Pendiri Sekolah Tari Namarina
Nanny Anistasia Lubis
[DIREKTORI] Nanny Anastasia Lubis, puteri Batak kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 24 November 1926, pendiri sekolah tari (balet dan senam) terkemuka di Indonesia, Namarina (30 Desember 1956). Dia memimpin Namarina sampai akhir hayatnya, 1993. Kemudian puterinya, Maya Tamara, mengambilalih tongkat estafet kepemimpinan Namarina.
Pada mulanya, Nanny mendirikan dan mengelola Namarina Dancing di bawah Yayasan Namarina, yang didirikannya. Namun, yayasan itu kemudian diubahnya menjadi usaha perorangan. Sebab, sekolah yang dikelola yayasan ternyata sulit, karena pengurusnya lebih dari seorang.
Nanny, anak kedua dari tiga bersaudara, ini menggunakan nama Namarina, yang diambil dari bahasa Tapanuli, (arti harfiah: yang beribu) bermakna ”dipersembahkan kepada ibunda”. Walaupun pada mulanya sang ibu tidak senang Nanny aktif dalam olahraga dan tari. Tapi dia merasa dukungan dan jasa ibunya sangat besar dalam perjalanan hidupnya.
Nanny sudah gemar menari sejak usia 12 tahun (1938). Dia sering mengunci diri latihan tari secara diam-diam di depan cermin, setelah pulang sekolah. Apalagi pada saat menjelang pesta kenaikan kelas di sekolahnya Eerste Europese Lagere School, Jakarta. Penontonnya kebanyakan orang Belanda.
Suatu ketika seorang penonton Belanda itu mengumpat, ”Lho, ada orang hitam turut menari? Tapi, koq paling bagus?” Mendengar hal itu, Nanny dongkol meski di sisi lain ada rasa senang mendapat pujian. Hal itu, membuat Nanny semakin giat berlatih.
Kemduian, tahun 1954, atas dukungan orangtuanya, Nanny belajar di Teachers Training Courses Ballet & Gymnastics, Hamburg, Jerman Barat. Kemudian ke Singapura, Jepang, dan Inggris. Sepulang dari negara-negara itulah dia mendirikan Namarina, di Jalan Cimahi 18, Jakarta.
Sejak didirikan, nama Namarina langsung melejit. Namarina juga mengajar aerobik disko, dengan gerak-gerak yang diciptakan sendiri. Hampir setiap tahun mementaskan karya-karyanya di beberapa kota, terutama Jakarta dan Bandung. Bahkan sejak 1981, Maya Tamara, putri bungsunya, lulusan London, 1980, pun bergabung menjadi pimpinan artistik. Sejak itu, semua ciptaannya di bawah pengawasan Maya.
Dalam rangka setenga abad Namarina, Maya menyelenggarakan pertunjukan bertema Pointe of No Return di Gedung Kesenian Jakarta, 30 Desember 2006 dan 20-21 Januari 2007.
Menurut Maya Tamara, Pimpinan dan Direktur Artistik Namarina, Pointe of No Return menggambarkan perjalanan NAMARINA 50 tahun dalam 3 rentang waktu : THE BEGINNING – THE GROWTH – THE FUTURE. Repertoar ini berkolaborasi dengan iringan piano ‘ duo Iravati & Aisha-YPM’ serta ‘Indonesian Traditional Music Performance oleh Irwansyah Harahap-SUARASAMA’, dan kostum yang di desain oleh Ary Seputra. e-ti