Sering Kebagian Peran Ajaib
Sarah Sechan
[SELEBRITI] Selain tampil di layar kaca sebagai presenter dan bintang iklan, mantan video jockey MTV ini juga berakting di layar lebar. Dalam sejumlah film yang pernah dibintanginya, ia harus tampil dengan peran yang cukup nyeleneh. Tengok saja perannya dalam film berjudul XL, Antara Aku, Kau dan Mak Erot (2008) ; Madame X (2010); atau Red CobeX (2010).
Presenter kelahiran Bandung 9 Mei 1974 ini pertama kali dikenal publik saat menjadi VJ MTV. Dengan gayanya yang cuek serta cara bicaranya yang spontan dan ceplas-ceplos, ditambah kefasihannya berbahasa Inggris membuat para anak nongkrong (sebutan untuk pemirsa MTV) betah berlama-lama di depan televisi.
Setelah beberapa tahun menyandang predikat sebagai VJ di stasiun televisi khusus musik itu, Sarah mendapat tawaran untuk memandu program Kisah Di Antara Kita yang tayang di SCTV. Saat itu ia menjadi presenter berpasangan dengan aktor gaek Deddy Mizwar.
Dari situ, ia terus kebanjiran tawaran menjadi host di berbagai acara baik on air maupun off air. Saat namanya mulai meroket, putri pasangan Tony Sechan dan Kusmiaty ini memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya. Pada Juni 2003 bertempat di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Sarah resmi dipersunting Emir Hakim. Acara ijab kabul ketika itu sempat diwarnai kericuhan setelah seorang oknum wartawan memaksa masuk padahal momen sakral itu tertutup untuk pers.
Tak lama setelah menikah, kebahagiaan rumah tangga pasangan muda itu kian bertambah lengkap dengan kehadiran Rajata Sachriar Hakim. Agar dapat berkonsentrasi mengurus buah hatinya, Sarah memutuskan untuk rehat sejenak dari dunia hiburan.
Pada tahun 2007, Sarah Sechan kembali muncul ke permukaan. Kali ini ia tak hanya ingin dikenal lewat profesi lamanya sebagai presenter namun mulai merambah ke dunia akting. Di penghujung bulan Mei, wanita penggemar tato ini tampil bersama rekan sesama presenter, Uli Herdinansyah dalam sebuah pementasan drama musikal bertajuk Miss Kadaluwarsa garapan Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI) Production. Dalam pementasan yang diadakan di Gedung Kesenian Jakarta tersebut, Sarah memerankan tokoh Shiva, seorang perempuan dengan harta melimpah, cantik, glamor, namun miskin kasih sayang orang tua.
Setahun kemudian, jebolan Akademi Akuntansi Trisakti, Jakarta ini melebarkan sayapnya di dunia seni peran dengan bermain dalam film layar lebar. Tak tanggung-tanggung, dalam kurun waktu satu tahun, Sarah membintangi lima judul film sekaligus, yakni Perempuan Punya Cerita, XL, Antara Aku, Kau dan Mak Erot, DO-Drop Out, Chika, dan Si Jago Merah.
Karirnya sebagai aktris terus berlanjut di tahun 2009 dan 2010 dengan bermain dalam film Madame X, Red CobeX, XXL-Double Extra Large, Queen Bee, Janda Kembang, dan Suka Ma Suka. Meski selalu terlihat total dalam setiap penampilannya, Sarah ternyata memilih peran karena ia suka semata. “Semuanya saya suka. Saya hanya mengambil pekerjaan yang saya suka. Kalau nggak nguasain saya nggak ambil. Begitu juga kalau di film,” ungkap ibu satu anak itu seperti dikutip dari situs kapanlagi.com. Ia juga tak melulu menerima setiap tawaran yang datang, terlebih yang terlalu menyita waktu mengingat statusnya sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus suami dan anak.
Sepanjang kiprahnya di dunia akting, Sarah identik dengan peran-peran yang ‘ajaib’. Tengok saja aktingnya di film komedi dewasa berjudul XL, Antara Aku, Kau dan Mak Erot. Ia kebagian peran sebagai Mak Siat, plesetan dari Mak Erot. Pemeran Olga dalam serial remaja Olga Sepatu Roda ini juga tampil nyeleneh dalam film Madame X. Di film superhero kocak besutan Nia Dinata itu, kakak kandung Ade Fitria Sechan ini berperan sebagai Bunda Lilis, istri kedua Kanjeng Badai yang diperankan oleh Marcell Siahaan.
