Srikandi Cantik Mahir Berbisnis

Naomi Susan
 
0
567
Lama Membaca: 8 menit
Naomi Susan
Naomi Susan | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Sejak usia 22 tahun, ia menjadi pemegang saham sekaligus pemimpin sebuah perusahaan membership terkemuka di Indonesia. Berkat keahlian dan inovasinya di bidang marketing, lahir belasan perusahaan baru yang merambah ke berbagai jenis usaha seperti biro perjalanan dan penerbangan, properti, restoran dan kafe, hingga bisnis salon kecantikan. Lulusan Marketing Communication, University of Portland, Oregon, Amerika Serikat, ini sudah mengantongi banyak penghargaan diantaranya Indonesian Best Executive Award 2005, Cipta Karya Abdi Persada Award 2002 dan ASEAN Entrepreneur Golden Award 2002.

Semasa kecil, Naomi yang lahir di Medan, 15 Januari 1975 dikenal sebagai gadis tomboy dan sedikit nakal. Layaknya gadis tomboy, penampilannya pun lebih menyerupai anak laki-laki ketimbang anak perempuan. Hampir setiap hari, putri pasangan Endang S Sukandar dan Suyenti ini selalu berulah. Akibat kenakalannya itu, Naomi kerap mendapatkan hukuman dari ayahnya. “Saya sering disabet pakai sabuk papa karena nakal dan tomboy,” kenang Naomi seperti dikutip dari situs Tabloid Realita. Bahkan suatu kali, ia juga pernah membuat kakaknya terjatuh dan luka-luka.

Hukuman itu bukan dimaksudkan orangtuanya untuk menyakiti melainkan untuk memberikan efek jera bagi Naomi. Kenakalan dan hukuman yang diberikan oleh papa itu masih terkenang dan menjadi kenangan manis saya,” ujar wanita yang hobi traveling ini.

Meski kini ia dikenal sebagai pengusaha sukses, Naomi bukanlah wanita yang terlahir dalam keluarga yang berkecukupan. Sebaliknya ia tumbuh di tengah-tengah keluarga yang sederhana. Ayahnya hanya seorang pengusaha makanan kecil. Sedangkan sang ibu adalah ibu rumah tangga yang kerap membantu usaha suaminya.

Kondisi keluarganya yang tak terlalu berlimpah materi seperti itu sempat membuat anak ketiga dari empat bersaudara ini menggerutu dan sempat bertanya-tanya dalam benaknya. “Kenapa saya dilahirkan di sebuah keluarga yang tidak seperti teman-teman saya rasakan, berkecukupan dan bahagia?” ungkap Naomi kecil kala itu. Namun, Naomi masih bersyukur karena berkat kerja keras orangtuanya, ia dan tiga saudara kandungnya mampu mengenyam pendidikan layak. Seiring berlalunya waktu, pertanyaan yang sejak kecil berada di pikirannya akhirnya terjawab. “Tuhan sengaja menempatkan saya di keluarga sederhana agar saya menjadi anak yang paling kuat,” tutur Naomi dengan tegas.

Dalam mendidik anak-anaknya, kedua orangtua Naomi selalu memberikan kebebasan asalkan dibarengi dengan rasa tanggung jawab. Saat masih bersekolah, Naomi tak pernah dipaksa untuk belajar setiap hari. Kendati demikian, ayah dan ibu Naomi selalu menanamkan rasa malu pada anak-anaknya bila prestasi di sekolah jeblok. Dengan begitu, rasa tanggung jawab mulai tumbuh dengan sendirinya dalam diri Naomi, kedua kakak, serta adiknya.

Dari tanah kelahirannya di Medan, Naomi kerap berpindah tempat tinggal mengikuti bisnis ayahnya. Selain pernah tinggal di Surabaya, ia juga pernah tinggal di Semarang. Di ibukota provinsi Jawa Tengah itu, ia sempat bersekolah di SD Canisius, Poncol, selama beberapa tahun. Dari Semarang, Naomi dan keluarganya hijrah ke Jakarta. Di kota metropolitan ini, ia melanjutkan pendidikannya hingga tingkat SMA.

Semasa sekolah, alumni SMA Santo Anthony, Jakarta ini termasuk siswa yang berprestasi. Meski bukan tipe kutu buku dan tak suka menghapal, ia selalu berada di ranking tiga besar. “Di kelas, saya lebih suka mendengar dan menjadi mengerti,” lanjutnya singkat. Selain pintar dalam bidang akademis, sejak remaja Naomi juga sudah menunjukkan bakatnya di dunia bisnis. Ia kerap membantu tantenya berjualan tanah di daerah Jonggol, Jawa Barat.

Karena kecerdasannya dan ditambah lagi dengan kondisi keuangan keluarga yang makin membaik, Naomi berkesempatan untuk melanjutkan kuliah di University of Portland, Oregon, Amerika Serikat. Di universitas itu, ia memilih bidang studi marketing communication karena ingin menjadi wanita karir.

Setelah menyelesaikan studinya, wanita berkulit putih ini kembali ke Tanah Air untuk mengaplikasikan ilmunya di dunia bisnis. Naomi merintis karirnya dengan bekerja di sebuah perusahaan periklanan sebagai seorang account executive. Di sela-sela kesibukannya bekerja, naluri bisnisnya tiba-tiba muncul saat melihat pergerakan bursa saham. Tergiur mendapatkan keuntungan berlipat, ia pun memberanikan diri untuk menginvestasikan uang tabungan pribadinya ke lantai bursa. Malang bagi Naomi, niat hati meraup untung malah kerugian yang ditelannya. Uang yang diinvestasikannya itu terkuras habis akibat salah perhitungan.

Advertisement

Naomi kemudian mencari pekerjaan di perusahaan lain karena ingin menambah pengalaman dan wawasan. Ia bergabung dengan Ovis Dinning Club, bekerja di bagian marketing. Hanya dalam waktu dua bulan saja, ia mampu menunjukkan performa yang baik. Alhasil, Naomi ditawari sebagai pemegang saham di perusahaan tersebut.

Awalnya ia sempat ragu sebab rasa trauma saat menanamkan uang di lantai bursa masih membekas dalam ingatannya. Naomi mengaku tak mudah untuk kembali menanamkan uang bila hanya berujung kerugian saja. Namun, pimpinannya saat itu berusaha meyakinkan Naomi dengan penawaran yang cukup fleksibel dalam menghadapi risiko kerugian. Akhirnya, Naomi menerimanya dan menempati posisi sebagai salah satu jajaran direktur di perusahaan tersebut.

Tak lama setelah menjabat sebagai direktur, sepanjang tahun 1997 hingga 1999 badai krisis ekonomi melanda Indonesia. Masalah pelik yang membuat pusing kalangan pengusaha saat itu tak merontokkan nyali Naomi. Justru krisis membuat naluri bisnisnya kian terasah. Untuk menyiasatinya, Naomi mulai membuat inovasi dan memberikan pendekatan rasional kepada para kliennya.

Tak butuh waktu lama bagi Naomi untuk memetik buah dari kerja kerasnya. Pada tahun 1999, bisnisnya kembali berjaya dan meneguk keuntungan begitu badai krisis berlalu. Meski sudah kian kondusif, kejeniusan otak bisnisnya tak henti-hentinya menelurkan inovasi-inovasi baru. Keahliannya di bidang marketing kemudian menghasilkan perusahaan-perusahaan baru di bawah Ovis Group. Di samping itu, bisnis-bisnis yang didirikan atas nama pribadi pun mulai bermunculan, mulai dari bisnis property hingga restoran. Hampir semuanya meraup sukses karena inovasi yang dilakukan Naomi.

Ia tercatat sebagai direktur yang memiliki sekurangnya tujuh perusahaan di antaranya PT. Natural Semesta, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang café, playground, salon kecantikan & refleksi, foto studio serta learning center.

Naomi dipandang sebagai salah satu pengusaha sukses yang mampu mengemas atau memasukkan unsur gaya hidup dalam bisnisnya. Menurut Naomi, ia memang selalu mengemas bisnisnya agar membuat siapa pun merasa bahagia. “Misalnya, ketika saya chartered pesawat memprakarsai liburan ke Bali dengan fasilitas maksimal namun hanya dengan membayar minimal. Pastinya people will be happy with that. Dan, karenanya, market menerima product atau services dari tiap bisnis saya dengan welcome,” kata Naomi. Demikian pula halnya saat ia merintis bisnis salon. Berangkat dari keinginannya untuk membuat semua wanita tampil cantik, jadi dibuatlah beberapa paket kecantikan.

Intinya, ia ingin diperlakukan dan dilayani sebaik mungkin seolah pelanggan satu-satunya. Dan, hal seperti itu yang diterapkannya dalam setiap bisnisnya. “Bila kebetulan setiap bisnis saya terkesan memasukkan gaya hidup, mungkin lebih tepatnya adalah, saya selalu melihat peluangnya,” kata Naomi.

