
[SELEBRITI] Ia termasuk seorang penyanyi yang sukses di dua aliran musik yang berbeda. Pertama, dia sukses di aliran rap hingga dia digelari Lady Rapper. Belakangan, ia juga sukses di aliran musik dangdut hingga ia sempat diunggulkan dalam beberapa penghargaan musik.
Di awal penampilannya di depan publik di era 90-an, Denada Tambunan sempat mencuri perhatian khalayak karena gaya dan suaranya yang khas. Karena penampilannya itu, ia pun mendapat julukan sebagai Lady Rapper.
Sejak kecil, wanita bernama lengkap Denada Elizabeth Anggia Ayu Tambunan ini mengaku sebenarnya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang penyanyi, terlebih penyanyi rap. Dena, demikian orang biasa memanggilnya, ketika kecil mempunyai cita-cita yang boleh dibilang tak biasa untuk ukuran anak-anak perempuan seumurnya, yakni menjadi mafia atau seorang tentara. Waktu kecil, Dena tergolong gadis yang tomboy. Jika kawan-kawan perempuannya suka bermain boneka, ia lebih senang bermain senjata-senjataan dan perang-perangan.
Namun, di balik sifatnya yang sedikit maskulin itu, Dena tetaplah seorang perempuan. Naluri kewanitaannya bisa terlihat saat ia beraksi di panggung catwalk memperagakan berbagai model busana. Selain itu, saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar, wanita berdarah Batak-Madura ini pernah memenangkan lomba busana daerah, berkat baju adat Madura yang ia kenakan.
Seperti anak kecil pada umumnya, ia masih sering berubah pikiran soal akan menjadi apa kelak. Keinginannya untuk menekuni karir di dunia musik mulai muncul saat ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. “Soalnya waktu itu memang lagi heboh Tenda Mangkal Prambors,” jelas putri sulung dari empat bersaudara pasangan Ir. Rio Tambunan (alm) dan penyanyi lawas Emillia Contessa ini.
Awalnya, pemilik kulit hitam manis ini diarahkan oleh sang mama menjadi penyanyi dangdut. Mendukung maksud itu, Dena pun sempat belajar menari Jaipong pada pedangdut senior, Camelia Malik. Namun belakangan, Dena lebih memilih menjadi penyanyi rap, genre musik yang di Tanah Air masih terbilang jarang diminati orang ketika itu, terlebih oleh perempuan.
Waktu itu, aku ngajak mama ke tempat lomba tanpa aku kasih tahu mau dibawa ke mana. Di sana, mama ngeliat aku nyanyi rap sama teman-teman aku yang jadi penari latar. Kebetulan aku jadi juara II. Terus habis itu, mama ngijinin aku. Kata mama, OK, kamu boleh terjun ke dunia nyanyi, tapi ini konsekuensinya,” kenang wanita yang tidak doyan makan ikan tawar itu.
Dena memang beruntung memiliki orang tua yang mendukung penuh pilihan anaknya. Emillia Contessa kebetulan berprofesi sebagai seorang penyanyi juga, sehingga tak heran jika ia mempunyai banyak kenalan para musisi ternama, salah satunya Chris Patikawa, sang penggagas grup vokal AB Three. Emillia kemudian memperkenalkan putrinya pada Chris. Selama berguru pada Chris, banyak sekali ilmu tentang dunia panggung yang diperoleh Dena. Tidak hanya ilmu panggung sebagai seorang penyanyi, tapi entertainer secara keseluruhan, hingga presenter.
Setelah mendapat tempaan dari Chris, penyuka warna pink dan hitam ini kemudian memberanikan diri untuk ikut ajang ‘Asia Bagus’ tahun 1992 di Singapura. Di ajang tersebut, wanita berambut indah itu berhasil menyisihkan peserta yang datang dari negara Asia Tenggara lainnya dengan menjadi pemenang pertama dan meraih nilai yang hampir sempurna, yakni 99 dari total nilai 100.
Empat tahun setelah kesuksesannya menjuarai Asia Bagus, tepatnya tahun 1996, Dena merilis album perdananya, Ku Jelang Hari dengan hits andalannya, Sambutlah. Lagu tersebut sempat menjadi pembicaraan. Maklum saja, lagu itu mengusung jenis musik rap yang masih asing di telinga para pecinta musik Tanah Air.
Setelah album Ku Jelang Hari, Dena kemudian meluncurkan album kedua dan ketiganya, masing-masing berjudul Jam Satu Lewat dan Persembahan. Semenjak itu, julukan ‘Lady Rapper’ pun melekat dalam diri Denada. Karena lagunya banyak digemari orang, secara otomatis namanya pun mulai diperhitungkan di kancah musik Indonesia.
Di puncak popularitasnya, Dena memutuskan untuk cuti sementara dari panggung hiburan. Selama masa rehatnya, Dena meneruskan pendidikannya di negeri Kangguru, Australia. Setelah merampungkan studinya itu, ia kembali ke Tanah Air dan meneruskan kiprahnya di dunia musik yang sempat terhenti tersebut.
Setelah tiga album sebelumnya meraih sukses di pasaran, Dena kemudian merilis album keempatnya. Di album keempatnya yang diberi judul ‘Mak…E…’, Dena membuat terobosan dalam karir bernyanyinya, ia memutuskan pindah jalur musik dari rap menjadi dangdut. Belakangan, Dena terus menggeluti aliran musik tersebut. Lagu-lagu dangdutnya sukses di pasaran, Dena bahkan masuk sebagai unggulan dalam beberapa penghargaan musik, di antaranya Anugerah Musik Indonesia dan Penghargaan MTV Indonesia pada tahun 2005.
Perubahan aliran musik yang dibawakan Dena ini berawal saat ia mendapat tawaran menyanyi dangdut oleh salah satu stasiun televisi swasta. Sejak itu, ia mulai sering mendapat order untuk bernyanyi dangdut di berbagai kesempatan. Tapi, walau telah sering melakukan show dangdut, namun Dena menolak disebut sebagai penyanyi dangdut. Ia lebih senang dikenal sebagai penyanyi rap yang bisa menyanyi dangdut.
Sukses sebagai penyanyi, Dena kemudian mulai merambah bidang seni peran. Aktingnya dapat disaksikan dalam beberapa judul sinetron antara lain Hari-Hari Mau, Nyari Bini, Aku Cinta Kamu (FTV), Rahasia Ilahi dan Cahaya Surga. Di samping itu, ia juga beberapa kali terjun menjadi presenter beberapa acara, seperti Madam KO Gelar Sabuk Emas (RCTI), RCTI Sport, dan Digoyang. e-ti | muli, red