan pentingnya etika dalam bermedia sosial serta penghormatan terhadap hak cipta karya fotografi.

Terlepas dari kontroversi tersebut, Arbain Rambey tetap diakui sebagai salah satu fotografer paling berpengaruh di Indonesia, dengan kontribusi besar bagi perkembangan foto jurnalistik. Pengalaman dan dedikasinya dalam dunia fotografi telah memberikan inspirasi bagi banyak orang, baik melalui karya-karyanya maupun perannya sebagai mentor dan pengajar yang konsisten berbagi wawasan dan ilmu fotografi. (atur/TokohIndonesia.com)

Tips Fotografi dari Arbain Rambey

Sebagai seorang fotografer berpengalaman, Arbain Rambey sering membagikan tips fotografi untuk membantu para pemula maupun profesional meningkatkan kualitas foto mereka. Berikut adalah beberapa prinsip utama yang dia ajarkan:

  1. Fotografi adalah soal cerita

Menurut Arbain Rambey, foto yang baik adalah foto yang bisa menyampaikan cerita atau emosi kepada orang yang melihatnya. Sebuah foto jurnalistik harus bisa berbicara sendiri tanpa perlu banyak penjelasan.

  1. Perhatikan komposisi

Komposisi adalah kunci dalam fotografi. Gunakan teknik komposisi seperti rule of thirds, garis leading, atau framing alami untuk membuat foto lebih menarik.

  1. Cahaya adalah segalanya

Fotografi adalah seni menangkap cahaya. Arbain Rambey selalu menekankan pentingnya memahami pencahayaan alami maupun buatan. Ia menyarankan untuk mengambil foto pada golden hour (pagi atau sore) untuk hasil yang lebih dramatis.

  1. Gunakan perspektif unik

Jangan hanya mengambil foto dari sudut yang biasa. Cobalah bermain dengan sudut pandang yang berbeda – rendah, tinggi, atau bahkan dari sudut ekstrem untuk memberikan dimensi baru pada foto.

  1. Jangan terlalu bergantung pada alat

Banyak fotografer pemula berpikir bahwa kamera mahal akan membuat mereka lebih baik. Arbain Rambey menekankan bahwa teknik, kreativitas, dan insting lebih penting daripada alat yang digunakan. Bahkan kamera ponsel pun bisa menghasilkan karya luar biasa jika digunakan dengan benar.

  1. Tangkap momen, bukan hanya objek

Fotografi jurnalistik bukan sekadar mengambil gambar orang atau tempat, tetapi menangkap momen yang penuh makna. Oleh karena itu, fotografer harus selalu siap dengan kamera mereka untuk menangkap momen yang mungkin hanya terjadi sekali dalam seumur hidup.

  1. Edit secukupnya

Menurut Arbain Rambey, editan berlebihan bisa merusak esensi foto. Edit hanya untuk memperbaiki warna, pencahayaan, atau cropping, tanpa mengubah esensi asli dari gambar.

  1. Latihan dan eksplorasi

Satu-satunya cara menjadi fotografer yang lebih baik adalah dengan terus berlatih. Arbain Rambey menyarankan untuk mencoba berbagai genre fotografi seperti street photography, landscape, portrait, hingga makro untuk menemukan gaya yang paling cocok.

  1. Jangan takut bereksperimen

Eksperimen dengan teknik baru, warna, atau komposisi. Menurut Arbain Rambey, fotografer yang hebat selalu mencari cara baru untuk menyajikan sesuatu yang menarik dan berbeda.

Referensi:

  • Media Online: National Geographic Indonesia, Kompas, KompasTV, Media Indonesia, Wikipedia, YouTube, dan lainnya
  • Medsos Arbain Rambey

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini