Bahasa Kalbu Sang Dewi

[ Titi DJ ]
 
0
1227
Titi DJ
Titi DJ | Tokoh.ID

[SELEBRITI] Ia sudah malang melintang di dunia hiburan negeri ini sejak dekade 80-an, baik sebagai model, aktris, pencipta lagu dan penyanyi. Meski beberapa kali menuai sensasi baik dalam karir maupun kehidupan pribadi, peraih 5 penghargaan dalam ajang AMI (Anugerah Musik Indonesia) Award 1999 ini sudah menghasilkan puluhan album dan belasan lagu hits diantaranya Imajinasi (1984), Yang Pertama Yang Bahagia (1986), Ekspresi (1988), Titi DJ 1989 (1989), Dunia Boleh Tertawa (1990), Bintang Bintang (1994), Kuingin (1996), dan Bahasa Kalbu (1999).

Titi Dwijayanti atau yang beken dengan nama Titi DJ lahir di Jakarta 27 Mei 1966 dari pasangan John Sutanto dan Yeni Veronica Simanjuntak. Di masa kecilnya, anak ketiga dari lima bersaudara ini sangat menyukai dunia seni terutama menyanyi dan menari. Bakat seni Titi juga didukung oleh kedua orang tuanya terutama sang ibu. Di tengah kondisi serba pas-pasan, Yeni menyisihkan pendapatannya untuk memasukkan Titi ke sanggar seni suara yang cukup kondang saat itu, Bina Vokalia. Tak cukup sampai di situ, ia juga mendaftarkan putrinya itu mengikuti kursus tari Bali dan piano. Bahkan menghubungi Dewi Motik, wanita pengusaha terkemuka yang dikenal luwes dan pakar masalah kewanitaan untuk memoles kepribadian Titi.

Namun, di saat Titi tengah asyik mengembangkan bakat berkeseniannya, biduk rumahtangga kedua orangtuanya karam. Peristiwa pahit itu terjadi saat Titi duduk di bangku SMP. Sejak saat itu, sang ibu harus berjuang seorang diri untuk menghidupi kelima anaknya dengan hanya mengandalkan penghasilan dari sebuah warung sederhana. Meski menghadapi cobaan yang cukup berat, ibu Titi tetap optimis memandang masa depan putra-putrinya tak terkecuali Titi. Saat Titi bercerita tentang sebuah kelompok seni terkemuka, Swara Mahardhika (SM), Yeni terlihat begitu antusias. Bersama Soraya Haque, teman sekolahnya yang kini dikenal sebagai mantan peragawati, Titi pun mendaftar ke sanggar pimpinan Guruh Soekarnoputra itu.

Di saat kehidupannya belum lagi membaik, keluarga Titi kembali mendapat ujian. Warung yang selama ini menjadi tumpuan hidup mereka terpaksa digusur. Titi dan keluarganya kemudian pindah ke bilangan Tebet Timur. Lagi-lagi, nasib malang menimpa sang ibunda, bangkrut akibat arisan call. Keterpurukan ekonomi pada akhirnya membuat mereka pindah lagi, kali ini ibunya membeli rumah yang amat sederhana di sebuah gang di kawasan Tomang, Jakarta Barat. Tak hanya itu, Titi pun harus merelakan pianonya dijual demi menutup hutang. Meski begitu, ibunya tak menghentikan kegiatan Titi di Swara Mahardhika.

Untungnya, pengorbanan dan perjuangan ibunda Titi tak sia-sia. Sejak masuk SM, bakat dan kepercayaan dirinya semakin menunjukkan hasil yang menggembirakan. Semenjak menjajal dunia model, wajah perempuan berdarah campuran Palembang, Tionghoa, Manado, dan Batak ini beberapa kali muncul di majalah remaja dan mulai dikenal masyarakat.

