Penerus Dinasti Soekarno
Puan Maharani
[DIREKTORI] Terlahir dalam keluarga politisi membuat ia sejak kecil sudah terbiasa dengan hingar bingar panggung politik. Kakeknya, Soekarno, proklamator Republik Indonesia, serta ibunya Megawati Soekarnoputri, Presiden RI kelima sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan. Kini, ia semakin mantap terjun ke panggung politik bersiap diri menjadi penerus dinasti Soekarno.
Dalam kampanye di Jawa Timur beberapa tahun lalu, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri secara resmi memperkenalkan putri tunggalnya, Puan Maharani, sebagai penerusnya kepada publik.
Dalam kesempatan yang sama, Puan, demikian panggilan akrab Puan Maharani, dengan masih agak malu-malu, dalam orasinya ketika itu meminta kesediaan kader dan simpatisan partainya untuk mendukung dirinya dalam meneruskan perjuangan eyangnya Bung Karno dan ibundanya Megawati Soekarnoputri.
Ayo dukung saya, juga dukung ibu saya sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan untuk dimenangkan pada Pilpres 2009 mendatang,” kata Puan dalam orasi singkatnya pada kampanye yang digelar 16 Juli 2008 itu.
Itulah kemunculan Puan pertama kalinya di depan publik sebagai politisi. Tapi di tubuh Partai Indonesia Perjuangan (PDI-P), ia sebelumnya telah terpilih menjadi Ketua DPP Bidang Perempuan dan Anak untuk periode 2005-2010.
Seiring dengan perjalanan waktu, Puan semakin terlibat dalam proses politik. Pada masa pemilihan presiden tahun 2009, Puan terlibat aktif di Mega Center, lembaga yang menangani pemenangan Megawati jadi presiden, walaupun menurutnya posisinya itu hanya sebagai observer. “Ya, kerjanya keliling. Dengerin orang ngomong melulu dari pagi sampai malam,” katanya. Puan membantu sekuat tenaga ibunya agar menjadi presiden kedua kalinya. “Saya harus membantu. Betapa pun, beliau ibu saya,” katanya.
Wanita kelahiran Jakarta, 6 September 1973 ini merupakan anak ketiga Megawati Soekarnoputri, atau anak pertama Megawati dari suaminya Taufiq Kiemas. Terlahir dalam keluarga politisi membuat Puan sejak kecil sudah terbiasa dengan hingar bingar panggung politik. Selain dirinya, dua kakak tiri Puan yakni M Rizki Pratama dan Prananda Prabowo juga terjun di dunia yang sama. Tapi, dari dua saudara laki-lakinya itu, nama Puanlah yang paling dikenal luas masyarakat.
Hal tersebut memang tidak terlalu mengherankan, karena saat ibunya, Megawati, menjadi Presiden RI pada periode 2001-2004, ia selalu berada di samping ibunya, baik saat melakukan kunjungan resmi ke daerah maupun ke luar negeri. Sehingga tanpa disadari, aktivitas itu telah memperkenalkan Puan Maharani ke panggung politik.
Dengan mendampingi sang bunda, Puan semakin familiar di kalangan masyarakat, teristimewa pada masyarakat politisi. Di samping melakukan kunjungan-kunjungan, istri dari Happy Hapsoro ini pun beberapa kali pernah dipercaya sang ibu melakukan kegiatan sosial. Dari situ, ia juga kemudian belajar banyak mendekati ‘wong cilik’.
Ibu dua anak yang hobi menari Jawa ini beberapa kali menjadi duta Megawati untuk mengirim bantuan bagi para korban bencana mulai dari Sabang sampai Merauke. Sering kali, saat memberikan bantuan itu, Puan menyatakan bahwa dirinya diutus Megawati.
Penuturan Megawati sendiri, Puan Maharani ini seperti bersekolah di partai. “Ia mengikuti saya dari peristiwa Kongres Luar Biasa PDI di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, pada 1993. Saat peristiwa 27 Juli 1996, ia juga ikut membantu dapur umum di Kebagusan,” papar Megawati dalam suatu kesempatan.
Karir politik Puan, sarjana komunikasi Universitas Indonesia ini semakin berkibar saat ia terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014. Ia menjadi anggota DPR dari PDI Perjuangan bernomor urut satu dari Dapil V Jateng (Solo, Sukoharjo, Klaten, Boyolali). Dengan raihan suara sebesar 242.504, ia melenggang ke Senayan.
Di dalam kepengurusan PDIP, pada tahun 2010 lalu ia kembali dipercayakan satu jabatan lagi, yakni anggota DPP Bidang Politik dan Hubungan Antar Lembaga untuk lima tahun ke depan.
Mengingat nama Puan sebelumnya agak jarang dipublikasikan, maka ketika Puan menunjukkan keseriusannya terjun ke kancah politik melalui majunya dia menjadi calon legislatif pada pemilu 2009 lalu, tak urung sempat membuat sejumlah pihak menuding Puan semata-mata hanya bertujuan untuk melanggengkan dinasti Soekarno. Namun melihat aktivitas Puan di bidang politik seperti dituturkan Megawati di atas, ternyata apa yang dituding orang itu tidak sepenuhnya benar.
Terlepas dari situ, seperti kata Megawati, dinasti politik juga tidak semuanya buruk. Keluarga Kennedy di Amerika Serikat atau Nehru di India adalah contoh dinasti yang baik. “Jika saya maju, masak anak saya tidak boleh karena dianggap nepotisme? Bagaimana pembentukan kader baru? Jika anaknya tidak pernah aktif, kerjanya foya- foya, bolehlah dikomplain,” kata Megawati.
Nama besar orang tua memang tidak mungkin dipisahkan dari keberhasilan Puan di kancah politik nasional. Namun, Puan sendiri tampaknya memang ingin membuktikan bahwa dirinya mampu dan layak menjadi politisi handal sekaligus jadi wakil rakyat yang bertanggung jawab. e-ti | muli, red