Ingin Pendidikan yang Berbudaya
Wiendu Nuryanti
[DIREKTORI] Guru Besar Universitas Gajah Mada ini dikenal aktif memajukan bidang pariwisata dan kebudayaan Indonesia dari dunia kampus. Berkat kiprahnya itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk peraih bintang Satyalancana Karya Satya ini menjadi Wakil Menteri Bidang Kebudayaan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Wiendu Nuryanti, lahir di Yogyakarta, 15 Mei 1959, menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1982. Kemudian, ia melanjutkan S2 Architecture and Urban Planning di University of Wisconsin di USA, tahun 1987. Setelah itu, ia berhasil meraih gelar doktor Tourism and Regional Development, di Surrey University and Bournemouth University, England di tahun 1998.
Istri dari David Sanders PhD (asal Kanada) ini memiliki banyak pengalaman di bidang pariwisata dan kebudayaan. Diantaranya banyak terlibat di Departemen Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dalam memberikan pelatihan, kursus, seminar dan lokakarya untuk memajukan pariwisata dan kebudayaan di Indonesia. Oleh karena itu, ia mendapat penghargaan Satyalancana Karya Satya dari Presiden RI pada tahun 2002. Selain itu, ia menjadi Tokoh Pariwisata Berprestasi Pilihan PWI Cabang Yogyakarta (SIWATA) pada 1999, British Chieveing Award (1994) dan Marshall Award (Marshall Foundation) Bidang Permuseuman (1985).
Penyatuan kembali bidang pendidikan dan kebudayaan harus disambut baik karena kedua bidang tersebut dapat diintegrasikan. Jika kebudayaan masuk ke kurikulum harus bersinergi dengan pendidikan. Kebudayaan dalam hal ini berarti nilai dan peradaban untuk membangun karakter bangsa dan manusia berkarakter.
Pengalaman dan pergaulannya di bidang kebudayaan dan pariwisata menjadi modal besar dalam mengemban amanah yang dipercayakan padanya. Sebelum menjabat Wakil Menteri Bidang Kebudayaaan, Wiendu adalah seorang Guru Besar Ilmu Arsitektur Jurusan Teknik Arsitektur di UGM. Terkait pemilihan dirinya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Wakil Menteri di bidang Kebudayaan, Wiendu mengatakan, ada tiga pesan penting yang disampaikan Presiden kepadanya.
Pesan itu, bahwa kebudayaan perlu mendapatkan ruang sangat sentral sebagai pilar terpenting dalam pembangunan berbangsa dan bernegara. Selain itu, Kementerian sangat perlu merumuskan kebijakan yang nantinya akan diikuti program-program strategis dan lebih menyeluruh. Tentunya, sebagai Wamen, dia akan bekerja sama dengan Wamen Bidang Pendidikan, untuk membantu Menteri Pendidikan Muhammad Nuh.
Lebih jauh Wiendu Nuryanti menjelaskan rencananya soal program kinerja sebagai Wakil. Pertama, ia akan banyak memasukkan kebudayaan yang membangun karakter bangsa dalam kurikulum pendidikan saat ini. Sebab, selama ini muatan kebudayaan dinilai sangat minim dalam kegiatan pendidikan. Minimnya akses muatan kebudayaan dalam kegiatan pendidikan tampak dari tidak adanya pilihan dalam pelajaran untuk mengambil mata pelajaran bahasa Batak dan Jawa. Begitu pula dalam ekstrakurikuler untuk menari juga belum disediakan di semua sekolah.
Wiendu mengatakan, penyatuan kembali bidang pendidikan dan kebudayaan harus disambut baik karena kedua bidang tersebut dapat diintegrasikan. Jika kebudayaan masuk ke kurikulum harus bersinergi dengan pendidikan. Kebudayaan dalam hal ini berarti nilai dan peradaban untuk membangun karakter bangsa dan manusia berkarakter.
Untuk merealisasikan hal itu yang perlu diupayakan adalah payung yang tertinggi, yakni Undang-Undang Kebudayaan, termasuk menyusun cetak biru pembangunan kebudayaan sebagai panduan dan arah kebijakan kebudayaan dalam 15-20 tahun ke depan. Dalam cetak biru itu juga terdapat lima pilar penting yang menjadi dasar. Pilar itu seperti, pilar karakter dan jati diri, pilar sejarah, warisan, dan karya budaya, pilar diplomasi budaya, pilar pembangunan sumber daya manusia dan kelembagaan budaya, serta pilar sarana dan prasarana budaya.