Presenter kelahiran Bandung 9 Mei 1974 ini pertama kali dikenal publik saat menjadi VJ MTV. Dengan gayanya yang cuek serta cara bicaranya yang spontan dan ceplas-ceplos, ditambah kefasihannya berbahasa Inggris membuat para anak nongkrong (sebutan untuk pemirsa MTV) betah berlama-lama di depan televisi.
Selain diwajibkan berdialek Sunda, Duta Anemia 2010 ini juga menghadapi tantangan lain yakni melakukan adegan berkelahi. Kostum dan make-up yang ‘berat’ membuatnya sedikit kesulitan melakoni adegan demi adegan, kalau sudah begitu, Sarah memilih berimprovisasi sendiri. Pertimbangannya untuk main di film ini, lagi-lagi karena ia suka dengan skrip ceritanya yang menurutnya tidak biasa dan melawan arus, apalagi dengan balutan komedi yang sedikit berbau Barat.
Lain lagi saat ia terlibat sebagai salah satu pemain dalam film komedi lainnya, Red CobeX. Di film yang rilis tahun 2010 itu, ia berakting sebagai preman pasar dengan logat Maduranya yang kental.
Pertengahan 2010, setelah Miss Kadaluarsa, Sarah kembali menunjukkan kebolehan aktingnya di drama musikal berjudul Jakarta Love Riot. Meski bukan kali pertama berlakon dalam pertunjukkan semacam itu, Sarah yang memerankan tokoh seorang ibu bernama Hudy Hadiprana tetap saja menemui kendala. Pasalnya, naskah dialog yang diberikan padanya tidak banyak sehingga improvisasi cukup dibutuhkan agar karakter tokoh berjalan dengan baik.
“Dibanding dengan Miss Kadaluarsa tiga tahun lalu, di sini saya marah dan ngedumel di atas panggung sendiri. Sementara kata-kata dalam dialog, hal tersebut tidak ada. Saya diminta kembangkan sendiri, terserah ngomong apa atau menjerit. Jadi susah kalau enggak ikuti dialog. Sementara saya juga mesti hati-hati agar tak tertabrak penari. Untungnya peran disini tak terlalu banyak, hanya dua scene. Tapi beban bagi saya saat ngomel-ngomel,” urainya usai pementasan yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta.
Belakangan, setelah anak semata wayangnya semakin besar, Sarah makin sering tampil di layar kaca dengan keikutsertaannya sebagai salah satu juri tetap bersama Titi Sjuman dalam ajang Indonesia Mencari Bakat. Acara yang tayang di TransTV itu bisa dibilang menjadi pelopor ajang-ajang serupa di Tanah Air. Sebagai salah satu orang yang terlibat, perempuan yang kerap memangkas pendek rambutnya itu menanggapi positif soal makin menjamurnya ajang pencarian bakat. Menurut Sarah, hal itu merupakan sebuah gebrakan untuk menjaring bakat-bakat yang terpendam dalam diri generasi muda Tanah Air. Apalagi jika para pemilik talenta tersebut tak tahu harus ke mana mereka menyalurkan bakatnya.
Dan, lanjut Sarah, bakat yang dicari pun harus tetap diperhatikan, bukannya yang ‘dipaksa’ muncul secara instan. Setelah berhasil muncul pun, masing-masing dari mereka berkewajiban untuk terus mengembangkan bakatnya. Mereka juga harus bisa memberikan porsi dalam pengembangan karir, dengan banyak mempelajari hal-hal baru di dunia entertainment sehingga tak melulu hanya berorientasi pada uang alias honor.
“Mereka bisa jaga diri masing-masing untuk terus mengembangkan bakat yang ada, serta dapat melihat keadaan. Mereka harus punya idealisme dan konsisten. Mereka mesti jujur pada diri, kalau belum bagus ya gali terus. Dan itu juga diri saya. Saya masih terus belajar walau cukup lama menjadi juri ajang pencarian bakat di sebuah teve swasta,” pungkas Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Cosmo Girl itu. eti | muli, red