
[SELEBRITI] Dengan membawa maskot Suzan, boneka anak kecil yang berkarakter centil, cerewet namun cerdas dan menghibur, Ria Enes sukses menjadi penyanyi, bintang iklan, dan presenter. Hingga kini, dedikasinya dalam mendidik anak-anak tetap hidup dengan mengelola sekolah taman Kanak-kanak (TK).
Masih ingat dengan sosok boneka ceriwis bernama Suzan yang pernah populer di tahun 90-an? Jika bicara tentang Suzan, tentunya tak dapat dilepaskan dari nama Ria Enes. Dengan kemampuannya menghasilkan suara perut, Ria Enes dan Suzan tampil dari satu tempat ke tempat lain untuk menghibur anak-anak Indonesia. Sejak saat itu, nama Ria meroket di dunia hiburan bersama bonekanya, Suzan.
Sebelum tenar sebagai “kakak” Suzan, pemilik nama asli Wiwik Suryaningsih ini memulai karirnya sebagai penyiar radio di Surabaya. Pada tahun 1987, setelah lulus dari SMAN 4 Malang, ia melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo, Surabaya dan lulus tahun 1995. Di sela-sela kesibukannya kuliah, ia bekerja sambilan sebagai penyiar di radio Carolina Surabaya. Setelah satu tahun bekerja, ia memutuskan untuk pindah ke Radio Suzana.
Di stasiun radio yang terletak di Embong Kaliasin, Surabaya Pusat itu, ia membawakan acara bersama seorang penyiar senior yang cukup populer, Bung Dino. Dari sinilah sejarah awal tercipta tokoh “Suzan” yang sebenarnya tidak direncanakan.
Suatu ketika, Bung Dino tidak bisa menemani Ria siaran karena sakit. Kemudian atas inisiatifnya sendiri, Ria kemudian mengudara seorang diri dan seolah-olah berbicara pada anak kecil. Kebetulan, ia bisa menciptakan suara anak-anak, anak kecil itu disebutnya Suzan, diambil dari stasiun radio tempatnya bekerja.
Di luar dugaan, siaran perdananya bersama Suzan itu mendapat respon positif, ditandai dengan banyaknya telepon yang masuk ke studio menanyakan anak kecil berkarakter centil, cerewet namun cerdas dan menghibur itu. Karena inovasi yang diciptakannya secara tak sengaja itu, gaji Ria sebagai penyiar pun dinaikkan.
Sukses menciptakan tokoh anak-anak, Ria kebanjiran tawaran off-air. Ketika tampil off-air itulah, ia membawa serta sebuah boneka yang dibelinya di sebuah toko mainan anak-anak di Tunjungan Plaza. Keberhasilan Ria dengan Suzan-nya, membuat seorang produser rekaman memintanya rekaman lagu anak-anak.
Tawaran itu pun disambut baik oleh Ria. Album perdananya, Si Kodok meledak di pasaran pada tahun 1991. Berturut-turut setelah itu, lahir album Kodok dan Semut, Suzan Punya Cita-Cita, dan lain sebagainya yang juga laris di pasaran. Bahkan, lagu berjudul Suzan Punya Cita-Cita yang dirilis tahun 1993 berhasil meraih HDX Award dengan kategori sebagai album terlaris kala itu. Sejak tahun 1991 hingga 2004, sebanyak 12 album berhasil ditelurkannya.
Sukses di blantika musik, Ria dan Suzan kebanjiran tawaran membintangi sejumlah iklan. Selain iklan, tawaran sebagai presenter televisi pun turut berdatangan. Salah satunya dari stasiun televisi swasta SCTV yang mengontraknya sampai 3 tahun untuk acara Pesta Anak. Meski demikian, Ria enggan tinggal di Jakarta dan lebih memilih tetap tinggal di Surabaya untuk menjaga kemurnian logat Surabayanya.
Akibat semakin padatnya tawaran serta keterbatasan waktu, Ria tak bisa lagi siaran radio. Oleh sebab itu, ia pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari Radio Suzana yang telah berjasa melambungkan namanya.
Pada 14 November 1997, ia menikah dengan Rey Irarto Wisnu Takari, seorang pengusaha yang memiliki Trapesium Band, sebuah grup musik yang cukup terkenal di Surabaya.
Di awal pernikahannya, Ria sempat beberapa kali mengalami keguguran. Namun ia dan suami terus bersabar menanti kehadiran buah hati mereka. Kesabaran pun akhurnya berbuah manis, menjelang tiga tahun usia perkawinan mereka, lahirlah Atala Rania Insyra pada 29 Juli 2000. Setelah itu menyusul kemudian Ataya Raisa Insyra yang lahir pada 11 Februari 2004 dan Atasya Radho Insyra pada 23 Juni 2006. Setelah kelahiran si bungsu, rahim Ria langsung disteril.
Setelah menikah dan dikaruniai anak, Ria kemudian memutuskan untuk rehat sejenak dari dunia hiburan agar dapat berkonsentrasi mengurus rumah tangganya. Namun ia tetap menjalankan aktivitasnya sebagai penggiat pendidikan melalui Dunia Suzan, lembaga pendidikan yang didirikannya pada tahun 1994 di sebuah ruko di Surabaya Barat.
Awalnya, Dunia Suzan hanyalah sebuah sanggar seni. Namun karena mendapat respon positif dari masyarakat, Ria menaikkan statusnya sebagai taman kanak-kanak (TK). Di TK tersebut, ia juga melibatkan orang tua murid untuk aktif dalam kegiatan belajar- mengajar agar dapat memantau perkembangan anak. Jika mendapat tawaran show di Surabaya dan sekitarnya, Ria mengajak serta murid-muridnya untuk melatih keberanian mereka di depan umum.
Tahun 2007, Ria dan Suzan kembali ke layar kaca dengan mengisi acara Ramadhan untuk anak-anak di sebuah stasiun televisi swasta. Dalam acara itu, Ria dituntut untuk sedikit berdakwah. Temanya bermacam-macam, mulai dari kejujuran, sedekah hingga silaturahmi yang bersumber dari para Rasul Allah dan kehidupan sehari-hari. Meskipun berdakwah, ia tetap membawakannya dengan cara yang disukai anak-anak, sederhana namun tidak membosankan. Dan yang paling penting, mudah dipahami.
“Metodenya saya ajak mereka nyanyi, santai-santai aja, apalagi anak-anak sekarang kan jarang sekali dapat hiburan yang penuh dengan nilai-nilai kejujuran. Mengenalkan manfaat kejujuran itu apa,” ungkap ibu tiga anak itu.
Ria memang sangat peduli pada pendidikan anak-anak karena baginya anak-anak merupakan investasi terbesar bagi negara. Menurutnya, memberikan pendidikan secara baik menjadi kewajiban para orang tua. Anak-anak sepatutnya memiliki tauladan untuk bisa ditiru, diadopsi sehingga mampu belajar dan dijauhkan dari nilai-nilai yang kurang mendidik. e-ti | muli, red