Wiendu berharap cetak biru tersebut diharapkan selesai pada akhir 2011. Nantinya, jika kebudayaan masuk dalam kurikulum, kekuatan lokal akan tumbuh subur. Sedangkan, untuk penyusunan cetak biru tersebut, akan dilakukan pemerintah bersama kalangan akademisi, budayawan, seniman dan pekerja seni.
Menurutnya, di tahap awal akan dilakukan kajian apakah kebudayaan akan masuk dalam pelajaran pilihan atau wajib melalui kegiatan lintas budaya. Selain itu, akan dikaji pula adanya kemungkinan pertukaran dari satu etnik ke etnik lain dan adanya rancangan bagi siswa wajib mengunjungi museum. “Kemungkinan yang bisa direalisasikan lebih dulu dan bisa terintegrasikan adalah siswa wajib mengunjungi museum,” kata Wiendu.
Selain itu, ibu satu putra, Gandewa Pradana Theodore Sanders ini juga berencana, Kemendikbud akan ikut mengevaluasi peredaran film di tahun 2012. Wiendu Nuryanti mengatakan, berdasarkan Pasal 1 UU Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman, kementerian yang mengurusi tentang film adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jadi, mulai tahun 2012, Kemdikbud akan ikut mengevaluasi peredaran film.
Seperti diungkapkan Wiendu, peredaran film saat ini sangat mendesak untuk ditata ulang. Institusi yang paling menentukan terhadap peredaran film yang bermutu adalah lembaga sensor film. Jelasnya, sedang ada pemetaan kemampuan apa yang harus ada di tangan para tenaga sensor. Usai melakukan pemetaan, seluruh tenaga sensor tersebut akan menjalani sertifikasi. Sebagai langkah awal mengevaluasi peredaran film, Kemdikbud akan mempertemukan sineas film bersama pemerintah melalui media diskusi dan akan memperbanyak film-film pendidikan. Misalnya, film-film dokumenter tentang kehidupan anak atau guru yang bekerja di daerah pedalaman. Termasuk film yang bertemakan pada pembangunan karakter seperti film kepahlawanan.
Selanjutnya ia menjelaskan, film termasuk seni yang tidak mungkin dibatasi secara keras. Namun, perlu waktu untuk menata agar film yang beredar dapat masuk sebagai konsumsi budaya. Pekerja film juga tidak dapat membatasi peranan pemerintah akan hal ini karena industri film saat ini juga masih membutuhkan asupan subsidi dari pemerintah.
Sisi manusiawi dari mantan Guru Besar UGM ini juga menarik untuk diketahui. Di sela-sela kesibukannya sebagai Wakil Menteri, ia ternyata tetap tidak meninggalkan kodratnya sebagai seorang ibu. Ia tetap mengutamakan anak, seperti rutin berkomunikasi di setiap kesempatan, menanamkan perilaku baik sejak dini dan berlibur bersama. Untuk komunikasi dengan putranya, biasanya ia melakukannya lewat ponsel. Sekadar untuk bertanya, mulai dari sudah makan atau belum, sampai apa saja yang dilakukan di sekolah dan di rumah.
Saat liburan, Wiendu juga sangat senang berlibur bersama anaknya ke berbagai tempat di dalam maupun luar negeri. Karena hobi travelling, alhasil 30 negara sudah pernah dikunjunginya. Selain itu, dari sekian banyak tempat yang dikunjungi, ia mengaku memiliki 2 tempat favorit yaitu kota Venezia (Italia) dan Yogyakarta. Alasannya, Venezia unik karena memiliki kota terapung di air, sedangkan Yogyakarta adalah tempat kelahirannya.
Di samping itu, dalam mendidik buah hatinya, Wiendu sedari dini selalu mengajarkan berbagai perilaku dan sikap yang baik kepada putranya. Diantaranya, sikap menghargai orang lain. Misalkan jika diberi sesuatu oleh orang lain maka anak itu harus mengucapkan terimakasih. Begitu juga ketika bersalah harus mau mengaku dirinya bersalah. Menurut Wiendu, hal itu dilakukannya agar ketika dewasa, anak sudah terbiasa untuk berbuat baik, peduli dan peka terhadap orang lain. guh, red