Ibunya juga selalu mencari peluang agar putrinya bisa ikut lomba bergengsi. Akhirnya tahun 1983, Titi ikut Lomba Bintang Radio & Televisi dan meraih Juara III, juga Juara Berpenampilan Terbaik. Namun bekal itu tak cukup membantu saat Titi ingin tampil di Aneka Ria Safari, ajang paling bergengsi bagi penyanyi di masa itu. Ia ditolak karena belum memiliki album. Titi hanya diberi kesempatan untuk memamerkan bakat menyanyinya dalam acara Kamera Ria.

Berkat usaha Frans Hasibuan, koordinator acara musik tersebut, Titi akhirnya mendapat tawaran untuk masuk dapur rekaman dari JK Record. Sayang, Titi batal rekaman karena tidak mendapat titik temu dengan bos JK Record, Judi Kristianto, mengenai musik yang akan dibawakannya. Saat itu, JK Record memang dikenal sebagai perusahaan rekaman yang menelurkan album mendayu, sementara Titi terbiasa mengapresiasi musik Addie MS, Chrisye, atau Guruh Soekarnoputra yang mengusung pop ceria.

Meski batal rekaman, Titi tidak putus semangat untuk mencari kesempatan manggung dan tampil di televisi. Ia kemudian melirik dunia film. Debutnya di dunia seni peran terekam dalam film bergenre komedi berjudul Gepeng Bayar Kontan. Saat itu film-film bertema komedi memang tengah digandrungi.

Film yang diproduksi tahun 1983 itu pula yang membawanya mendapat tawaran dari Ibu Andi Nurhayati, salah satu produser film, untuk mengikuti Miss World yang ketika itu diadakan di London, Inggris. Tentu saja kesempatan itu tak disia-siakannya meski ia belum pernah mengikuti kontes kecantikan di Tanah Air. Sayang, sepulangnya dari ajang tersebut, ia harus menghadapi kenyataan pahit. Berbagai hujatan dialamatkan padanya dari media yang memprotes keberangkatannya. Titi bahkan disebut sebagai peserta ilegal dan dituduh melanggar norma susila serta adat ketimuran. Bahkan konon, Ibu Negara saat itu, Ibu Tien Soeharto sangat marah.

Meski sempat menuai kontroversi, tak dapat dipungkiri, ajang itu pula yang membuat popularitasnya menanjak kian cepat. Selain tawaran berakting, berkah lain yang ia terima adalah tawaran rekaman dari Jackson Record. Titi pun berhasil mewujudkan impiannya dengan merilis album perdananya yang diberi judul Imajinasi di tahun 1984.

Advertisement

Sayangnya, debut album Titi saat itu tidak terlalu bagus. Meski demikian, sang produser ternyata cukup puas dengan hasilnya. Setahun berselang, ia sudah sibuk mempersiapkan album keduanya, Yang Pertama Yang Bahagia. Ketika penggarapan album tersebut, ia berkenalan dengan musisi jazz, Indra Lesmana. Tak lama setelah perkenalan itu, dua sejoli itu saling jatuh cinta. Sejak itu pun, keduanya tak hanya kompak dalam urusan asmara, tapi juga di bidang musik. Album-album Titi selanjutnya tak lepas dari garapan putra Jack Lesmana itu. Sebut saja, Ekspresi (1988) dan Titi Dj ’89 (1989).

Selain menekuni karirnya sebagai solois, penyanyi yang sempat ikut menyanyikan soundtrack film Catatan Si Boy ini sempat bergabung dengan Adarapta bersama Atiek CB, Endah Soebroto dan Titiek Hamzah. Kolaborasi mereka berhasil menelurkan dua album rekaman. Pamornya yang semakin menanjak pada akhirnya membuat Titi harus diterpa gosip-gosip yang berseliweran tentang dirinya. Salah satu isu yang berkembang ketika itu menyebutkan bahwa ia sukses karena Indra di sampingnya. Akhirnya, hubungan Titi dan sang kekasih yang telah terbina selama 7 tahun pun berakhir di pertengahan 1991.

Ibunya juga selalu mencari peluang agar putrinya bisa ikut lomba bergengsi. Akhirnya tahun 1983, Titi ikut Lomba Bintang Radio & Televisi dan meraih Juara III, juga Juara Berpenampilan Terbaik. Namun bekal itu tak cukup membantu saat Titi ingin tampil di Aneka Ria Safari, ajang paling bergengsi bagi penyanyi di masa itu. Ia ditolak karena belum memiliki album. Titi hanya diberi kesempatan untuk memamerkan bakat menyanyinya dalam acara Kamera Ria.

Setelah itu, Titi diketahui sempat dekat dengan Adjie Massaid (alm), model dan aktor tampan yang tengah naik daun saat itu. Tak lama berselang, ia juga dikabarkan menggandeng aktor pemeran Lupus, Ryan Hidayat (alm).

Lepas dari Indra, orang mulai mempertanyakan karier menyanyi Titi DJ lantaran album-albumnya dinilai tidak sukses. Tak mau tenggelam dalam keputusasaan, Titi terus berjuang demi kelangsungan karirnya di dunia hiburan. Kali ini ia rehat sejenak dari panggung tarik suara dan lebih berkonsentrasi dengan kesibukannya sebagai aktris. Harry de Fretes pimpinan Lenong Rumpi, yang tayangannya amat populer di RCTI yang saat itu belum mengudara secara nasional, menawari Titi untuk bergabung.

Berbekal pengalaman aktingnya beberapa tahun lalu, ia pun sukses tampil dalam program komedi itu. Kemudian bersama rekan-rekannya di Lenong Rumpi, Ira Wibowo, Debby Sahertian, Ferina, dan Ade Juwita, Titi kembali ke dapur rekaman dalam pembuatan sebuah album berjudul Emangnya Gue Pikirin. Tahun 1992, Titi juga ikut berakting ketika Lenong Rumpi diangkat ke layar lebar dengan judul Lenong Rumpi II.

Dari situ, Titi mulai merambah dunia sinetron, antara lain Body Kuat, Lakon Tiga Duda, Jalan Pintas, Hari-Hari Gila, dan yang paling populer, Nurlela. Berkat aktingnya di sinetron Nurlela, ia pernah dinominasikan sebagai aktris utama terbaik dalam Festival Sinetron Indonesia 1996. Setahun berikutnya, namanya kembali masuk nominasi calon penerima Piala Vidia, lewat aktingnya dalam drama sinetron Oh Ibu dan Ayah, Selamat Pagi.

Setelah sempat beberapa kali putus cinta, Titi akhirnya menjatuhkan pilihannya pada Bucek Depp. Pada 1994, di saat karirnya mulai menunjukkan kemajuan, Titi bertunangan dengan aktor sekaligus model yang berusia 7 tahun lebih muda darinya itu. Pasangan itu kemudian menikah secara sederhana pada 9 Mei 1995. Sebelumnya, Titi masuk Islam mengikuti keyakinan yang dianut Bucek. Tak lama setelah menikah, Titi merilis album terbarunya, Bintang-Bintang. Kebahagiaan pasangan itu amat tampak dalam album tersebut.

Setidaknya hal itu terlihat jelas dalam video klipnya. Titi tampil amat bersinar, didampingi sang suami, Bucek, yang didaulat sebagai modelnya. Namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Rumah tangga Titi-Bucek mulai dilanda prahara, tepatnya setelah kehadiran Salma dan Salwa, buah hati pertama mereka yang terlahir kembar.

Namun saat akan berpisah, Titi dihadapkan pada kenyataan bahwa dirinya hamil lagi dan dengan kondisi keuangan yang memprihatinkan karena jarang show selama hamil pertama. Kesempatan datang saat Elfa’s Singer ditinggal Rita Effendy dan membutuhkan penyanyi baru. Titi pun mengikuti audisi dan diterima. Usai melahirkan anak keduanya, Daffa, tepatnya pada Desember 1997, ia resmi bercerai dari Bucek.

Meskipun pahit, perceraiannya dengan kakak kandung aktor Fathir Muchtar itu rupanya membawa hikmah. Meski sempat berat di awal perceraiannya bahkan Titi sempat berhutang pada sahabatnya, Chintami Atmanegara untuk membayar uang muka rumah, namun itu menjadi titik balik kesuksesan Titi sebagai penyanyi. Jiwa yang emosional, semangat memperjuangkan hidup, dan rasa cinta pada ketiga anaknya membuahkan karya yang sungguh menyentuh, yang dimuat dalam album berjudul Bahasa Kalbu.

Album yang dirilis di tahun 1999 itu mendulang sukses besar di pasaran. Dengan lagu-lagu berlirik indah dengan aransemen yang memikat, Bahasa Kalbu semakin memantapkan posisi Titi DJ di daftar solois wanita berbakat. Bahkan ia mampu memborong 5 penghargaan dari 6 kategori yang dinominasikan dalam ajang AMI (Anugerah Musik Indonesia) Award 1999. Masing-masing kategori tersebut adalah Album Terbaik Kategori Umum, Kategori Pop, Lagu Terbaik Kategori Umum, Penyanyi Wanita Terbaik Kategori Pop dan Kategori Umum. Lagu andalan dalam lagu tersebut yang juga berjudul sama, Bahasa Kalbu, juga menjadi soundtrack sinetron Cinta yang dibintangi Desy Ratnasari dan Primus Yustisio.

Pada 5 November 1999, Titi DJ mengakhiri masa jandanya. Pemilik bibir sensual ini menikah dengan Andrew Hollis Dougherty, seorang warganegara Amerika Serikat yang masuk Islam. Dari pernikahannya dengan pria yang berprofesi sebagai guru musik itu, Titi dikaruniai seorang anak perempuan bernama Stephanie Poetry Dougherty pada 20 Mei 2000.

Setahun setelah menikah untuk kedua kalinya, Titi kembali menelurkan album yang kali ini diberi judul Sang Dewi. Album ini merupakan ekspresi rasa cintanya terhadap sang suami yang akrab disapa Andy itu. Titi sendiri yang menciptakan lagu andalannya yang berjudul sama. Sama seperti album sebelumnya, Sang Dewi mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Album tersebut bahkan menjadi album tersukses selama kariernya. Belakangan, tembang Sang Dewi juga menginspirasi Dwi Ilalang untuk menjadikannya judul sebuah film layar lebar.

Masih di tahun 2001, ia meluncurkan album the best yang bertajuk Titi DJ Menyanyi Kembali. Album tersebut menyuguhkan sejumlah lagu yang bisa dibilang merupakan karya artistik Titi. Sayangnya, adanya aransemen baru justru merusak nuansa keaslian lagu-lagu tersebut. Yang lebih disayangkan lagi, lagu-lagu lawas yang merupakan puncak-puncak prestasinya malah tak dimasukkan.

Di saat tengah menikmati popularitasnya di dunia tarik suara, untuk kali kedua kehidupan rumahtangganya kembali berakhir di meja pengadilan agama. Pernikahannya dengan Andrew berakhir di tahun ke-7 kebersamaan mereka. Pada 27 November 2006, Titi kembali menyandang status janda.

Walaupun kehidupan pribadinya tak lepas dari sensasi, karir Titi di blantika musik Indonesia tetap bersinar. Oleh beberapa kalangan, ia bahkan mendapat julukan sebagai salah satu diva pop terbaik Tanah Air.

Pada 2004, Titi kembali menjalin kerjasama dengan mantan kekasihnya, Indra Lesmana, dalam penggarapan album Greatest Hits. Sesuai namanya, album tersebut berisi beberapa hits populer antara lain Ekspresi, Bintang-Bintang, Dunia Boleh Tertawa, Bahasa Kalbu, Salahkah Aku, Keresahanku, dan Kuingin.

Tiga tahun berselang, Titi kembali merilis album The Best of Titi DJ. Album ini berisi sepuluh lagu lawas ditambah dua lagu baru, Galau ciptaan Titi sendiri dan Engkau Laksana Bulan karya komposer legendaris Malaysia, P. Ramlee. Album ini juga menandai kerja sama pertama Titi dengan kekasihnya, Noviar Rachmansyah, gitaris grup band /rif. Karena penggarapan album hampir selesai, saat Titi mulai menjalin hubungan dengan pria yang akrab disapa Ovy itu, maka Ovy hanya berkontribusi pada desain sampul.

Titi juga pernah dianugerahi The Most Fashionable Female Singer beberapa kali baik dari segi busana maupun tata rambut. Hal ini kembali tercermin dari desain Ovy pada cover album The Best Of ini. Dengan tata rambut berwarna putih, tampilan Titi menjadi beda dibanding penyanyi lain, unik dan menyolok. Saat ditaruh di rak toko-toko CD atau kaset, cover album ini akan terlihat menyolok dan menarik perhatian orang yang ujung-ujungnya diharap membeli.

Dari dunia musik, kisah kasihnya dengan Ovy akhirnya berakhir di pelaminan. Keduanya menikah pada 23 Mei 2007 di tanah suci Mekkah dengan mahar berupa uang tunai Rp2.352.007, yang melambangkan tanggal pernikahan mereka. Pernikahan ketiganya ini juga tak lepas dari isu bernada sumbang. Dari mulai isu pisah ranjang hingga perceraian kerap menghampiri pasangan ini. Seperti ketika sahabatnya, Krisdayanti menggugat cerai Anang Hermansyah pada awal Oktober 2009, tiba-tiba rumah tangga Titi dan Ovy dikabarkan retak.

Namun Titi membantahnya. Bahkan bukti bantahannya ia luncurkan dalam bentuk sebuah album baru, di mana Ovy juga memberi kontribusinya. Pada Februari 2010, Titi merilis album Titi to Diana, sebagai persembahan spesialnya pada penyanyi Diana Nasution yang sedang berjuang melawan penyakit kanker. Dalam album yang berisi tujuh lagu milik istri musisi Minggus Tahitoe ini, Titi memilih single Jangan Biarkan sebagai lagu jagoannya.

Nama Titi makin populer setelah berkolaborasi dengan dua penyanyi kondang Indonesia, Ruth Sahanaya dan Krisdayanti. Tiga biduanita bersuara emas itu kemudian bernaung dalam sebuah grup bernama Tiga Diva di awal tahun 2006. Saat itu, Tiga Diva bersama Erwin Gutawa sebagai penata musik dan Jay Subiyakto sebagai penata artistiknya menggelar konser di 4 kota besar, Jakarta, Surabaya, Bandung dan Denpasar. Tiga Diva juga amat populer di negara serumpun, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Erwin dan Jay selalu mengiringi trio penyanyi wanita itu konser hingga akhirnya Erwin-Jay dan Tiga Diva berpisah di awal tahun 2008.

Buntut dari perpecahan kongsi itu, Tiga Diva kemudian mengganti logonya menjadi DI3VA, dengan cara baca tetap sama, 3 Diva. Bersamaan dengan itu, mereka juga mengeluarkan mini album berjudul DI3VA (2008) berisi 3 lagu, dua diantaranya yaitu A Lotta Love dan Mencipta merupakan hasil karya Titi DJ, sementara sisanya, Adilkah Ini Untukku adalah ciptaan Icha Jikustik.

