Peneliti Politik Luar Negeri
Dewi Fortuna Anwar
[DIREKTORI] Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI ini aktif menulis isu-isu yang berkaitan dengan kebijakan luar negeri Indonesia, politik dan keamanan ASEAN, dan hubungan sipil-militer di Indonesia. Selain menjadi Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia, ia pernah menjadi juru bicara Presiden BJ Habibie, Asisten Menteri Sekretariat Negara Bidang Hubungan Luar Negeri, Direktur Kegiatan dan Penelitian di Habibie Centre dan Deputi Sekretariat Wapres Boediono Bidang Politik.
Dibesarkan oleh orangtua yang keduanya dosen, Dr. Dewi Fortuna Anwar, MA mengaku sejak kecil sudah bercita-cita bergerak di bidang ilmu pengetahuan. Tapi jalan yang dipilihnya tak persis seperti kedua orangtuanya itu. Setelah meraih gelar sarjana, persisnya sejak Maret 1984, ia pun mewujudkan cita-citanya itu dengan mengabdi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai peneliti.
Perempuan yang lahir di Bandung, Jawa Barat 22 Mei 1958 ini benar-benar menekuni profesinya. Berkat dukungan keluarganya, ia pun berhasil meraih berbagai prestasi di lembaga tersebut. Pada tahun 1996 misalnya, pemilik nama lengkap Dewi Fortuna Khaidir Anwar ini mendapat penghargaan sebagai Peneliti Muda Terbaik di bidang riset dan penelitian. Pada tahun 2000, ia mendapat predikat sebagai Ahli Peneliti Utama (APU) Puslitbang Politik dan Kewilayahan. Itulah sebabnya, di belakang namanya mendapatan tambahan gelar: Dr. Dewi Fortuna Anwar, MA.APU.
Karir Doktor (Ph.D) dari Monash University, Melbourne, Australia, BA (Hons) tahun 1990 ini terus menanjak. Pada masa pemerintahan presiden BJ Habibie tahun 1998, ia diangkat menjadi Asisten Wapres untuk urusan politik internasional.
Dari Kantor Wapres, ia kemudian diangkat menjadi Asisten Mensesneg Bidang Hubungan Luar Negeri pada Agustus 1998 hingga November 1999. Dan sejak 25 Oktober 2010, ia kembali diangkat menduduki jabatan Deputi Sekretariat Wakil Presiden Bidang Politik.
Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Indonesia dan pernah menjabat Direktur Kegiatan dan Penelitian di Habibie Centre ini tidak hanya dikagumi di di lingkup nasional. Di kancah internasional, istri dari Yos Rizal Anwar ini pernah diminta menjadi peneliti tamu pada the Institute of Southeast Asian Studies di Singapura pada tahun 1989. Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Penasehat PBB tentang Pelucutan Senjata. Ia bahkan pernah menjadi profesor tamu CV Starr pada Southeast Asian Studies di the SAIS (Johns Hopkins University), di Washington DC Amerika Serikat pada Januari-Mei 2007.
Analisis dan pandangan politik wanita yang pernah menjadi anggota Dewan Penasehat Center for Information and Development Studies (CIDES) ini diakui oleh berbagai pihak cukup baik. Ketika baru saja mendapat tugas sebagai Deputi Sekretariat Wakil Presiden Bidang Politik, misalnya, Wakil Presiden Boediono mengaku sudah merasa cukup terbantu atas keberadaan Dewi. Menurut Boediono, ada dua kalimat filosofis yang dikemukakan Dewi mengenai kepemimpinan, yakni: Seorang pemimpin haruslah melakukan sesuatu dengan benar (to do things right) dan melakukan sesuatu yang benar (to do the right thing). Disebutkan, untuk melakukan sesuatu dengan benar, seorang pemimpin harus mempunyai kompetensi. Kompetensi itu tidak harus sampai ke soal-soal detil. Namun, seorang pemimpin wajib menguasai logika besar dari target yang hendak dicapai.
Sebagai pengamat politik internasional, analisis ibu dari dua anak ini sering dijadikan rujukan. Misalnya, tentang kejatuhan Presiden Mesir Hosni Mubarak pada Februari 2011 lalu, Dewi Fortuna Anwar mengatakan, kejatuhan Mubarak itu mirip kejatuhan Presiden Soekarno di Indonesia. Alasannya, keduanya sama-sama diambil alih militer dalam masa transisi. Pada 1965 dan 1966, masyarakat sipil dan mahasiswa Indonesia bekerjasama dengan militer untuk menjatuhkan Soekarno yang terlalu lama berkuasa. Pada awalnya militer terbuka dan demokratis, tapi lama kelamaan justru membangun pemerintahan militer lebih dari tiga dekade. Kemudian lingkungan global juga berubah. Tahun 1966 itu kemenangan kudeta militer di mana-mana.