Agar dapat bertahan di tengah persaingan bisnis yang kian ketat, Naomi menerapkan tiga elemen penting, yakni yang pertama, database, connection, dan network. Kedua, branding position, image, atau reputation. Ketiga, advance in technology, follow the trend. Sementara ia menilai masa inovasi untuk menjadi yang pertama, terbaik, dan berbeda sudah bukan zamannya lagi.

Dengan sederet keberhasilan itu, tak heran, bila kemudian media massa tampak memanjakannya dengan publikasi serta beragam apresiasi atas prestasinya. Tahun 2002, ia masuk dalam daftar 50 Tokoh Wanita Paling Berpengaruh di Indonesia versi majalah SWA. Di tahun yang sama, namanya masuk dalam deretan 18 Pengusaha Sukses di Bawah 35 tahun di Indonesia versi majalah Warta Ekonomi.

“Saya sudah pernah di sana. Sekarang justru opposite dari itu, menjadi yang kedua atau ketiga, atau sepuluh besar terbaiklah. Terus, tidak perlu yang berbeda. Saya happy sekarang, bila harus menjadi follower. Bukan the breakthrough,” jelas Naomi. Ambisi, juga merupakan hal yang terpenting bagi Naomi. Seperti mesin yang harus tetap menyala untuk menghasilkan sesuatu. Sesuatu itu adalah mimpi-mimpi yang selalu mau dicapainya. Itu untuk menambah semangat dalam mencapai tujuan hidup.

Dengan sederet keberhasilan itu, tak heran, bila kemudian media massa tampak memanjakannya dengan publikasi serta beragam apresiasi atas prestasinya. Tahun 2002, ia masuk dalam daftar 50 Tokoh Wanita Paling Berpengaruh di Indonesia versi majalah SWA. Di tahun yang sama, namanya masuk dalam deretan 18 Pengusaha Sukses di Bawah 35 tahun di Indonesia versi majalah Warta Ekonomi.

Lalu, pada tahun 2003, Naomi kembali masuk deretan 100 Tokoh Sukses Menurut Diagram Robert T. Kiyosaki versi SWA. Majalah DEWI juga memajang namanya ke dalam daftar 10 Wanita Sukses Profesi dan Prestasi. Setahun kemudian, majalah Warta Ekonomi kembali memasukkan namanya dalam daftar 20 Pengusaha Sukses di Bawah Usia 35 Tahun di Indonesia. Terus-menerus, Naomi mendapatkan aneka predikat penyandang prestasi dari majalah ekonomi bisnis seperti Srikandi Tangguh, Bukan Wanita Biasa, Entrepreneur Muda, Simbol Prestasi Disiplin 2005, dan masih banyak lagi.

Setelah menanti sambil berdoa, Naomi akhirnya mengakhiri masa lajangnya di tahun 2009. Ia menikah dengan pria yang lama dikenalnya, dr. Yusfa Rasyid, SpOG. “Walaupun saya tidak berhasil meraih cita-cita saya sejak kecil untuk menjadi dokter, tapi sekarang saya malah dipanggil Bu Dokter (istri dokter),” canda Naomi. Dari pernikahannya tersebut, Naomi ingin segera dikaruniai momongan. Ia juga ingin menjadi bagian dari perkembangan bisnis di Indonesia dan manusia pilihan Tuhan dengan deposito melimpah di surga.

Oleh sebab itu, sedari muda, Naomi menjaga kesehatannya dengan baik agar bisa terus bekerja dan berkarya. Ia banyak mengonsumsi makanan, sayuran, dan buah-buahan. Serta tak lupa rutin berolahraga. Ia juga banyak melakukan aktivitas olah pikir dan olah tubuh. Supaya masa tuanya menjadi lebih baik dan bisa tetap produktif.

Be Negative

“Succes is balance”, demikian kata penyuka warna merah ini menanggapi pencapaian karir yang telah diraihnya. Kendati telah berhasil menjadi pengusaha, ia tak melulu mengejar materi sebagai ukuran kesuksesannya. Perjuangannya merintis karir sebagai pengusaha dari nol dijadikan sebagai inspirasi yang dituangkan dalam buku Be Negative. Penulisan buku yang dirilis akhir 2007 ini, dibantu oleh Agoeng Widyatmoko, seorang penulis buku wirausaha bestseller.

Negative (Jangan) + Negative (Gagal) = Positive (Jangan Gagal). Serangkaian kalimat tadi merupakan kalimat pertama pada halaman pembuka buku tersebut. Meski terkesan sederhana, Naomi mencoba membuka pikiran pembaca bahwa hasil yang dicapai akan berbuah kesuksesan bila mampu mengemas hal-hal negatif sedemikian rupa. Tak seperti buku-buku motivasi kebanyakan, buku yang banyak mendapat pujian termasuk dalam salah satu episode talkshow Kick Andy di Metro TV ini, memang terkesan menantang arus. Sesuai judulnya, buku tersebut berisi banyak kejadian serta pengalaman negatif yang pernah mewarnai perjalanan hidup Naomi Susan. Namun justru hal-hal negatif itulah yang sekuat mungkin ia ubah menjadi hasil yang positif hingga melahirkan sebuah kesuksesan.

Naomi beranggapan, berbagai motivasi bernada positif yang kerap diberikan kepada orang agar mampu bangkit dan meraih sukses merupakan suatu hal yang monoton dan membosankan. Menurutnya, tak semua orang dapat meraih sukses seperti orang-orang yang memberikan motivasi bernada positif. “Don’t push anybody to wear your dress,” ungkapnya berfilosofi.

“Saya justru mau diperlakukan seperti Mike Tyson, saat dia jatuh di ring tinju,” kata Naomi. Lebih lanjut ia menegaskan, Tyson saat terjatuh di ring akan langsung mendapatkan makian dari sang pelatih. Saat mendapatkan makian itulah, kemudian petinju berjuluk Si Leher Beton itu mendapatkan dorongan yang amat besar untuk bangkit dan menghantam lawannya hingga KO.

Petinju kulit hitam asal Amerika Serikat itulah yang sejak awal menginspirasi Naomi. Ketika banyak orang yang meremehkannya, maka saat itu pula saatnya ia bangkit dan menunjukkan kemampuan yang sebenarnya. Termasuk saat ia merintis karirnya dan dipandang sebelah mata hanya karena ia terlahir sebagai seorang perempuan. Saat itulah Naomi meramu semua strategi untuk melakukan sesuatu agar menunjukkan hasil yang positif.

“Yang jelas, semua saya alami sendiri dan saya ingin berbagi kepada masyarakat tentang bagaimana mengelola hal dan keadaan negatif dalam kehidupan kita,” tutur Naomi. Menurut Naomi, bila kita merasa tidak mampu dan daya upaya yang kemudian digabungkan dengan perasaan negatif lainnya, seperti takut atau ragu, maka akan menghasilkan kata positif. Tapi, Naomi menambahkan, teori itu jangan cuma dibaca melainkan juga harus dilakukan. Dengan berbekal prinsip “Be Negative” itu, Naomi kerap diundang menjadi pembicara di berbagai seminar motivasi terutama bagi para pengusaha wanita.

Meski telah berhasil memimpin 7 perusahaan sekaligus, Naomi justru menganggap belum mencapai apa yang dinamakan kesuksesan. Ia mengaku masih memiliki mimpi dan ambisi yang ingin dicapai di masa mendatang, termasuk menerbitkan buku lanjutan Be Negative.

Tips Meraih Sukses Ala Naomi Susan

Berbekal pengalaman Naomi jatuh bangun dalam dunia bisnis dan mampu meraih kesuksesan di usianya yang relatif muda, Naomi memiliki beberapa tips yang dapat dijalankan dengan mudah, yakni:
– Bubarkan tim kerja jika mereka hanya menjadi beban bagi langkah Anda.
– Putus asalah, bila Anda tidak menyadari bahwa Anda dilahirkan ke dunia dengan potensi yang besar untuk menjadi seorang pemenang dalam hidup.
– Bunuh kreativitas, jika Anda tidak bisa menyalurkannya dengan cara yang tepat dan hanya menyimpannya di otak Anda.
– Irilah, kepada rekan Anda yang lebih baik pendapatan dan kesuksesannya.
– Menyerahlah, pada perdebatan orang-orang pesimis yang menganggap kesuksesan bukan milik Anda.
– Kejamlah, kepada orang-orang yang akan mematikan potensi Anda.
– Santailah, jika Anda merasa beban itu sudah menumpuk. eti | muli, mlp

Data Singkat
Naomi Susan, Pengusaha / Srikandi Cantik Mahir Berbisnis | Direktori | Pengusaha, direktur, cantik, Canisius, Universitas Portland

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini