Pimpin Lima Kapal Perang
Agus Suhartono
[ENSIKLOPEDI] Setelah lulus dari AAL, Letda TNI AL Agus Suhartono ditugaskan di berbagai kapal di Armada Timur. Sebagian besar waktunya, sejak berpangkat Letda sampai Kolonel berada di kapal. Diawali sebagai Perwira Divisi Komunikasi KRI Yos Sudarso, kemudian Padiv Kom KRI Sam Ratulangi dan Kadiv SBA KRI Slamet Riyadi.
Setelah itu, dia ditugaskan sebagai komandan di lima Kapal Perang Republik Indonesia (disingkat KRI). Dimulai sebagai Komandan KRI Kakap, Komandan KRI Sultan Thaha Syaifuddin, Komandan KRI Hasan Basri, Komandan KRI Sam Ratulangi, dan Komandan KRI Ki Hadjar Dewantara. Kemudian menjadi Komandan Gugus Tempur Laut Koarmatim.
Hidup lebih lama di laut dalam rangka tugas, membuatnya benar-benar seorang pelaut pejuang. Jauh di laut meninggalkan isteri, anak dan saudara. Berhari-hari dan berbulan-bulan ada di laut, tak terkecuali pada hari libur dan hari raya. Namun, dia tidak pernah mengeluh, merasa keberatan, apalagi berusaha menolak penugasan.
Bahkan pengalaman hidup lebih lama di laut tersebut justru dirasakannya memberikan banyak pelajaran menarik bagi kehidupannya. Pelajaran menarik dan berharga dari hidup di laut tersebut, antara lain: Pertama, menikmati betapa besar kekuasaan Tuhan, khususnya di lautan;
Kedua, jangan sekali-kali mencoba melawan arah. Tetapi harus menyiasati, mengikuti kondisi dan situasi alam agar bisa mencapai tujuan. Bermakna bahwa dalam kehidupan ini kita selalu berhadapan dengan suatu masalah, tetapi bagaimana kita berupaya berlayar di atas masalah tersebut untuk mencapai tujuan. Seperti tantangan alam lautan, tidak boleh dihindari, tapi jangan dilawan untuk mencari solusi yang paling baik. Hal itu mendidiknya supaya lebih matang lagi.
Ketiga, di kapal juga mendidik bagaimana bersosialiasi dengan pimpinan, dengan sesama (satu) pangkat, dan anak buah. Karena semuanya itu menjadi kehidupan yang harus disinergikan sedemikian rupa, sehingga menjadi satu kesatuan yang sangat baik. Artinya setiap orang memiliki peran tugas, kehidupan masing-masing, dan setiap orang punya masalah masing-masing. Namun demikian semuanya itu kalau tetap bisa disinergikan, tugas pokok itu akan bisa dicapai.
“…. bahwa dalam kehidupan ini kita selalu berhadapan dengan suatu masalah, tetapi bagaimana kita berupaya berlayar di atas masalah tersebut untuk mencapai tujuan. Seperti tantangan alam lautan, tidak boleh dihindari, tapi jangan dilawan untuk mencari solusi yang paling baik. Hal itu mendidiknya supaya lebih matang lagi.”
Selain itu, Agus Suhartono juga memetik beberapa pengalaman yang amat berkesan baginya selama bertugas di laut. Satu di antaranya adalah pengalaman bagaimana membawa prajurit di kapal itu untuk melaksanakan tugas walaupun pada saat lebaran, Idul Fitri, misalnya. Hal itu bukan main tantangannya. Bukan hal yang mudah untuk mengendalikan sejumlah prajurit yang harus mengahadapi situasi yang sedemikian. Di sisi lain, dia sendiri pun harus mengendalikan diri sendiri. Sebab, secara pribadi dia sendiri juga punya masalah keluarga. Hal mana dia harus mengatasi supaya keluarga bisa menerima apa adanya. Di sisi lain, anak buah pun harus diberikan pemahaman bahwa tugas harus dilakukan, sehingga harus membebaskan beban dari kondisi itu.
Lalu, dia pun membuat suatu kegiatan, agar anak buahnya (pasukannya) bisa menerima kondisi yang ada tanpa terlalu larut terhadap kondisi sentimentil di rumahnya masing-masing. Seperti, ketika lebaran dia bersama satu kapal pasukannya berada di lautan Makassar. Dia pun mencari kegiatan dengan menghubungi teman-teman agar berkenan menyediakan sembako untuk disumbangkan penduduk di pulau-pulau terpencil atau di sekitar.
Ternyata, sambutan teman-temannya cukup positif. Sembako itu dikumpulkan, dan dinaikkan ke kapal, lalu diantar ke pulau-pulau kecil sekitar Pulau Makassar dan pulau yang lain. Hal itu memberikan pemahaman tersendiri bagi prajurit, bahwa sebenarnya tidak hanya mereka yang mengalami jauh dari keluarga saat Idul Fitri, para penduduk di pulau terpencil itu juga mengalami bahkan lebih dari pada mereka (prajurit). Hal itu bisa membangkitkan semangat pasukannya.
Pengalaman lain yang amat berkesan baginya adalah pada saat ditugaskan membawa kapal dari Jerman ke Indonesia. Sebuah pelaayaran yang harus menempuh suatu perjalanan cukup berat karena harus melintasi samudera yang kebetulan cuacanya kurang bagus. Namun, seberat apapun tantangannya, sebagai seorang komandan dia harus kuat dan mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sehingga kapal tersebut selamat.
Pengalaman itu tidak mungkin pernah dia lupakan. Karena dalam kondisi laut ketika itu hanya sebagian kecil yang bisa bertahan di kapal. Sebagian pasukannya harus mengalami mabuk dan sebagainya. Tetapi, sebagai komandan, dia berusaha mengatasi bagaimana agar mereka tetap bisa ikut bertahan. Dia pun memberikan semangat agar mereka bisa melaksanakan tugas.
Dalam setiap penugasan, Agus selalu berupaya mengabdikan diri secara masimal. Sepanjang karirnya dia telah melaksanakan beberapa penugasan dengan baik, di antaranya: Operasi Duta Samudera II dalam rangka Muhibahn ke Australia, Selandia Baru, Fiji dan Papua Niugini (1978-1979); Operasi Halilintar dalam rangka Penanggulangan Pengungsi Vietnam di Perairan Natuna (1980); Operasi Penyeberangan KRI Slamet Riyadi dari Belanda ke Indonesia (1986); Operasi Aru Jaya dalam rangka Penegakan Hukum di Laut Arafura (1991); Operasi “Bedes” dalam rangka Mencegah Kapal Lusitania Expresso milik Portugis memasuki wilayah Timor Timur (1995); Operasi Penyeberangan KRI Hasan Basri dari Jerman ke Indonesia (1995); Latihan Armada Jaya (1998 dan 2002); Operasi Bhakti Surya Bhaskara Jaya (1998); Western Pacific Naval Symposium di Jepang (1999); Western Pacific Naval Symposium di Papua Niugini (2001); Komandan Gugus Tugas Operasi Muhibah ke Perth, Australia (2004); Komandan Gugus-Tugas Pengadaan Kapal Perang tipe Korvet kelas SIGMA (2005 dan 2006); dan Kepala Staf Komando Tugas Gabungan (Kastaf Kogasgab) pada Latihan Operasi Gabungan TNI (2008).
Selain itu, Agus telah bertugas melakukan kunjungan resmi ke sejumlah besar negara sahabat, baik di Kawasan Asia, Australia, Eropa maupun Amerika-Serikat. Penulis: Ch. Robin Simanullang | Bio TokohIndonesia.com