Menggugah Kesadaran Moderat dalam Beragama
Haedar Nashir
Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si., atau yang akrab disapa Buya Haedar, adalah seorang ulama dan cendekiawan Indonesia berpikiran moderat yang menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah dua periode, yakni 2015-2022 dan 2022-2027. Alumnus S2 dan S3 Fisipol Universitas Gajah Mada dan Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan Muhammadiyah serta dalam berbagai kegiatan intelektual dan pendidikan di Indonesia.
Buya Haedar Nashir lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 25 Februari 1958. Perjalanan pendidikannya dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah Ciparay, Bandung, dan dilanjutkan ke SMP Muhammadiyah III serta SMA Negeri 10, Bandung. Selain itu, ia juga pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Cintawana, Tasikmalaya, Jawa Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Buya Haedar melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” di Yogyakarta, di mana beliau berhasil meraih gelar lulusan terbaik. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan pasca sarjana di Universitas Gadjah Mada, di mana ia berhasil meraih gelar S2 dan S3 dengan predikat cum laude.
Keterlibatan Buya Haedar dalam Muhammadiyah dimulai sejak tahun 1983, ketika ia dipercaya sebagai Ketua I Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Haedar Nashir kemudian menjabat berbagai posisi di internal Muhammadiyah, seperti Deputi Kader PP Pemuda Muhammadiyah dan Ketua Badan Pendidikan Kader (BPK) serta Pembinaan Angkatan Muda Muhammadiyah. Selain aktif dalam organisasi, Haedar Nashir juga menjadi Dosen Program Doktor Politik Islam di program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Pemimpin Redaksi majalah Sinar Muhammadiyah.
Karya tulis Haedar Nashir tersebar luas di berbagai media massa, termasuk dalam rubrik “Bingkai” majalah Sinar Muhammadiyah dan Harian Republika. Beliau juga dikenal sebagai penulis buku, di antaranya adalah buku berjudul “Muhammadiyah sebagai Gerakan Pembaharuan” yang dianggap sebagai rujukan penting dalam kajian Muhammadiyah.
Kepemimpinan suami dari Noordjannah Djohantini ini semakin diperkuat dengan pengetahuan dan keilmuannya yang mumpuni. Karier Haedar Nashir di Muhammadiyah pun makin meroket. Dari organisasi Pemuda Muhammadiyah, ia diberi amanah menjadi Sekretaris PP Muhammadiyah hingga salah satu ketua PP Muhammadiyah.
Puncaknya, ia terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah pada Muktamar ke-47 di Makassar pada tahun 2015, dan kembali terpilih untuk periode kedua pada Muktamar ke-48 di Solo pada tahun 2022. Keberhasilannya dalam memimpin Muhammadiyah adalah cerminan dari dukungan luas yang diterimanya dari para anggota Muhammadiyah.
Sebagai seorang ulama dan cendekiawan muslim, Haedar Nashir sering mengemukakan gagasan tentang prinsip moderasi. Dalam berbagai kesempatan, Haedar Nashir menekankan pentingnya moderasi sebagai landasan bagi kemajuan bangsa Indonesia. Buya Haedar meyakini bahwa Indonesia, dengan keragaman suku dan agama yang dimilikinya, telah memberikan contoh integrasi yang moderat dan damai. Islam, sebagai agama mayoritas di Indonesia, diterima dengan baik karena ajaran-ajarannya yang moderat. Muhammadiyah, sebagai bagian integral dari kerangka keagamaan Indonesia, juga diimbau untuk tetap mengutamakan sikap moderat dalam menjalankan misinya untuk mengembangkan kepercayaan akar rumput dan kesejahteraan umat.
Dengan pengalaman dan dedikasinya dalam memajukan Muhammadiyah serta pemikirannya yang moderat, Buya Haedar Nashir menjadi salah satu tokoh yang sangat dihormati dalam lingkup keagamaan dan intelektual di Indonesia. (roy, red)