Analisis dan pandangan politik wanita yang pernah menjadi anggota Dewan Penasehat Center for Information and Development Studies (CIDES) ini diakui oleh berbagai pihak cukup baik. Ketika baru saja mendapat tugas sebagai Deputi Sekretariat Wakil Presiden Bidang Politik, misalnya, Wakil Presiden Boediono mengaku sudah merasa cukup terbantu atas keberadaan Dewi. Menurut Boediono, ada dua kalimat filosofis yang dikemukakan Dewi mengenai kepemimpinan, yakni: Seorang pemimpin haruslah melakukan sesuatu dengan benar (to do things right) dan melakukan sesuatu yang benar (to do the right thing).
Pengunduran diri Mubarak ini, menurut Dewi, merupakan awal dari perjalanan panjang masyarakat Mesir. Konflik-konflik yang terjadi di Mesir masih akan cukup tinggi. Sejarah nantinya yang akan melihat apakah Mesir akan kembali jatuh ke tangan diktator seperti di Indonesia yang jatuh ke tangan militer atau berhasil membentuk pemerintahan sipil.
Masa depan Mesir saat ini (Februari 2011) tergantung dari tokoh Mesir untuk menyatukan persepsi. Tokoh-tokoh Mesir yang ada seperti El Baradei dan Amr Moussa lebih dikenal dunia internasional dibandingkan rakyat Mesir. Berbeda dengan Indonesia yang saat Soeharto lengser, mempunyai tokoh-tokoh oposisi yang kuat di akar rumput seperti Megawati, Amien Rais dan Gus Dur. “Di Indonesia telah ada organisasi seperti NU dan Muhammadiyah sebelum Indonesia merdeka, sedangkan di Mesir tidak ada organisasi seperti ini. Tugas tokoh-tokoh Mesir harus dapat menyatukan masyarakat Mesir untuk membangun pluralisme dan political society,” ujarnya.
Selain tentang Mesir, Dewi juga sebelumnya pernah memberikan pandangan cukup menarik mengenai ASEAN dan pidato Presiden AS Barack Obama ketika berkunjung ke Indonesia. Mengenai ASEAN, Dewi pernah menyampaikan pandangan bahwa kawasan ini bisa membangun perekonomian yang lebih baik pada tahun-tahun mendatang. Menuju hal tersebut, langkah yang harus ditempuh adalah dengan mengidentifikasi industri bersama, mana yang akan dibangun. Dan yang dibutuhkan ASEAN dalam waktu dekat adalah pembangunan infrastruktur yang menghubungkan negara-negara maju dan kurang maju di Asia Tenggara. Selain itu, perlu pembangunan infrastruktur antara kawasan Indonesia Barat dan Timur yang diwujudkan melalui koridor ekonomi ASEAN. ASEAN sendiri akan bersatu ke dalam sebuah Komunitas Ekonomi pada 2015.
Sementara mengenai pidato Presiden AS Barack Obama saat berkunjung ke Indonesia, Dewi menyebut bahwa pujian Obama ketika itu merupakan sindiran bagi Pemerintah Indonesia. Pujian Obama itu sebenarnya merupakan tuntutan agar Indonesia tidak berpuas diri dengan pencapaian sekarang. “Kita senang dengan pujian itu tapi kita harus bertanggung jawab untuk merealisasikan keadaan yang lebih baik,” kata Dewi.
Setidaknya ada tiga hal yang dikatakan Obama soal Indonesia, yakni Indonesia dinilai sebagai kekuatan ekonomi dunia baru. Itu terbukti dengan duduknya Indonesia di kelompok negara G-20. It artinya, Indonesia diminta memberikan solusi terhadap persoalan ekonomi global. Kedua, soal demokrasi, Indonesia dinilai Obama sukses menerapkan sistem demokrasi. Di situ, Obama juga menuntut Indonesia untuk memainkan perannya mendorong demokrasi di Asia Tenggara. Terakhir, Obama memuji soal kerukunan beragama di Indonesia. Itu juga merupakan tuntutan kepada Indonesia untuk benar-benar merealisasikan hal tersebut. Sebab, gesekan antar umat beragama masih kerap terjadi. eti | ms-mlp