Sebagai penyanyi ternama yang sudah memiliki sederet tembang hits, Titi sudah beberapa kali menggelar konser. Konser tunggal pertamanya digelar di Plenary Hall, Jakarta Convention Center pada 30 September 2005 dengan tajuk Titi DJ Sang Dewi Live in Concert. Dalam konsernya itu, Titi menggandeng musisi Tohpati sebagai music director dan juga Alex Hassim sebagai creative director.

Hampir enam tahun kemudian, tepatnya pada 20 Januari 2011, Titi kembali menggelar konser tunggalnya. Sedikit berbeda dari yang sebelumnya, konser yang diberi tajuk Swara Sang Dewi ini sedikit berkampanye soal kelestarian lingkungan. Titi mengatakan kalau konsernya yang digelar selama tiga hari di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Jakarta itu mengusung tema cinta lingkungan hidup.

Dalam konser yang diiringi Magenta Orchestra pimpinan Andi Rianto serta didukung beberapa artis lain seperti band Ungu, Dewi Gita, Sherina, Rossa, Mike Mohede dan Cindy Bernadette itu juga menyuguhkan konsep yang terbilang unik. Salah satunya, kostum yang dikenakan para penari, mulai dari ubur-ubur, ikan pari, hingga terumbu karang.

Lewat konser itu, Titi mengungkapkan bahwa ia ingin menegaskan kepeduliannya terhadap lingkungan hidup. Titi juga memberikan contoh kalau dirinya memang peduli dengan lingkungan hidup bukan sebatas retorika saja. Gaun yang dikenakannya terbuat dari kain organik. Lalu bahan baku beberapa ornamen di panggung saat konser berasal dari botol plastik daur ulang.

“Saya nggak perlu jadi duta lingkungan hidup yang penuh birokrasi. Lewat konser ini saya mencoba menumbuhkan kesadaran kepada penonton konser,” jelasnya seperti dikutip dari situs yahoo.com.

Titi melanjutkan bahwa dirinya tidak sekadar latah mengikuti tren artis yang peduli terhadap lingkungan hidup. Titi mengaku, sejak awal 2000-an, ia sudah menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan. Seperti yang ia terapkan di rumahnya dengan memisahkan sampah organik dan anorganik. Lalu membuat pupuk kompos dari sampah tersebut. Tak hanya itu, prinsip hemat listrik di rumahnya juga benar-benar ia tekankan kepada suami dan anak-anaknya.

Di luar karir menyanyinya, Titi yang pernah terlibat dalam proyek album untuk Gedung Kesenian Jakarta di tahun 1997 ini ditunjuk oleh Perhimpunan Donor Darah Indonesia sebagai Duta Donor Darah Indonesia pada tahun 2007.

Sebagai Duta Donor Darah, awalnya Titi terenyuh saat melihat tayangan di televisi bahwa Indonesia masih kekurangan kantung darah. Apalagi sekarang makin banyak bencana. Tentu kebutuhan darah semakin banyak. Di saat masih berpikir bagaimana caranya untuk berdonor, ia mendapatkan telepon dari Adang. Gayung pun bersambut. “Jujur saya sama sekali tidak tahu kalau donor darah itu menyenangkan. Dan sekarang ini saya buktikan dengan melihat bapak-bapak dan ibu-ibu yang telah berdonor masih terlihat sehat dan segar,” ujar Titi saat itu.

Bahkan Titi DJ baru mengetahui kalau donor darah itu dilakukan secara berkala, darah dalam tubuh akan memproduksi sel darah baru. “Tentunya karena semuanya lebih fresh, semuanya akan terpengaruhi baik itu aktivitas atau kesehatan. Kalau diambil darahnya mengalami pusing-pusing itu terjadi kalau kondisi kita tidak baik,” tandasnya layaknya seorang PR. eti | muli, red

Data Singkat
Titi DJ, Penyanyi / Bahasa Kalbu Sang Dewi | Selebriti | Penyanyi, cantik

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here