Menteri Keuangan Terbaik 1989
JB Sumarlin
[ENSIKLOPEDI] Menteri Keuangan Republik Indonesia Prof. Dr. JB Sumarlin menerima penghargaan sebagai Menteri Keuangan Terbaik tahun 1989. Penghargaan sebagai “Finance Minister of The Year 1989” dianugerahkan Majalah Euromoney pada pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional di Washington, Senin 25/9/89.
Sebagaimana disiarkan pers dan TVRI dalam “Dunia Dalam Berita” dan “Laporan Khusus”, Selasa 26/9/1989, penghargaan itu diberikan karena Menkeu JB Sumarlin dinilai berhasil mengubah struktur ekonomi Indonesia, antara lain keberanian dan kekonsistenannya mentransformasikan system keuangan Indoensia, membuka sektor perbankan untuk persaingan dan mendinamisasi pasar modal yang sebelumnya telah macet lesu.
Pimpinan Majalah Euromoney mengatakan Sumarlin telah lama merintis perombakan sistim ekonomi Indonesia dari ketergantungan pada minyak kepada diversifikasi ekonomi nonmigas dan dari orientasi ekspor substitusi impor yang salah kaprah kepada orientasi ekspor yang tumbuh subur. Namun, Pemimpin Redaksi Majalah Euromoney itu lebih lanjut mengatakan, tentu bukan hanya Sumarlin yang berjasa. Tapi Sumarlin dinilai sebagai orang yang konsisten ikut mengambil inisiatif dan mengendalikan perubahan-perubahan ekonomi Indonesia.
Mengenai penghargaan yang diterimanya, Prof. JB Sumarlin mengatakan sebenarnya penghargaan itu bukanlah kepada dirinya, tetapi itu terutama kepada pemerintah dan rakyat Indonesia. Hanya dari kepemimpinan yang tepat dari Presiden Soeharto serta kerjasama dari teman sekerja dan dukungan masyarakat terhadap kebijaksanaan ekonomi nasional yang membuat ekonomi Indonesia memasuki pintu kemakmuran yang mulai dinikmati sekarang ini,’ kata JB Sumarlin.
Mengenai penghargaan yang diterimanya, Prof. JB Sumarlin mengatakan sebenarnya penghargaan itu bukanlah kepada dirinya, tetapi itu terutama kepada pemerintah dan rakyat Indonesia. Hanya dari kepemimpinan yang tepat dari Presiden Soeharto serta kerjasama dari teman sekerja dan dukungan masyarakat terhadap kebijaksanaan ekonomi nasional yang membuat ekonomi Indonesia memasuki pintu kemakmuran yang mulai dinikmati sekarang ini,’ kata JB Sumarlin.
Perubahan struktur dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tampaknya akhir-akhir ini makin menarik perhatian dunia internasional, terutama lembaga-lembaga keuangan internasional. Belum lama ini, Bank Dunia mengumumkan penilaian yang mengklasifikasikan Indonesia sebagai negara industri baru lapis kedua bersama Malaysia dan Thailand, berada setingkat di bawah Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura yang menduduki peringkat negara industri baru lapisan pertama. Penilaian Bank Dunia ini melahirkan kebanggaan, label prestisius. Tapi sekaligus akan menghadirkan tantangan-tantangan yang lebih berat.
Kemudian menyusul penghargaan yang diterima JB Sumarlin sebagai “Finance Minister of The Year 1989”, yang pada hakekatnya penghargaan itu adalah untuk pemerintah dan rakyat Indonesia, kembali mencuat kebanggan kita sekaligus mengajak kita untuk melihat bahwa kebijaksanaan ekonomi dan keuangan yang dilaksanakan pemerintah adalah baik dan tepat menurut penilaian Bank Dunia dan lembaga-lembaga di lua negeri. Tetapi tentu penilaian luar itu tak akan membuat kita terkesima dengan ukuran-ukuran penilaian luar itu saja. Melainkan kita akan tetap melihatnya dari struktur dan sistem ekonomi yang kita cita-citakan, yakni Demokrasi Ekonomi berdasarkan Pancasila.
Kalau kita menyelisik perjalanan ekonomi Indonesia, kita akan menyaksikan berbagai kebijaksanaan dan upaya yang dilakukan pemerintah untuk memacu lacu pertumbuhan yang tinggi, disertai dengan langkah pemerataan. Banyak keberhasilan dan tantangan yang dihadapi. Banyak orang Indonesia yang kaya raya dan bisa hidup bermewah-mewah tapi masih puluhan juta yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Inilah salah satu tantangan yang masih tampak sulit diatasi sampai saat ini.
Ketika harga minyak mulai anjlok di pasaran dunia, selain tantangan kesenjangan muncul tantangan yang makin besar. Indonesia kesulitan dana untuk melanjutkan pembangunan. Di sinilah para ahli, perencanaan dan penentu kebijaksanaan ekonomi kita mengambil kebijakan deregulasi dan debirokratisasi. Dimulai dengan deregulasi perbankan 1 Juni 1983, yang dapat kita sebut sebagai suatu awal dari suatu komitmen nasional untuk tidak hanya sekedar meningkatkan efisiensi tetapi sekaligus merubah struktur ekonomi kita.
Kemudian menyusul merubah kebijakan deregulasi dan debirokratisasi lain, seperti Undang-Undang Perpajakan 1 Januari 1984 dan 1 April 1985 pajak pertambahan nilai, menyusul Inpres 5/1984, Inpes 4//1985, Paket 6 Mei 1986, Paket 25 Oktober 1986, Paket 15 Januari 1987, Paket Desember 1987, Paket 27 Oktober 1988, Paket 21 November 1988 serta penyempurnaan Pakto 27 pada 25 Maret 1989.
Kebijakan-kebijakan itu ternyata telah menunjukkan keampuhannya untuk mengurangi biaya ekonomi tinggi, meningkatkan penerimaan di luar minyak dan gas bumi (pajak dan ekspor non migas), membuka persaingan bank dan menghidupkan pasar modal yang berhasil menghimpun dana masyarakat yang sebelumnya tidur. Pereknomian dan moneter Indonesia berhasil melampaui berbagai kesulitan. Dan di luar dugaan dunia luar, pada Pelita IV Indonesia masih mampu meraih laju pertumbuhan ekonomi 5 persen per tahun.
Hal ini mempersaksikan kepada kita betapa hebatnya pengaruh kebijakan para penentu politik dan ekonomi keuangan dalam mengatur gelombang kehidupan masyarakat dan negara. Lebih khusus, hal ini mempersaksikan kepada kita betapa pentingnya kebijakan yang mengatur stabilitas dan mendinamisasi sistem moneter. Uang penyandang peran yang hebat. Uang ternyata punya dinamika yang mampu menjelma sebagai sarana pengatur dinamika yang mampu menjelma sebagai sarana yang mengatur kehidupan sesuatu bangsa dan negara bahkan seluruh dunia. Lihat, kemerosotan nilai dolar AS terhadap beberapa mata uang asing, menimbulkan keguncangan konomi dan kehidupan banyak bangsa.
Maka dalam kesempatan ini kita patut mengucapkan selamat kepada Menteri Keuangan JB Sumarlin yang telah menerima penghargaan sebagai Menteri Keuangan Terbaik tahun ini, sebagai perantara penyampaian ucapan selamat kita kepada Presiden Soeharto dan para pembantunya.
Oleh Ch. Robin Simanullang | Tajuk Rencana SIB, Medan, Kamis 28 September 1989